Jakarta – Kemampuan Nabi Sulaiman AS untuk berkomunikasi dengan hewan, sebuah mukjizat ilahi, terungkap dalam kisah mengharukan yang menonjolkan kekuasaan sedekah dan keadilan Ilahi. Kisah ini, sebagaimana dikisahkan dalam buku “Dahsyatnya Taubat: 42 Kisah Orang yang Bertobat” karya Isnaini Fuad, mengajak kita merenungkan kedalaman hikmah yang tersembunyi di balik tindakan-tindakan sekilas sederhana. Pusat cerita ini adalah seekor burung elang yang mengadukan perlakuan tidak adil seorang pemilik pohon.
Sang elang, dengan bahasa yang dimengerti Nabi Sulaiman, menyampaikan keluhannya yang pilu. Ia menceritakan bagaimana pemilik pohon tersebut, yang namanya disembunyikan dalam narasi sebagai "Fulan," berulang kali mengambil anak-anaknya dari sarang yang terletak di pohon milik Fulan. Ini bukan sekadar pengambilan telur atau anak burung yang masih lemah, melainkan tindakan yang secara sistematis mengusik kehidupan keluarga burung elang tersebut. Perbuatan Fulan ini jelas merupakan pelanggaran terhadap keseimbangan alam dan hak hidup makhluk ciptaan Allah SWT.
Mendengar keluhan tersebut, Nabi Sulaiman AS, dengan bijaksana dan keadilan yang menjadi ciri kepemimpinannya, langsung memanggil Fulan. Ia memberikan peringatan keras kepada Fulan agar menghentikan tindakannya yang kejam tersebut. Sebagai penegasan atas larangannya, Nabi Sulaiman bahkan memerintahkan dua setan untuk mengawasi sarang burung elang dan melindungi anak-anaknya. Ancaman yang diberikan Nabi Sulaiman kepada Fulan sungguh tegas: jika Fulan mengulangi perbuatannya, kedua setan tersebut diperintahkan untuk membunuhnya dengan cara yang mengerikan – membanting tubuhnya ke tanah dan membelah tubuhnya menjadi dua, lalu membuang bagian tubuhnya ke arah timur dan barat.
Untuk sementara waktu, ancaman tersebut berhasil. Fulan menghentikan perbuatannya. Namun, sifat manusia yang cenderung kembali kepada kebiasaan buruknya tampak pada tahun berikutnya. Fulan kembali tergoda untuk mengambil anak-anak burung elang. Namun, takdir menentukan jalan yang berbeda. Setiap kali Fulan hendak memanjat pohon untuk mengambil anak-anak burung elang, ia selalu dihadapkan pada seorang fakir miskin yang memohon sedekah.
Pertemuan dengan fakir miskin ini menimbulkan perubahan dalam hati Fulan. Rasa iba dan belas kasih mengalahkan niat jahatnya. Fulan memberikan sepotong roti kepada fakir miskin tersebut. Setelah bersedekah, Fulan kembali memutuskan untuk mengambil anak-anak burung elang. Ia menganggap sedekah yang telah dilakukannya akan menetralisir dosa yang akan ia perbuat. Ini menunjukkan kesalahpahaman Fulan tentang hakikat sedekah dan keadilan Ilahi.
Namun, Allah SWT memiliki cara-Nya sendiri untuk mengajari Fulan pelajaran berharga. Burung elang kembali mengadu kepada Nabi Sulaiman AS tentang perbuatan Fulan. Nabi Sulaiman kemudian memanggil kedua setan yang ditugaskan untuk menjaga sarang burung elang. Keheranan menyelimuti Nabi Sulaiman karena kedua setan tersebut gagal melaksanakan tugasnya.
Dengan nada tegas dan penuh kekuasaan, Nabi Sulaiman menanyai kedua setan tersebut. Jawaban yang diberikan kedua setan sangat mengejutkan. Mereka menjelaskan bahwa mereka telah melihat Fulan hendak melakukan perbuatan jahatnya. Mereka bersiap untuk melaksanakan perintah Nabi Sulaiman, namun tiba-tiba dihalangi oleh dua malaikat yang diutus Allah SWT.
Kedua malaikat tersebut menangkap kedua setan dan melemparkannya ke arah yang berbeda – satu ke timur dan satu ke barat. Ini menunjukkan bahwa Allah SWT telah menghentikan tindakan balasan yang akan dilakukan kedua setan terhadap Fulan. Alasannya? Sedekah sepotong roti yang diberikan Fulan kepada fakir miskin.
Nabi Sulaiman kemudian memanggil Fulan dan menceritakan semua kejadian tersebut. Fulan merasakan penyesalan yang mendalam. Ia baru memahami kekuasaan sedekah dan betapa sedekah dapat menghalangi hukuman yang seharusnya ia terima. Kejadian ini menjadi titik balik dalam hidup Fulan. Ia berubah menjadi orang yang lebih dermawan, banyak bersedekah, dan lebih menyayangi binatang.
Kisah ini bukan sekadar cerita dongeng. Ia merupakan refleksi dari kekuasaan sedekah dan keadilan Ilahi. Sedekah bukan hanya memberikan bantuan materi kepada orang yang membutuhkan, namun juga dapat menjadi perisai dari hukuman dan malapetaka. Kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya menyayangi makhluk hidup lainnya dan menghindari perbuatan yang merugikan mereka. Keadilan Allah SWT tidak selalu tampak secara langsung, namun Ia selalu ada dan akan memberikan balasan yang setimpal terhadap setiap perbuatan manusia. Hikmah sepotong roti ini mengajarkan kita tentang kekuasaan sedekah yang tak terbatas dan kebijaksanaan Ilahi yang melampaui batas pemahaman manusia. Wallahu a’lam.