Surat Al-Haqqah, salah satu surat Makkiyah yang diturunkan di Kota Makkah, merupakan teks suci yang padat makna meskipun terdiri dari hanya 52 ayat – jumlah yang sama dengan Surat Al-Qalam. Kedekatan jumlah ayat ini dengan surat lainnya bukan sekadar kebetulan numerik, melainkan mungkin menunjukkan adanya tema atau pesan teologis yang saling berkaitan. Namun, yang lebih penting adalah setiap kata dalam Al-Haqqah sarat dengan pesan-pesan mendalam yang relevan hingga saat ini, menawarkan analisis yang kaya bagi pemahaman manusia tentang Tuhan, akhirat, dan tanggung jawab moral.
Al-Haqqah: Pengantar Hari Kiamat yang Tak Terbantahkan
Judul surat ini sendiri, Al-Haqqah (الحاقة), berarti "hari Kiamat yang pasti datang" atau "yang menghempas". Penggunaan kata "Al-Haqqah" menunjukkan sifat pasti dan tak terelakkan dari hari kiamat. Ayat pembuka surat ini, "Al-Haqqah, mal-Haqqah," (الحاقة، ماالحاقة) secara langsung mengajukan pertanyaan retoris: "Apakah hari Kiamat itu?" Pertanyaan ini bukan untuk mencari jawaban faktual, melainkan untuk menggugah kesadaran pembaca akan realitas hari akhir yang tak terhindarkan. Ayat selanjutnya, "Wa ma adraka mal-Haqqah," (وما أدراك ما الحاقة) memperkuat pertanyaan ini dengan menekankan ketidaktahuan manusia akan detailnya, namun bukan ketidakpastian akan kedatangannya.
Kisah Kaum Terdahulu: Pelajaran dari Kehancuran
Surat Al-Haqqah kemudian melanjutkan dengan menyajikan kisah-kisah kaum terdahulu yang menolak kebenaran dan menerima akibatnya. Kaum ‘Ad dan Samud, dua peradaban yang maju di zamannya, dijadikan contoh nyata. Mereka, yang dikaruniai kekayaan dan kekuatan, menolak ajakan para rasul yang diutus Allah. Akibatnya, mereka dibinasakan dengan cara yang dahsyat: kaum Samud dengan "suara yang sangat keras" (صوت شديد) – yang ditafsirkan beragam, mulai dari suara gemuruh hingga gempa bumi yang dahsyat – sementara kaum ‘Ad dihancurkan oleh "angin topan yang sangat dingin" (ريح صرصر شديدة). Deskripsi kehancuran ini, "Maka kamu melihat kaum (‘Ad) pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah (lapuk) bagian dalamnya," (فَتَرَى الْقَوْمَ يَوْمَئِذٍ جُثَثًا) menunjukkan betapa dahsyatnya azab Allah dan betapa ringkihnya kekuatan manusia di hadapan-Nya.
Penggambaran kehancuran ini bukan sekadar narasi sejarah, melainkan berfungsi sebagai peringatan keras bagi umat manusia. Allah SWT mengingatkan bahwa penolakan terhadap kebenaran dan kesombongan akan berujung pada kehancuran. Kisah Fir’aun dan pengikutnya juga disinggung, menegaskan bahwa keangkuhan dan penindasan tidak akan luput dari balasan. Mereka, bersama dengan "penduduk negeri-negeri yang dijungkirbalikkan," (والْمُعْتَدِينَ بِالْخَطِيئَةِ) menunjukkan bahwa pelanggaran moral dan penolakan terhadap keadilan Ilahi akan berakibat fatal.
Hari Kiamat: Gambaran Dahsyat dan Tak Terbayangkan
Surat Al-Haqqah kemudian beralih ke gambaran hari Kiamat itu sendiri. Ayat-ayat menggambarkan peristiwa dahsyat yang akan terjadi: tiupan sangkakala (نُفِخَ فِي النَّاقُورِ), pengangkatan bumi dan gunung-gunung (وَجُعِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتْ دَكَّةً وَاحِدَةً), dan terbelahnya langit (وَانشَقَّ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ مَرْبُوطَةٌ). Deskripsi ini menggunakan bahasa yang kuat dan imajinatif, menunjukkan betapa dahsyatnya peristiwa yang akan terjadi dan betapa terbatasnya kemampuan manusia untuk membayangkannya.
Gambaran malaikat yang "menjunjung Arasy Tuhanmu di atas mereka" (وَالْمَلَائِكَةُ عَلَى أَرْجَائِهَا، وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ) menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang tak terhingga. Pada hari itu, tidak ada yang tersembunyi dari pengadilan Allah (يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا يَخْفَىٰ مِنْكُمْ خَفِيَّةٌ). Semua amal perbuatan akan dipertanggungjawabkan.
Pembagian Catatan Amal: Keadilan Ilahi yang Mutlak
Al-Haqqah kemudian menggambarkan peristiwa penting setelah hari kiamat, yaitu pembagian catatan amal. Orang yang menerima catatan amalnya di tangan kanan (الَّذِي أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ) akan merasakan kebahagiaan surgawi yang tak terhingga, hidup dalam kenikmatan dan kegembiraan abadi. Sebaliknya, orang yang menerima catatan amalnya di tangan kiri (الَّذِي أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ) akan menghadapi azab neraka yang pedih dan tak tertahankan. Deskripsi neraka Jahim (جهنم) dan siksaannya yang mengerikan (فِي سِلْسِلَةٍ طُولُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا) menunjukkan keadilan Ilahi yang mutlak dan konsekuensi dari perbuatan manusia di dunia.
Al-Qur’an: Wahyu Ilahi yang Tak Terbantahkan
Surat Al-Haqqah juga menegaskan keaslian dan keagungan Al-Qur’an. Surat ini menolak anggapan bahwa Al-Qur’an adalah hasil karya manusia, baik penyair (شِعْرٍ) maupun tukang tenung (كَاهِنٍ). Al-Qur’an, menurut surat ini, adalah wahyu dari Tuhan semesta alam (تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ), yang diturunkan kepada Rasul yang mulia (رَسُولٍ كَرِيمٍ). Ayat-ayat ini menekankan pentingnya mempercayai dan mengikuti Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Lebih jauh lagi, surat ini juga menekankan konsekuensi berat bagi seorang rasul jika berani mengubah atau menambahkan satu kata pun dari wahyu yang diterimanya. Hal ini menegaskan otoritas dan kemutlakan wahyu Ilahi.
Pesan Universal Surat Al-Haqqah
Secara keseluruhan, Surat Al-Haqqah menyampaikan pesan-pesan universal yang relevan bagi seluruh umat manusia di sepanjang zaman. Surat ini mengingatkan akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, kepastian hari Kiamat, dan pentingnya beriman dan beramal saleh. Kisah-kisah kaum terdahulu berfungsi sebagai pelajaran berharga tentang konsekuensi dari pilihan hidup. Penggambaran hari Kiamat dan pembagian catatan amal menekankan keadilan Ilahi yang mutlak. Penegasan keaslian Al-Qur’an sebagai wahyu Ilahi menggarisbawahi pentingnya mengikuti petunjuk-petunjuk suci tersebut. Akhirnya, surat ini mengajak manusia untuk senantiasa bertawakal kepada Allah dan berikhtiar untuk mencapai kehidupan akhirat yang penuh kebahagiaan. Surat Al-Haqqah, dengan bahasa yang puitis dan penuh simbolisme, tetap relevan dan mampu menggugah kesadaran manusia akan tanggung jawab moral dan spiritualnya di dunia dan akhirat. Analisis mendalam terhadap setiap ayatnya akan terus memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang ajaran Islam dan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.