Ungkapan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un" (إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ) merupakan kalimat yang tak asing lagi bagi umat Muslim. Diucapkan sebagai ungkapan duka cita, kalimat ini melampaui sekadar ungkapan belasungkawa biasa; ia merupakan pengakuan mendalam akan kekuasaan dan keesaan Allah SWT, serta pengingat akan hakikat kehidupan manusia sebagai makhluk fana yang pada akhirnya akan kembali kepada Sang Pencipta. Meskipun sering diucapkan, pemahaman mendalam tentang makna, penulisan, dan keutamaan kalimat istirja’ ini—sebutan bagi ungkapan tersebut—seringkali kurang diperhatikan.
Penulisan Arab dan Arti Kalimat Istirja’
Penulisan kalimat "Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un" dalam huruf Arab adalah: إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. Transliterasinya dalam huruf Latin adalah: Innaalillaahi wa inna ilaihi raaji’uun. Arti kalimat ini secara harfiah adalah: "Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali." Kalimat ini mengandung makna filosofis yang mendalam tentang kepasrahan dan ketawakkalan kepada Allah SWT dalam menghadapi cobaan dan musibah. Ia menekankan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, termasuk kematian dan kehilangan, adalah bagian dari rencana dan ketetapan Allah yang mutlak.
Konteks Penggunaan Kalimat Istirja’
Meskipun sering dikaitkan dengan kabar duka, penggunaan kalimat istirja’ sebenarnya lebih luas daripada sekadar ungkapan belasungkawa atas kematian. Seperti yang dijelaskan oleh beberapa sumber, termasuk laman Universitas Islam Indonesia, kalimat ini dapat diucapkan dalam berbagai situasi yang melibatkan musibah, baik yang bersifat kecil maupun besar. Kehilangan harta benda, sakit penyakit, bencana alam, hingga berbagai bentuk kesulitan hidup lainnya dapat menjadi konteks yang tepat untuk mengucapkan kalimat ini. Intinya, kalimat istirja’ dipanjatkan sebagai bentuk pengakuan atas ketidakmampuan manusia dalam menghadapi cobaan dan sebagai bentuk penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. Baik ketika musibah menimpa diri sendiri maupun orang lain, kalimat ini menjadi ungkapan yang tepat untuk dipanjatkan.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un dalam Al-Qur’an
Makna dan keutamaan kalimat istirja’ diperkuat oleh kehadirannya dalam Al-Qur’an. Ayat Al-Baqarah ayat 155-156 menjelaskan konteks penggunaan kalimat ini:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156)
(Wa lanabluwannakum bisyai’im minal-khaufi wal-juu’i wa naqshim minal-amwaali wal-anfusi wats-tsamaraat, wa basysyirish-shaabiriin. Alladzina idzaa ash-abat-hum musiibatun qaalu inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun.)
Artinya: "Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali)."
Ayat ini menunjukkan bahwa kalimat istirja’ merupakan respons yang ideal bagi orang-orang yang beriman ketika menghadapi berbagai ujian dan cobaan hidup. Ucapan ini bukan hanya sekadar ungkapan pasrah, melainkan juga bukti keimanan dan ketawakkalan yang mendalam kepada Allah SWT. Ia mengajarkan untuk menerima takdir dengan lapang dada dan mencari hikmah di balik setiap musibah.
Penjelasan Syekh Izzuddin bin Abdussalam
Syekh Izzuddin bin Abdussalam, dalam kitabnya Syajaratul Ma’arif, menjelaskan bahwa pengucapan kalimat istirja’ oleh seseorang yang ditimpa musibah merupakan bentuk i’tirof, yaitu pengakuan atas keterbatasan dan ketidakmampuan manusia di hadapan Allah SWT. Manusia, dengan segala kemampuan dan kekuatannya, tetaplah terbatas dan tak mampu menghadapi takdir Allah tanpa pertolongan-Nya. Oleh karena itu, kalimat istirja’ menjadi sarana untuk merendahkan diri, mengakui kelemahan, dan memohon pertolongan kepada Allah SWT.
Keutamaan Mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un
Mengucapkan kalimat istirja’ memiliki keutamaan yang besar, terutama jika diiringi dengan doa dan pujian kepada Allah SWT. Beberapa keutamaan tersebut antara lain:
-
Penggantian dengan yang Lebih Baik: Hadits riwayat Ummu Salamah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang mengucapkan kalimat istirja’ serta memohon penggantian yang lebih baik akan dikabulkan doanya oleh Allah SWT. Hadits ini mengisyaratkan bahwa di balik setiap musibah tersimpan hikmah dan rahmat Allah. Dengan mengucapkan kalimat istirja’ dan berdoa, seseorang menunjukkan ketawakalannya dan berharap akan mendapatkan ganti yang lebih baik dari Allah SWT. Kisah Ummu Salamah sendiri menjadi contoh nyata dari keutamaan ini, di mana setelah kehilangan suaminya, Abu Salamah, ia mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik, yaitu Rasulullah SAW sendiri.
-
Pujian kepada Allah dan Pahala Surga: Hadits riwayat Imam Tirmidzi melalui Abu Musa Al-As’ari menjelaskan keutamaan mengucapkan kalimat istirja’ sambil memuji Allah SWT. Hadits ini menceritakan tentang seorang anak yang meninggal dunia. Orang tuanya, yang mengucapkan kalimat istirja’ serta memuji Allah, mendapatkan ganjaran berupa sebuah istana di surga yang diberi nama "Baitul Hamdi" (Rumah Pujian). Hadits ini menekankan pentingnya bersabar, tawakkal, dan memuji Allah dalam menghadapi musibah. Pujian dan rasa syukur kepada Allah SWT akan memperbesar pahala dan menggantikan kesedihan dengan ketenangan hati.
Kesimpulannya, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un" bukanlah sekadar ungkapan duka cita biasa, melainkan sebuah kalimat yang sarat makna dan keutamaan. Kalimat ini mengajarkan kita tentang keimanan, kepasrahan, dan ketawakkalan kepada Allah SWT dalam menghadapi segala cobaan dan musibah hidup. Mengucapkannya dengan penuh kesadaran dan diiringi doa serta pujian kepada Allah SWT akan memberikan ketenangan hati dan pahala yang berlimpah dari-Nya. Ia menjadi pengingat akan hakikat kehidupan yang sementara dan tujuan akhir manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Pemahaman yang mendalam tentang kalimat istirja’ ini akan membantu umat Muslim dalam menghadapi berbagai ujian hidup dengan lebih bijak, sabar, dan penuh ketawakkalan.