ERAMADANI.COM, JAKARTA – Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah tutp usia di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, pada Ahad (02/02/2020) malam.
Sebelumnya, putra Salahuddin Wahid, Ipang Wahid, mengatakan, kondisi ayahnya dalam keadaan kritis, Minggu petang.
“Jumat kemarin Bapak drop banget,” ujar putra Gus Sholah, Irfan Wahid atau yang dikenal Ipang Wahid, kepada Kompas.com,
Hanif mengatakan, kondisi Gus Sholah terus menurun setelah menjalani bedah jantung pada Sabtu (01/02/2020). “Jadi sedang dalam pemulihan, tetapi kondisinya terus menurun,” katanya.
Gus Sholah sebelumnya dilarikan ke rumah sakit karena mengalami gangguan ritme jantung dua pekan lalu. Atas saran dokter, Ia lalu menjalani operasi ablasi atau pemasangan kateter ke dalam ruang jantung.
Kiprahnya Gus Sholah Sebelum Tutup Usia
![](https://eramadani.com/wp-content/uploads/2020/02/gus.jpg)
Dilansir dari Kumparan.com, Gus Sholah tak hanya dikenal sebagai ulama, tapi juga aktivis dan politisi. Ia merupakan adik mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng.
Menurut Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebut sosok mendiang Sholahuddin Wahid alias Gus Sholah sebagai tokoh yang fokus dalam menjaga persatuan antarsesama umat Islam.
Selain itu, pria kelahiran Jombang, 11 September 1942 itu dikenal sebagai ulama yang gemar menulis, aktivis, juga politikus. Meninggalkan kariernya di bidang kontraktor.
Dikutip dari situs berbeda Tempo.co, pria lulusan arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mulai aktif menulis. Pada 1993, Gus Solah menjadi pimpinan redaksi majalah Konsultan.
Setelah itu, ia aktif menulis di harian Republika, Kompas, Suara Karya, dan lain sebagainya. Tulisannya banyak menyoroti berbagai persoalan yang sedang dihadapi umat dan bangsa.
Selain menulis di media massa, ia juga menulis beberapa buku. Karya-karyanya yang telah dibukukan, antara lain: Negeri di Balik Kabut Sejarah (November 2001).
Mendengar Suara Rakyat (September 2001), Menggagas Peran Politik NU (2002), Basmi Korupsi, Jihad Akbar Bangsa Indonesia (November 2003).
Ia juga pernah ikut Membangun Demokrasi, Pengalaman 55 Hari Menjadi Calon Wakil Presiden (November 2004).
Sejak pertengahan tahun 2007 silam, ia mengumpulkan naskah-naskah tulisannya yang pernah diterbitkan di berbagai media untuk diterbitkan dalam bentuk buku.
Selain itu, ia juga sering diminta memberikan pengantar pada buku-buku karya penulis lain.
Kemampuan menulis Gus Solah tidak lepas dari kegemarannya membaca sejak usia muda. Kebiasaan itu terus dipertahankan hingga usia tua.
Ia biasanya menyediakan waktu untuk membaca sebelum dan sesudah makan sahur, setelah salat subuh, pagi hari, dan juga sore hari. Dalam satu bulan, sepuluh judul buku bisa habis dibacanya.
Ia juga aktif berorganisasi sejak muda. Ia pernah menjadi bagian ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), bahkan pernah terpilih menjadi Anggota Dewan Penasehat ICMI sejak 1995 hingga 2005.
Lalu pada tahun 2000, terpilih menjadi Ketua MPP ICMI periode 2000-2005. Keanggotaannya di ICMI membuat Gus Solah semakin dekat dengan dunia politik. (MYR)