DENPASAR, ERA MADANI – “Maha suci Allah Azza wa Jalla yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami barakahi sekelilingnya.” (Q.S. Al Israa’: 1)
Mata dunia kini tertuju pada sebuah wilayah yang jadi sengketa antara Palestina dan Israel. Wilayah itu bernama Yerusalem.
Disana berdiri sebuah bangunan masjid yang pernah menjadi kiblat umat Islam pada masa Nabi. Masjid itu dinamai Al Aqsha. Dalam sejarah Islam, masjid itu dikenal dengan nama Baitul Maqdis. Nama ini diberikan Rasulullah SAW dan dikenal dalam riwayat perjalanan Isra’ mi’raj-nya.
Ketika Isra’mi’raj, Rasulullah diperjalankan oleh Allah menuju sidratul muntaha atau langit ke tujuh untuk bertemu langsung dengan Allah. Rasulullah bertolak dari Masjidil Haram di Mekkah ke masjidil Aqsha di Palestina. Dari sanalah Rasulullah berangkat ke Sidratul Muntaha dan mendapatkan perintah sholat.
Sebenarnya apa yang dimaksudkan dengan baitul maqdis itu? Apakah Baitul Maqdis itu masjid Al-Aqsha?
Abdullah bin Umar, seorang ahli hadits dan hukum fiqih mengatakan, “Baitul Maqdis adalah tempat para Nabi dan berkumpulnya mereka untuk beribadah. Tidak ada sejengkal pun tanah di tempat itu yang tidak dipakai untuk sembahyang oleh para Nabi atau para Malaikat”.
Dalam qur’an surat Al Isra’ ayat 1 disebutkan bahwa Baitul Maqdis merupakan nama wilayah yang diberkahi oleh Allah. Wilayah yang dimaksud itu meliputi masjidil Aqsha dan wilayah di sekelilingnya. Jadi, Baitul Maqdis memiliki arti yang lebih luas dari sekedar bangunan masjid yang hanya seluas 14.4 Hektar itu.