Yogyakarta, 16 November 2024 – Gelaran Haul ke-15 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Laboratorium Agama Masjid Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Jumat malam lalu, bukan sekadar peringatan wafatnya seorang tokoh kharismatik. Acara yang diselenggarakan oleh Jaringan GUSDURian ini lebih merupakan refleksi mendalam atas warisan pemikiran dan perjuangan Gus Dur yang hingga kini masih relevan, bahkan semakin krusial, bagi perjalanan bangsa Indonesia. Lebih dari sekadar mengenang, haul ini menjadi momentum untuk meneruskan estafet perjuangan Gus Dur dalam membela keadilan, merawat keberagaman, dan memperkokoh nilai-nilai kemanusiaan.
Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian, Jay Akhmad, dalam keterangan persnya menekankan bahwa meskipun fisik Gus Dur telah tiada, nilai-nilai luhur yang ditanamkannya tetap hidup dan terus menginspirasi. "Gus Dur, bagi kami, sejatinya pulang, bukan pergi," tegas Jay. Peringatan haul ini, menurutnya, merupakan bagian integral dari rangkaian kegiatan Jaringan GUSDURian dalam mengkampanyekan semangat "beda dan setara," sebuah cita-cita yang diusung Gus Dur sepanjang hidupnya. Lebih dari itu, haul ini menjadi ruang refleksi dan pembelajaran bersama, sebuah ruang dialog untuk meneruskan cita-cita Gus Dur dalam membangun Indonesia yang lebih inklusif dan adil.
Alissa Wahid, Direktur Jaringan GUSDURian sekaligus putri sulung Gus Dur, mengungkapkan rasa syukur atas kesempatan untuk terus menghadirkan sosok Gus Dur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia menekankan bahwa warisan Gus Dur melampaui batas-batas geografis Indonesia, merupakan warisan kemanusiaan universal yang relevan bagi dunia. "Gus Dur adalah pemimpin dengan akar jati diri yang kuat, yang memahami bahwa kepentingan umat harus diutamakan," ujar Alissa. Ia menggambarkan Gus Dur sebagai sosok yang dengan penuh kesadaran membela kaum yang lemah dan selalu menghadirkan citra Tuhan dalam setiap perjuangannya melawan ketidakadilan. "Gus Dur membuktikannya dengan menjadi warga dunia tanpa kehilangan akar kesantrian dan kekiaiannya," tambahnya, menunjukkan bagaimana Gus Dur mampu menggabungkan nilai-nilai keislaman yang universal dengan wawasan global yang luas.
KH Ubaidillah Shodaqoh, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, menawarkan perspektif yang menarik. Beliau mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menyebarkan nilai-nilai Gus Dur, walaupun hanya sebagian kecil dari keseluruhan ajarannya. "Kita jadi Gus Dur 25 persen saja sudah untung. Bisa juga kita jadi Gus Dur 10 atau 5 persen atau bahkan 1 persen," tuturnya. Namun, beliau menekankan pentingnya penyebaran nilai-nilai tersebut secara luas. "Tapi Gus Dur 1 persen ini kalau jumlahnya menyebar ke seluruh pelosok Indonesia, maka insyaallah saat ini ada Gus Dur 100 persen. Lebih baik Gus Dur-nya dibagi-bagi dua persen, tapi ke seluruh seantero Nusantara," jelasnya. Analogi ini menggambarkan betapa pentingnya peran setiap individu dalam meneruskan warisan Gus Dur, bahwa dampak kecil yang tersebar luas dapat menciptakan perubahan yang besar dan signifikan.
Habib Husein Ja’far Al-Hadar, dalam kesempatan tersebut, menyorot keahlian Gus Dur dalam berdakwah. Ia melihat Gus Dur sebagai simbol "rahmatan lil alamin," sebuah teladan dalam menyebarkan kebaikan dan manfaat bagi seluruh umat manusia, termasuk bagi mereka yang masih dalam proses perbaikan diri. "Gus Dur sangat cakap dalam fikih dakwah, sangat strategis, dan sangat sadar dengan fikih dakwah. Fikih dakwah itu prinsipnya tiga. Pertama menggembirakan, tidak menakut-nakuti. Kedua memudahkan, bukan menyulitkan. Ketiga mempersatukan dan tidak mencerai-beraikan," papar Habib Husein. Penjelasan ini menggarisbawahi pendekatan Gus Dur yang humanis, inklusif, dan penuh hikmah dalam berdakwah, sebuah pendekatan yang sangat relevan dalam konteks Indonesia yang majemuk.
Haul Gus Dur tahun ini menjadi bagian dari Festival Beda Setara (Best Fest) yang berlangsung dari tanggal 10 hingga 16 November 2024. Festival ini merupakan perwujudan nyata dari komitmen untuk merayakan kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta memperkuat komitmen bersama dalam menjaga keberagaman sebagai kekuatan bangsa. Best Fest menjadi wadah bagi berbagai kegiatan yang mempromosikan toleransi, dialog antaragama, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang pluralisme.
Melalui Haul ke-15 dan Best Fest, Jaringan GUSDURian menegaskan bahwa keteladanan Gus Dur bukanlah sekadar kenangan masa lalu, melainkan inspirasi abadi bagi masyarakat Indonesia dan dunia. Gus Dur, dengan segala kebijaksanaan dan perjuangannya yang gigih, tetap menjadi pemandu bagi generasi penerus dalam melawan ketidakadilan, memperjuangkan kesetaraan, dan membangun Indonesia yang lebih adil, beradab, dan bermartabat. Warisan Gus Dur bukanlah sekadar catatan sejarah, melainkan pedoman hidup yang relevan untuk menghadapi tantangan masa kini dan masa depan. Ia mengajak kita untuk terus berjuang, untuk terus berikhtiar dalam mewujudkan cita-cita Indonesia yang merdeka, adil, dan makmur bagi seluruh rakyatnya. Perjuangan Gus Dur, melalui warisan pemikiran dan tindakannya, terus bergema dan menginspirasi, mengajak kita untuk meneruskan perjuangannya demi Indonesia yang lebih baik. Haul ini bukan sekadar mengenang kepergian, melainkan momentum untuk mengokohkan tekad dalam meneruskan perjuangan Gus Dur untuk Indonesia yang lebih adil dan bermartabat. Nilai-nilai toleransi, kebijaksanaan, dan keadilan yang diwariskan Gus Dur tetap menjadi kompas dalam memandu perjalanan bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah. Semoga semangat Gus Dur terus membimbing kita dalam membangun Indonesia yang lebih baik.