Jakarta, 16 Mei 2025 – Kepala Badan Penyelenggara Haji dan Umrah (BPJU) Mochamad Irfan Yusuf, atau yang akrab disapa Gus Irfan, mengusulkan pemanfaatan momentum musim haji sebagai katalis peningkatan kerja sama pariwisata antara Indonesia dan Arab Saudi. Gagasan ini dilontarkan Gus Irfan dalam Forum Umrah dan Ziarah ke-2 di Madinah, 14-16 April 2025, sebuah forum bergengsi yang dihadiri oleh tokoh-tokoh penting Kerajaan Arab Saudi, termasuk Putra Mahkota Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud.
Usulan Gus Irfan ini berangkat dari potensi besar yang belum tergali secara maksimal. Ia melihat peluang emas dalam optimalisasi penerbangan haji, yang kerap kali mengalami kursi kosong pada penerbangan pulang dari Arab Saudi ke Indonesia. Kapasitas pesawat yang terpakai sebagian ini, menurutnya, dapat dimanfaatkan untuk mengangkut wisatawan Arab Saudi ke Indonesia.
"Indonesia sering digambarkan sebagai sepotong surga," ujar Gus Irfan dalam keterangan persnya. "Dari Bali dan Lombok hingga Aceh dan Yogyakarta. Kami menawarkan ketenangan spiritual, kekayaan budaya, dan keindahan alam yang siap menyambut saudara-saudara kami dari Saudi." Pernyataan ini sekaligus menegaskan komitmen Indonesia untuk menawarkan destinasi wisata yang beragam dan berkualitas tinggi, melampaui citra Bali sebagai satu-satunya tujuan wisata Indonesia yang dikenal di Arab Saudi. Ia secara khusus menekankan potensi wisata di Lombok, Aceh, dan Yogyakarta sebagai alternatif destinasi yang menjanjikan.
Lebih dari sekadar memanfaatkan kapasitas pesawat yang kosong, Gus Irfan melihat potensi ini sebagai sebuah jembatan untuk memperkuat hubungan bilateral kedua negara. "Mari kita ubah arus jamaah menjadi jembatan pariwisata dan persaudaraan," tegasnya. Visi ini mengindikasikan sebuah pergeseran paradigma, dari sekadar penyelenggaraan ibadah haji menjadi sebuah platform untuk mempererat hubungan ekonomi dan budaya antara Indonesia dan Arab Saudi.
Gagasan Gus Irfan tidak hanya berhenti pada pemanfaatan kapasitas penerbangan. Ia juga mendorong penguatan kerja sama di sektor digital, khususnya integrasi platform Nusuk milik Pemerintah Saudi dengan sistem umrah Indonesia. Integrasi ini diyakini akan meningkatkan transparansi dan kenyamanan bagi jutaan jamaah umrah Indonesia yang setiap tahunnya mengunjungi Tanah Suci. Langkah ini merupakan upaya untuk menciptakan ekosistem perjalanan umrah yang lebih efisien dan terintegrasi, sekaligus meningkatkan kepercayaan jamaah.
Melihat potensi pasar umrah Indonesia yang mencapai 1,5 juta jamaah per tahun, Gus Irfan menekankan perlunya kemitraan strategis jangka panjang yang saling menguntungkan. Kerja sama ini tidak hanya terbatas pada penyelenggaraan ibadah, tetapi juga mencakup berbagai sektor potensial lainnya. Ia mencontohkan potensi suplai produk makanan halal dari Indonesia ke Arab Saudi, ekspor rempah-rempah, dan pengembangan layanan berbasis teknologi.
"Di tengah tantangan geopolitik dan ekonomi global, kita punya peluang untuk membangun poros ekonomi umat berbasis haji dan umrah," jelas Gus Irfan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Gus Irfan melihat potensi kerja sama ini sebagai sebuah strategi untuk menghadapi tantangan global, sekaligus memperkuat ekonomi umat Islam di dunia. Ia melihat kerja sama ini sebagai sebuah investasi jangka panjang yang berdampak luas, bukan hanya pada sektor pariwisata, tetapi juga pada perekonomian kedua negara.
"Kolaborasi Indonesia dan Arab Saudi di sektor ini bukan hanya soal pelayanan, tapi investasi jangka panjang bagi masa depan dunia Islam," tambahnya. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya kerja sama ini dalam konteks yang lebih besar, yaitu kontribusinya terhadap perkembangan dunia Islam secara global. Kerja sama ini bukan hanya sekadar transaksi ekonomi, tetapi juga sebuah upaya untuk memperkuat persaudaraan dan solidaritas antar umat Islam.
Kehadiran Gus Irfan di Forum Umrah dan Ziarah ke-2, yang dibuka oleh sejumlah tokoh penting Kerajaan Arab Saudi, menunjukkan komitmen Indonesia dalam memperkuat kerja sama di sektor haji dan umrah. Partisipasinya dalam forum ini juga menjadi bukti keseriusan Indonesia dalam membangun hubungan bilateral yang lebih erat dengan Arab Saudi.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Irfan juga menegaskan posisi BPJU sebagai otoritas tunggal yang bertanggung jawab penuh atas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah di Indonesia. Ia menekankan komitmen BPJU untuk menyelenggarakan ibadah haji dan umrah yang berkualitas, efisien, dan berorientasi pada nilai-nilai peradaban dan keadaban, sesuai dengan amanah Presiden RI. Pernyataan ini menegaskan kembali peran dan tanggung jawab BPJU dalam memastikan kelancaran dan kenyamanan jamaah haji dan umrah Indonesia.
Usulan Gus Irfan ini merupakan sebuah langkah inovatif yang berpotensi besar untuk meningkatkan kerja sama pariwisata antara Indonesia dan Arab Saudi. Pemanfaatan momentum haji sebagai katalis peningkatan kerja sama ini menunjukkan sebuah visi yang strategis dan komprehensif. Jika usulan ini terealisasi, maka kerja sama ini tidak hanya akan meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga mempererat hubungan bilateral kedua negara, serta memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi wisata unggulan di dunia. Keberhasilan implementasi gagasan ini akan sangat bergantung pada komitmen dan kerja sama yang kuat antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi, serta dukungan dari berbagai pihak terkait. Langkah selanjutnya adalah merumuskan strategi yang konkret dan terukur untuk merealisasikan gagasan ini, termasuk studi kelayakan, negosiasi dengan pihak terkait di Arab Saudi, dan penyusunan regulasi yang mendukung. Suksesnya inisiatif ini akan menjadi contoh nyata bagaimana momentum ibadah haji dapat dimaksimalkan untuk mencapai tujuan ekonomi dan diplomasi yang lebih luas.