Jakarta, 11 Desember 2024 – US News & World Report kembali menerbitkan peringkat negara-negara terbaik dunia, termasuk indeks religiusitas yang menjadi sorotan publik global. Hasil survei tahun 2024 ini menempatkan Arab Saudi di puncak daftar negara paling religius, mempertahankan posisinya dari tahun sebelumnya. Namun, di tengah dominasi negara-negara Timur Tengah, Indonesia mencatatkan peningkatan peringkat yang patut diapresiasi, naik satu tingkat ke posisi ke-12 dari sebelumnya di peringkat ke-13. Temuan ini memicu diskusi lebih lanjut mengenai metodologi survei, implikasi peringkat bagi citra internasional Indonesia, dan kompleksitas pengukuran religiusitas suatu negara.
Survei US News & World Report, yang dirilis pada Rabu, 11 Desember 2024, berdasarkan persepsi global terhadap karakteristik kualitatif suatu negara. Metodologi yang digunakan melibatkan analisis data dari hampir 17.000 responden di seluruh dunia yang diwawancarai antara 22 Maret hingga 23 Mei 2024. Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan model studi yang dikembangkan oleh BAV Group – perusahaan komunikasi pemasaran global di bawah naungan WPP – dan Wharton School of the University of Pennsylvania, dengan konsultasi dari Profesor David Reibstein. Kerangka kerja metodologi ini patut ditelaah lebih lanjut untuk memahami bagaimana persepsi global diukur dan diterjemahkan ke dalam peringkat numerik. Transparansi dan detail metodologi yang lebih komprehensif sangat krusial untuk memastikan kredibilitas dan validitas hasil survei.
Perlu dicatat bahwa survei ini mengukur persepsi, bukan realitas objektif tingkat religiusitas di suatu negara. Persepsi global dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk media, politik internasional, dan pengalaman pribadi responden. Oleh karena itu, peringkat ini tidak semata-mata mencerminkan praktik keagamaan di tingkat masyarakat, melainkan juga bagaimana negara tersebut dipersepsikan oleh dunia internasional dalam konteks religiusitas. Hal ini menjadi penting untuk dibedakan agar tidak terjadi kesalahpahaman atau interpretasi yang keliru.
Arab Saudi, yang mempertahankan posisinya sebagai negara paling religius, diikuti oleh Israel dan Iran, menunjukkan dominasi negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim atau Yahudi dalam peringkat teratas. Posisi ini memicu pertanyaan mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap persepsi religiusitas tinggi tersebut. Apakah faktor tersebut terkait dengan kebijakan pemerintah yang menekankan aspek keagamaan, tingkat partisipasi masyarakat dalam praktik keagamaan, atau persepsi global tentang peran agama dalam kehidupan publik dan politik di negara-negara tersebut? Analisis lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap dinamika kompleks yang membentuk persepsi global ini.
Perubahan peringkat negara-negara lain juga menarik perhatian. Uni Emirat Arab turun satu peringkat dari posisi keempat ke posisi kelima, sementara India tetap berada di posisi kelima. Mesir dan Qatar mempertahankan peringkatnya, sedangkan Yordania naik satu peringkat menggeser Turki. Oman menggantikan Maroko dalam daftar sepuluh besar. Perubahan-perubahan ini menunjukkan dinamika yang kompleks dalam persepsi global terhadap religiusitas negara-negara tersebut. Faktor-faktor politik, ekonomi, dan sosial budaya kemungkinan besar berperan dalam perubahan peringkat ini.
Kenaikan peringkat Indonesia ke posisi ke-12 merupakan perkembangan positif yang patut diapresiasi. Meskipun tidak masuk dalam sepuluh besar, peningkatan ini menunjukkan adanya perubahan persepsi global terhadap Indonesia dalam konteks religiusitas. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai dampak dari upaya pemerintah dalam menjaga kerukunan antarumat beragama, serta keberhasilan dalam mempromosikan citra Indonesia sebagai negara yang moderat dan toleran. Namun, penting untuk tetap kritis dan tidak berpuas diri. Peringkat ini tidak boleh menjadi ukuran tunggal keberhasilan dalam membangun kerukunan umat beragama di Indonesia.
Penting untuk diingat bahwa peringkat religiusitas ini hanyalah salah satu dari banyak indikator yang digunakan untuk menilai suatu negara. Indikator lain, seperti indeks pembangunan manusia, indeks demokrasi, dan indeks kebebasan pers, juga penting untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kondisi suatu negara. Oleh karena itu, peringkat religiusitas ini tidak boleh diinterpretasikan secara terisolasi, melainkan harus dikaitkan dengan indikator-indikator lain untuk mendapatkan pemahaman yang lebih akurat.
Kenaikan peringkat Indonesia juga dapat dikaitkan dengan upaya pemerintah dalam mempromosikan moderasi beragama dan toleransi antarumat beragama. Program-program pemerintah yang bertujuan untuk mencegah ekstremisme dan radikalisme, serta upaya untuk membangun dialog antaragama, kemungkinan besar telah berkontribusi terhadap perubahan persepsi global terhadap Indonesia. Namun, tantangan masih tetap ada, termasuk upaya untuk mengatasi isu-isu intoleransi dan diskriminasi yang masih terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Ke depan, pemerintah Indonesia perlu terus berupaya untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama dan mempromosikan moderasi beragama. Hal ini tidak hanya penting untuk meningkatkan citra internasional Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan damai bagi seluruh warga negara. Upaya ini harus diiringi dengan peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan pemerintahan, serta penegakan hukum yang adil dan konsisten.
Kesimpulannya, peringkat religiusitas global US News & World Report 2024 memberikan gambaran menarik tentang persepsi global terhadap religiusitas negara-negara di dunia. Kenaikan peringkat Indonesia menunjukkan perkembangan positif, namun perlu diinterpretasikan dengan hati-hati dan dikaitkan dengan indikator-indikator lain. Pemerintah Indonesia perlu terus berupaya untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama dan mempromosikan moderasi beragama, bukan hanya untuk meningkatkan peringkat dalam survei global, tetapi yang lebih penting, untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih adil, damai, dan harmonis. Transparansi metodologi yang lebih baik dari US News & World Report juga sangat penting untuk memastikan kredibilitas dan validitas hasil survei ini di masa mendatang. Analisis yang lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang membentuk persepsi global terhadap religiusitas juga diperlukan untuk memahami dinamika kompleks yang mendasari peringkat ini.