ERAMADANI.COM, DENPASAR – Gubernur Bali Wayan Koster didaulat menjadi narasumber dalam program ‘Sapa Indonesia Pagi’ Kompas TV pada Rabu (13/05/2020) pagi melalui teleconference di Rumah Jabatan, Jaya Sabha, Denpasar, ia mengungkapkan rahasia menjadi provinsi bebas Covid-19.
Gubernur Koster membeberkan berbagai kebijakan dan langkah penanganan Covid-19 di Provinsi Bali, yang dinilai paling efektif.
Ia juga mengatakan bahwa Provinsi Bali ditargetkan menjadi provinsi pertama di Indonesia yang Bebas Covid-19.
Melihat, hingga saat ini angka kesembuhan pasien Covid-19 di Bali hampir mencapai 65 persen dari ada derah lain.
Ditambah lagi berbagai langkah strategis pencegahan penyebaran virus tersebut di lapangan dengan melibatkan desa-desa adat.
“Berkaitan dengan pencegahan, saya membuat satu pola penanganan dengan manajemen secara bertingkat mulai dari tingkat provinsi dengan melibatkan Pangdam,” imbuhnya.
“Kapolda hingga Majelis Desa Adat (MDA)dan PHDI. Di tingkat kabupaten/kota ada Bupati/Walikota dan di tingkat paling bawah kami berdayakan desa adat, kearifan lokal yang kami punya yang memiliki suatu fingsi dan kewenangan memadai,” ungkapnya.
“Desa adat kami sudah perkuat dengan Perda, dan kami berdayakan betul karena dalam lembaga desa adat ada hukum adat yang bisa diterapkan untuk mengatur, mendisiplinkan dan menertibkan warga. Karena itu kami lakukan ‘pertempuran’ menghadapi Covid-19 inii di tingkat yang paling bawah dalam lingkup desa adat bersama kelurahan, Babinsa dan pihak lain,” terangnya.
Arahan dan Imbauan Rahasia Menjadi Provinsi Bebas Covid-19
Arahan dan himbauan tentu datangnya dari pemerintah pusat, namun di Bali kami pertajam lagi lewat surat edaran, himbauan, instruksi dan keputusan bersama.
Menjaga jarak, bekerja dari rumah, belajar di rumah, protokol kesehatan dan lainnya. Semuanya itu dijalankan secara operasional-nya oleh pemimpin di desa-desa adat.
Melalui hukum adatnya sehingga itu betul-betul menjadi sangat efektif untuk membatasi pergerakan masyarakat di tingkat desa.
Pemerintah Provinsi Bali juga melibatkan Majelis Desa Adat dan PHDI dalam penanganan Corona ini, karena tidak bisa hanya dengan kebijakan pemerintah, namun juga perlu didukung dengan suatu kearifan lokal yang menurut keyakinan kami adalah warisan leluhur sebagai cara untuk meneghadapi munculnya wabah. Hal ini disebut niskala.
“kami tidak memberlakukan peraturan, namun himbauan dan instruksi. Jika masyarakat bisa kita ajak tertib bukan dengan ancaman atau peraturan, itu adalah hal yang baru.
“Jadi bagaimana menyadarkan masyarakat bahwa masalah yang kita hadapi ini adalah sesuatu yang harus kita hadapi dengan kedisiplinan, ketertiban, maka menurut saya tidak perlu PSBB. Sejauh ini semua himbauan dan instruksi yang saya berikan dijalankan dengan sangat baik sehingga pergerakan masyarakat sangat berkurang”, tegasnya.
Untuk mencapai fase Bali ini bebas Corona adalah yang pertama kita kendalikan penambahan jumlah pasien positif hingga titik terendah.
Lalu yang kedua, pasien yang sedang dalam perawatan kita tangani dengan fasilitas yang memadai. RS, kamar, dokter, perawat dan lainnya. Sedangkan yang ketiga kita berupaya betul agar jangan sampai ada pasien yang meninggal. (HAD)