Islam menempatkan anak pada posisi yang sangat terhormat, bukan sekadar sebagai penerus generasi, melainkan sebagai anugerah ilahi yang membawa berkah dan kebahagiaan bagi orang tua. Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW secara eksplisit menekankan pentingnya peran anak dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sekaligus memberikan panduan komprehensif bagi orang tua dalam mendidik dan membesarkan mereka. Kehadiran anak-anak bukan hanya semata-mata pemenuhan naluri biologis, melainkan sebuah amanah suci yang membutuhkan pemahaman mendalam tentang ajaran Islam. Hadits-hadits Rasulullah SAW yang membahas tentang anak-anak menjadi kompas moral bagi orang tua dalam menjalankan peran suci ini. Berikut uraian lima hadits Rasulullah SAW yang memberikan pencerahan tentang pengasuhan anak yang berlandaskan ajaran Islam:
1. Menanamkan Tauhid sejak Dini: Fondasi Iman yang Kokoh
Pendidikan agama merupakan pilar utama dalam membentuk karakter anak yang saleh dan bertakwa. Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Amar bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya, menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai tauhid sejak usia dini. Hadits tersebut berbunyi: "Perintahlah anak-anakmu mengerjakan salat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat saat mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan)." (HR. Abu Daud)
Hadits ini bukan sekadar anjuran untuk mengajarkan salat, melainkan sebuah ajakan untuk menanamkan kesadaran akan kewajiban beribadah kepada Allah SWT sejak usia dini. Usia tujuh tahun dianggap sebagai usia di mana anak sudah mampu memahami dan menjalankan perintah agama. Pukulan yang disebutkan dalam hadits ini bukan berarti kekerasan fisik yang brutal, melainkan sebagai bentuk teguran dan disiplin yang proporsional untuk membiasakan anak menjalankan ibadah. Pemisahan tempat tidur antara anak laki-laki dan perempuan setelah usia sepuluh tahun juga merupakan bagian dari pendidikan akhlak dan menjaga kesucian.
Lebih dari sekadar ibadah ritual, mengajarkan salat kepada anak merupakan proses internalisasi nilai-nilai tauhid, membentuk ketaatan, dan membangun hubungan spiritual yang kuat dengan Sang Pencipta. Proses ini membutuhkan kesabaran, keteladanan, dan pendekatan yang bijaksana dari orang tua. Orang tua perlu menjadi teladan yang baik dalam menjalankan ibadah, sehingga anak termotivasi untuk meniru dan meneladani perilaku positif tersebut. Penjelasan yang sederhana dan mudah dipahami, serta pendekatan yang penuh kasih sayang, akan lebih efektif daripada paksaan dan kekerasan.
2. Kemuliaan Anak Perempuan: Anugerah yang Tak Ternilai
Islam sangat menghargai dan memuliakan perempuan. Hadits Rasulullah SAW menegaskan kedudukan mulia anak perempuan, menolak diskriminasi gender yang sering terjadi dalam berbagai budaya. Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim menyebutkan kisah seorang wanita yang datang kepada Nabi SAW meminta bantuan, namun Nabi SAW hanya memiliki satu buah kurma. Wanita tersebut membagi kurma itu untuk kedua anaknya, sementara ia sendiri tidak memakannya. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang bagi siksa api neraka." (HR. Muslim)
Hadits ini menggarisbawahi pentingnya memperlakukan anak perempuan dengan baik, memberikan kasih sayang dan pendidikan yang setara dengan anak laki-laki. Perlakuan yang baik terhadap anak perempuan bukan hanya kewajiban moral, melainkan juga investasi akhirat yang akan memberikan pahala dan perlindungan dari siksa neraka. Hadits lain dari Anas bin Malik juga menyebutkan, "Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa, maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku." (HR. Muslim)
Hadits ini menekankan tanggung jawab orang tua dalam membesarkan dan mendidik anak perempuan hingga dewasa. Pengasuhan yang penuh kasih sayang, pendidikan yang berkualitas, dan perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi merupakan kewajiban orang tua. Menghormati dan memuliakan anak perempuan adalah bentuk pengamalan ajaran Islam yang sesungguhnya. Keberhasilan mendidik anak perempuan akan menjadi kebanggaan dan pahala bagi orang tua di dunia dan akhirat.
3. Menghindari Kebohongan: Menjaga Integritas dan Kepercayaan
Kejujuran merupakan salah satu nilai moral yang sangat ditekankan dalam Islam. Rasulullah SAW melarang keras segala bentuk kebohongan, baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, termasuk dalam berinteraksi dengan anak-anak. Hadits Rasulullah SAW berbunyi, "Sesungguhnya kebohongan itu tidak pantas dilakukan dengan sungguh-sungguh ataupun main-main. Dan seorang ayah berjanji kepada anaknya, kemudian janji itu tidak dipenuhi," (HR. Al-Hakim).
Hadits ini menekankan pentingnya menjaga kejujuran dalam setiap perkataan dan perbuatan, termasuk dalam berinteraksi dengan anak. Kebohongan, meskipun terlihat sepele, dapat merusak kepercayaan anak terhadap orang tua dan lingkungan sekitarnya. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya, sehingga orang tua harus menjadi teladan dalam bersikap jujur dan bertanggung jawab. Menepati janji kepada anak merupakan bagian dari pendidikan karakter yang penting.
Hadits lain juga menyebutkan, "Barangsiapa yang berkata kepada anak kecil, ‘Kemarilah! Ambillah ini!’ Tetapi ia tidak memberikannya (walaupun anak tersebut sudah mendatanginya), maka itu termasuk perbuatan dusta," (HR. Ahmad). Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya konsistensi antara ucapan dan perbuatan. Kebohongan, sekecil apapun, dapat merusak kepercayaan anak dan membentuk karakter yang tidak jujur. Orang tua harus selalu menjaga kejujuran dan konsistensi dalam perkataan dan perbuatannya agar dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-anak.
4. Kasih Sayang: Nutrisi Jiwa yang Penting
Kasih sayang merupakan kunci utama dalam membina hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Rasulullah SAW menganjurkan orang tua untuk memperlakukan anak-anak dengan penuh kasih sayang, kelembutan, dan perhatian. Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari menyebutkan kisah seorang Arab yang bertanya kepada Nabi SAW tentang kebiasaan mencium anak laki-laki. Nabi SAW menjawab, "Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rahmat/sayang dari hatimu." (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya kasih sayang dalam membentuk kepribadian anak. Kasih sayang bukan hanya sekedar ekspresi fisik seperti mencium atau memeluk, tetapi juga meliputi perhatian, dukungan, dan pemahaman terhadap kebutuhan emosional anak. Kasih sayang yang tulus akan menciptakan ikatan batin yang kuat antara orang tua dan anak, sehingga anak merasa aman, dicintai, dan dihargai.
Hadits lain juga menyebutkan, Rasulullah SAW mencium Hasan bin Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro bin Haabis At-Tamim yang sedang duduk. Al-Aqro’ berkata, "Aku memiliki sepuluh orang anak. Tidak seorang pun dari mereka yang pernah kucium." Maka Rasulullah SAW melihat kepada Al-Aqro dan berkata, "Kalau Allah tidak memberikanmu perasaan kasih sayang, apa yang dapat diperbuat-Nya untuk kamu? Barangsiapa yang tidak mempunyai kasih sayang kepada orang lain, dia tidak akan mendapat kasih sayang dari Allah." (HR. Bukhari)
Hadits ini menegaskan bahwa kasih sayang merupakan sifat terpuji yang dianjurkan oleh agama Islam. Orang tua yang memiliki kasih sayang akan mampu mendidik anak-anaknya dengan baik dan membentuk kepribadian yang mulia. Kurangnya kasih sayang dapat berdampak negatif pada perkembangan psikologis anak dan dapat menyebabkan berbagai masalah perilaku.
5. Keadilan: Menjaga Keseimbangan dan Persamaan Hak
Keadilan dalam memperlakukan anak merupakan prinsip penting dalam pengasuhan Islami. Orang tua diwajibkan berlaku adil kepada semua anaknya, tanpa membeda-bedakan berdasarkan jenis kelamin, usia, atau prestasi. Hadits yang diriwayatkan oleh An-Nu’man bin Basyir menyebutkan kisah ayahnya yang datang kepada Nabi SAW untuk mempersaksikannya atas pemberian kepada salah satu anaknya. Rasulullah SAW bertanya, "Apakah kamu telah melakukan ini kepada anakmu semuanya?" Ayahnya menjawab, "Tidak." Rasulullah SAW bersabda, "Bertakwalah kepada Allah, dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu." (Muttafaq’alaih)
Hadits ini menekankan pentingnya keadilan dalam membagi kasih sayang, perhatian, dan kesempatan kepada semua anak. Perlakuan yang tidak adil dapat menimbulkan kecemburuan, perselisihan, dan kerusakan hubungan antar saudara. Orang tua harus berusaha semaksimal mungkin untuk berlaku adil dalam segala hal, meskipun terkadang sulit untuk mencapai kesetaraan yang sempurna. Usaha untuk berlaku adil lebih penting daripada kesempurnaan hasil.
Keadilan dalam pengasuhan anak bukan hanya tentang pembagian materi, tetapi juga mencakup perhatian, waktu, dan kesempatan yang sama dalam pendidikan, pengembangan bakat, dan pengambilan keputusan. Orang tua harus mampu memahami kebutuhan dan karakteristik masing-masing anak, dan memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Keadilan dalam pengasuhan anak akan menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan menumbuhkan rasa persaudaraan yang kuat di antara anak-anak.
Kesimpulannya, hadits-hadits Rasulullah SAW tentang anak-anak memberikan panduan komprehensif bagi orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak-anak yang saleh, bertakwa, dan berakhlak mulia. Pengasuhan yang berlandaskan ajaran Islam membutuhkan komitmen, kesabaran, dan keteladanan dari orang tua. Dengan memahami dan mengamalkan hadits-hadits tersebut, orang tua dapat menjalankan amanah suci ini dengan penuh tanggung jawab dan meraih ridho Allah SWT.