Jakarta, 4 Februari 2025 – Indonesia berhasil mempertahankan reputasinya sebagai kiblat prestasi Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Internasional dengan meraih juara umum pada MTQ Internasional IV yang baru saja berakhir di Jakarta. Keberhasilan ini merupakan bukti nyata dominasi Indonesia dalam ajang bergengsi yang diikuti oleh 60 peserta dari 38 negara tersebut. Seluruh peserta dari Tanah Air berhasil menduduki peringkat teratas di semua cabang perlombaan. Kegemilangan ini bukanlah kebetulan semata, melainkan buah dari tradisi pembinaan yang kuat dan terstruktur, demikian analisis Prof. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam keterangan persnya di Jakarta, Prof. Tholabi, yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Jakarta, menyatakan bahwa dominasi Indonesia dalam berbagai kompetisi Al-Qur’an tingkat internasional, termasuk tilawah, hifzh, tafsir, dan khath, merupakan hal yang wajar dan sudah diperkirakan. Ia menekankan peran penting tradisi pembinaan dan pengaderan yang telah lama terbangun di Indonesia.
"Indonesia memiliki tradisi pembinaan dan pengaderan yang kuat dalam Musabaqah Al-Qur’an dan Hadis. Tradisi ini telah terbangun secara sistematis dan berkelanjutan, sehingga menghasilkan kader-kader terbaik yang mampu bersaing di tingkat internasional," tegas Prof. Tholabi. Ia menambahkan bahwa konsistensi prestasi ini menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam mengelola dan mengembangkan potensi sumber daya manusia di bidang keagamaan, khususnya dalam hal penguasaan dan penghayatan Al-Qur’an.
Lebih lanjut, Prof. Tholabi memaparkan beberapa faktor kunci yang berkontribusi pada kesuksesan Indonesia dalam MTQ Internasional. Pertama, ia menyoroti komitmen pemerintah, khususnya Kementerian Agama, dalam menjadikan pembinaan Al-Qur’an sebagai program prioritas. Kebijakan-kebijakan yang terarah dan terencana telah berhasil menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan dan peningkatan kemampuan umat Islam dalam membaca, memahami, menghayati, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks beragama, berbangsa, maupun bernegara.
"Pemerintah melalui Kementerian Agama telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam pembinaan Al-Qur’an. Hal ini tercermin dalam berbagai kebijakan yang dirancang untuk meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an di kalangan masyarakat," jelas Prof. Tholabi. Ia menambahkan bahwa dukungan pemerintah ini tidak hanya bersifat finansial, tetapi juga mencakup aspek pembinaan, pelatihan, dan fasilitasi bagi para peserta MTQ.
Kedua, Prof. Tholabi menekankan peran penting tradisi kompetisi MTQ yang terselenggara secara periodik dan berjenjang, mulai dari tingkat lokal hingga nasional. Sistem kompetisi ini, menurutnya, telah berhasil membangkitkan motivasi dan minat generasi muda untuk mendalami dan menguasai Al-Qur’an. Ia mencontohkan, sejak penyelenggaraan MTQ Nasional pertama di Ujung Pandang pada tahun 1968, gairah umat Islam dalam membaca dan memahami Al-Qur’an telah berkembang pesat.
"Sejak MTQ Nasional pertama digelar, terjadi efek domino yang luar biasa. MTQ tidak hanya melahirkan talenta-talenta baru di bidang tilawah, tahfizh, atau tafsir, tetapi juga telah melahirkan lembaga-lembaga dan sentra-sentra pembinaan Al-Qur’an di seluruh penjuru Nusantara," ungkap Prof. Tholabi dengan penuh semangat. Ia menjelaskan bahwa kompetisi ini telah menciptakan sistem seleksi yang kompetitif dan melahirkan para qari dan qariah terbaik yang siap mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Ketiga, Prof. Tholabi mengartikan peran strategis Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) dalam pembinaan dan pengembangan Al-Qur’an di Indonesia. Ia menilai LPTQ, yang dijalankan secara ex officio oleh pejabat pemerintahan bersama alim ulama dan masyarakat pecinta Al-Qur’an, berperan krusial dalam menggerakkan dan mendinamisasi syiar Al-Qur’an di berbagai level. Kolaborasi antara Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri melalui Surat Keputusan Bersama (SKB), serta keterlibatan unsur-unsur keagamaan masyarakat, telah menjadikan LPTQ semakin representatif sebagai pengawal program pembinaan dan pengembangan Al-Qur’an di Indonesia.
"LPTQ telah berhasil menggerakkan dan mendinamisasi syiar Al-Qur’an. Kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat telah menjadikan LPTQ sebagai lembaga yang efektif dalam pembinaan Al-Qur’an," papar Prof. Tholabi. Ia menambahkan bahwa kehadiran negara melalui LPTQ semakin nyata dan memberikan dampak positif terhadap peningkatan kualitas pembinaan Al-Qur’an di Indonesia, baik secara formal maupun informal.
Prof. Tholabi juga mengapresiasi kinerja LPTQ yang semakin baik, khususnya dalam hal penyelenggaraan MTQ. LPTQ, menurutnya, telah berhasil menciptakan inovasi dan mewujudkan penyelenggaraan MTQ yang modern dan kredibel. Modernisasi MTQ melalui digitalisasi, misalnya, telah meningkatkan mutu dan kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan MTQ dan para pelakunya.
"Modernisasi MTQ melalui digitalisasi telah meningkatkan mutu dan kepercayaan masyarakat. Hal ini akan menghasilkan sistem yang terpercaya dan output musabaqah yang kompetitif," ujar Prof. Tholabi. Ia meyakini bahwa MTQ yang modern dan kredibel akan melahirkan sistem yang terpercaya dan output musabaqah yang kompetitif, sehingga Indonesia akan terus mampu meraih prestasi gemilang dalam perhelatan MTQ Internasional.
Sebagai penutup, Prof. Tholabi menyatakan keyakinannya bahwa keberhasilan Indonesia dalam MTQ Internasional IV di Jakarta merupakan bukti nyata dari kekuatan tradisi pembinaan Al-Qur’an yang telah terbangun di Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya peran pemerintah, LPTQ, dan seluruh elemen masyarakat dalam menjaga dan mengembangkan tradisi tersebut agar Indonesia dapat terus berjaya dalam kancah internasional. Prestasi ini, menurutnya, bukan hanya sekadar kemenangan dalam sebuah kompetisi, tetapi juga merupakan cerminan dari kualitas keimanan dan ketakwaan umat Islam Indonesia. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus belajar dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.