ERAMADANI.COM, INDONESIA – Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) adalah event yang diadakan oleh sejumlah toko online pada bulan Desember. Penjualan saat Harbolnas 2019 tercatat melebihi target. Namun, tahun ini Indonesia telah dipukul resesi, lantas bagaimana prediksi pasar jelang Harbolnas 2020?
Melansir dari tekno.kompas.com, meski mengalami resesi, prediksi Harbolnas tahun ini tetap mendapat sambutan positif.
Mochamad Ikrar Pradana selaku Account Strategist Criteo Asia Tenggara berpendapat bahwa prediksi itu berkaca dari tren Harbolnas 12.12 tahun lalu.
Tahun lalu mampu melampaui puncak penjualan dan trafik pada program double days atau hari belanja tanggal kembar.
Hal itu juga terimbangi oleh adanya double days seperti 10.10 atau 11.11 yang kerap e-commerce gelar untuk menarik trafik dan penjualan pada platformnya.
Melalui data terbaru perusahaan teknologi periklanan, Criteo, tingkat penjualan melalui program double days Indonesia terus tumbuh sejak Juli 2020.
Program double days 7.7 pada Juli 2020 mencatatkan pertumbuhan sebesar 32 persen dan 66 persen pada double days 8.8 pada Oktober.
Kemudian pada September, program 9.9 juga mencatat kenaikan penjualan sebesar 98 persen.
Tren berlanjut pada program double days 10.10 yang berlangsung pada Oktober 2020 dengan peningkatan sebesar 199 persen.
Lalu pada double days 11.11 yang berlangsung pada November, penjualan online meningkat hingga 274 persen.
Tren positif ini menurut Ikrar akan tetap berlanjut pada Harbolnas 12.12 pada Desember, sebagaimana yang terjadi pada tahun lalu.
Ikrar mengatakan bahwa data penjualan bulan Oktober dan November 2020 melalui program double days menunjukkan bahwa pandemi tidak menurunkan tren belanja online di Indonesia.
Pandemi Mengubah Perilaku Konsumen, Meski Resesi, Prediksi Harbolnas Tetap Akan Meningkat
Meskipun pada kuartal III-2020, Indonesia sempat mengumumkan resesi ekonomi.
Pandemi sebenarnya menyebabkan perubahan perilaku konsumen seperti perubahan dari belanja luring ke daring.
Dalam risetnya, Criteo juga mencatat pada kuartal III-2020, sebanyak 78 persen konsumen belanja online di Indonesia mengeklik iklan dalam aplikasi enam bulan terakhir ini.
Sebanyak 53 persen dari jumlah tersebut melakukan pembelian setelah membuka iklan.
“Dengan pembeli yang sekarang lebih terbuka terhadap pengalaman ritel di dalam aplikasi, peritel harus meningkatkan upaya untuk melibatkan konsumen melalui media ini selama momen ritel utama seperti 12.12, untuk mencapai daya tarik yang maksimum,” kata Pauline Lemaire, Director of Account Strategy for Large Customers, Criteo SEA, Hong Kong, and Taiwan.
Temuan Criteo sejalan dengan laporan e-Conomy SEA terbaru dari Google dan Temasek yang terpublikasi pada November lalu.
E-commerce menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan paling pesat daripada layanan berbasis internet lain.
Di Indonesia, e-commerce tumbuh 54 persen atau 32 miliar dollar AS (sekitar Rp 454 triliun) pada 2020. Jumlah supplier lokal juga meningkat lima kali lipat dari masyarakat yang mencoba berjualan secara online di e-commerce.
Ekonomi digital Indonesia juga terprediksi tetap akan meningkat hingga 22 miliar dollar AS (sekitar Rp 624 triliun) dari total produk domestik bruto (GDP). (IAA)