Surabaya, 16 Januari 2025 – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, menekankan pentingnya tiga pilar konsolidasi internal untuk mengoptimalkan potensi organisasi terbesar di Indonesia ini. Dalam sambutannya di acara Kick Off Hari Lahir (Harlah) ke-102 NU di Kantor PWNU Jawa Timur, Surabaya, Gus Yahya memaparkan strategi kunci untuk meneruskan estafet kepemimpinan dan menjaga kejayaan NU di masa mendatang.
Ketiga pilar konsolidasi tersebut, menurut Gus Yahya, saling berkaitan dan harus dijalankan secara sinergis untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Ketiadaan satu pilar saja, dapat menghambat pencapaian visi dan misi NU dalam berkontribusi bagi bangsa dan negara.
Pilar Pertama: Konsolidasi Tata Kelola Organisasi
Pilar pertama yang ditekankan Gus Yahya adalah perbaikan tata kelola internal NU. Hal ini mencakup seluruh proses dan prosedur berorganisasi, mulai dari tingkat ranting hingga Pengurus Besar. Gus Yahya menyadari bahwa peningkatan martabat dan kredibilitas NU di masa depan sangat bergantung pada efisiensi dan transparansi pengelolaan organisasi.
“Perbaikan tata kelola bukan hanya sekadar pembenahan administrasi,” tegas Gus Yahya. “Lebih dari itu, ini menyangkut bagaimana kita membangun sistem yang akuntabel, efektif, dan responsif terhadap kebutuhan zaman. Tata kelola yang baik akan menjadi fondasi yang kokoh bagi seluruh aktivitas NU.”
Perbaikan tata kelola ini mencakup berbagai aspek, mulai dari penyusunan anggaran yang transparan dan akuntabel, mekanisme pengambilan keputusan yang partisipatif, hingga sistem pelaporan yang terintegrasi. Dengan demikian, setiap program dan kegiatan NU dapat dijalankan secara terukur dan berkelanjutan.
Pilar Kedua: Konsolidasi Sumber Daya Manusia dan Pembiayaan
Pilar kedua yang tak kalah penting adalah konsolidasi sumber daya, baik manusia maupun pembiayaan. Gus Yahya mengakui bahwa NU telah memiliki ribuan kader yang terlatih melalui berbagai program kaderisasi. Namun, jumlah tersebut masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan organisasi yang begitu luas dan kompleks.
“Puluhan ribu kader yang telah lahir merupakan aset berharga NU,” ujar Gus Yahya. “Namun, kita perlu melakukan konsolidasi yang lebih terarah dan terstruktur untuk memastikan kualitas dan kuantitas kader yang mumpuni. Ini bukan hanya soal jumlah, tetapi juga kualitas dan kompetensi kader yang mampu menjawab tantangan zaman.”
Konsolidasi sumber daya manusia ini meliputi peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan kader, pengembangan kepemimpinan, serta penempatan kader sesuai dengan kompetensi dan keahlian masing-masing. Selain itu, Gus Yahya juga menekankan pentingnya konsolidasi pembiayaan untuk menunjang seluruh program dan kegiatan NU. Pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program-program NU.
“Konsolidasi pembiayaan bukan hanya soal pengumpulan dana, tetapi juga bagaimana kita mengelola dana tersebut secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal,” tambah Gus Yahya. “Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan merupakan kunci kepercayaan publik terhadap NU.”
Pilar Ketiga: Konsolidasi Agenda dan Program Kerja
Pilar ketiga yang menjadi fokus Gus Yahya adalah konsolidasi agenda dan program kerja. Ia menekankan pentingnya sinkronisasi program dari tingkat pusat hingga ranting, sehingga tercipta orkestrasi yang harmonis dan efektif. Program-program yang tumpang tindih atau tidak terintegrasi akan menghambat pencapaian tujuan organisasi.
“Konsolidasi agenda ini penting untuk memastikan bahwa seluruh program dan kegiatan NU berjalan seiring dan sejalan dengan visi dan misi organisasi,” jelas Gus Yahya. “Sinkronisasi program dari pusat hingga ranting akan memaksimalkan dampak positif dari setiap program yang dijalankan.”
Gus Yahya berharap PWNU dapat menyelaraskan program kerjanya dengan program PBNU, yang kemudian akan diteruskan oleh PCNU, MWC, hingga ranting NU. Dengan demikian, seluruh elemen NU dapat bergerak secara terpadu dan terarah dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini juga akan memastikan bahwa warisan para pendiri NU dapat diteruskan dan dikembangkan oleh generasi penerus.
Harlah ke-102 NU: Momentum Konsolidasi Nasional
Acara Kick Off Harlah ke-102 NU di Surabaya hanyalah salah satu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk memperkuat konsolidasi internal. Rangkaian kegiatan ini meliputi Kongres Pendidikan, Kongres Keluarga Maslahat NU, Resepsi Harlah NU, dan Munas-Konbes NU. Seluruh program ini dirancang sebagai wadah untuk menyatukan gagasan, visi, dan program kerja NU di berbagai jenjang kepengurusan.
Tema Harlah ke-102 NU, “Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat”, mencerminkan komitmen NU untuk terus berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara. Melalui konsolidasi internal yang kuat, NU diharapkan dapat memainkan peran yang lebih besar dalam pembangunan nasional.
Acara Kick Off tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting NU, termasuk Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Katib Aam PBNU KH Ahmad Said Asrori, Sekjen PBNU H Saifullah Yusuf, Bendahara Umum PBNU H Gudfan Arif, Waketum PBNU H Amin Said Husni, dan pengurus lainnya. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen bersama untuk memperkuat organisasi dan memajukan NU di masa depan.
Gus Yahya berharap, melalui tiga pilar konsolidasi ini, NU dapat semakin solid dan mampu menjalankan perannya sebagai organisasi keagamaan yang besar dan berpengaruh di Indonesia. Konsolidasi ini bukan hanya sekadar upaya internal, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk memastikan bahwa NU tetap relevan dan mampu menjawab tantangan zaman. Dengan demikian, warisan para pendiri NU dapat terus dijaga dan dikembangkan untuk kesejahteraan umat dan kemajuan bangsa.