Kehidupan bermasyarakat yang harmonis merupakan pilar penting dalam ajaran Islam. Al-Quran dan Hadits senantiasa menekankan pentingnya menjaga hubungan baik, khususnya dengan tetangga. Firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat 7, yang meskipun terjemahannya tidak disertakan secara lengkap dalam teks sumber, secara umum menggarisbawahi prinsip sebab-akibat dalam perilaku manusia: perbuatan baik akan kembali kepada diri sendiri, begitu pula sebaliknya. Ayat ini menjadi landasan kuat bagi pentingnya membangun relasi positif dengan sesama, termasuk tetangga. Kehidupan bertetangga yang rukun dan saling menghormati bukan sekadar pilihan, melainkan kewajiban moral yang berimplikasi pada kesejahteraan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Lebih dari sekadar menghindari konflik, adab bertetangga dalam Islam menuntut sikap proaktif dalam membangun hubungan yang penuh kasih sayang dan saling membantu. Hal ini tercermin dalam berbagai ajaran yang menekankan kebaikan, kepedulian, dan rasa empati terhadap sesama manusia yang tinggal berdekatan. Buku "Pelajaran Adab Islam 2" karya Suhendri dkk. memaparkan beberapa poin penting terkait etika ketetanggaan yang perlu dipahami dan dipraktikkan oleh setiap Muslim. Berikut uraian lebih detail mengenai enam adab tersebut, yang dielaborasi dengan konteks sosial dan kontemporer:
1. Menjaga Sikap Baik dan Menghindari Perilaku Merugikan:
Ajaran Islam mendorong setiap Muslim untuk senantiasa bersikap baik kepada tetangganya. Hal ini dijelaskan dalam surah An-Nisa ayat 36 (yang juga terjemahannya tidak disertakan secara lengkap), yang menekankan pentingnya berbuat baik kepada berbagai kelompok masyarakat, termasuk tetangga dekat dan jauh. Ayat ini tidak hanya sekadar memerintahkan untuk tidak berbuat jahat, tetapi juga secara aktif mendorong tindakan kebaikan dan kedermawanan. Sikap baik ini meliputi berbagai aspek, mulai dari ucapan yang ramah dan santun, hingga tindakan nyata yang menunjukkan kepedulian dan rasa hormat.
Dalam konteks modern, menjaga sikap baik kepada tetangga dapat diwujudkan dalam berbagai cara. Misalnya, menyapa dengan ramah saat bertemu, membantu tetangga yang membutuhkan, menghindari kebisingan yang berlebihan, terutama di waktu istirahat, dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Sikap toleransi dan saling pengertian juga sangat penting dalam menjaga keharmonisan hubungan antartetangga, terutama di tengah masyarakat yang majemuk dan beragam latar belakangnya. Menghindari perselisihan dan menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah merupakan bagian integral dari menjaga sikap baik ini.
Hadits Nabi Muhammad SAW juga menekankan pentingnya memuliakan tetangga. Hadits dari Abu Hurairah RA, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya," menunjukkan bahwa memuliakan tetangga merupakan cerminan keimanan seseorang. Pemuliaan ini tidak hanya bersifat formal, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap tetangga. Ini mencakup menghormati privasi mereka, tidak mencampuri urusan rumah tangga mereka, dan selalu berusaha untuk menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi mereka.
2. Menghormati Hak dan Ruang Pribadi Tetangga:
Konsep "hak" dan "ruang pribadi" sangat relevan dalam konteks adab bertetangga. Islam mengajarkan untuk tidak menghalangi tetangga dalam membangun rumah atau melakukan aktivitas di atas tanah miliknya. Hadits dari Abu Hurairah RA, "Janganlah salah seorang di antara kalian melarang tetangganya menancapkan kayu di dinding (tembok)nya," menunjukkan larangan untuk mengganggu hak milik dan aktivitas tetangga. Ini mencakup tidak hanya hal-hal yang bersifat fisik, seperti membangun bangunan yang menghalangi akses cahaya matahari atau udara ke rumah tetangga, tetapi juga hal-hal yang bersifat non-fisik, seperti mengganggu privasi mereka atau melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan.
Dalam konteks perencanaan kota dan pembangunan perumahan modern, prinsip ini sangat penting untuk dijaga. Peraturan bangunan dan tata ruang harus dirancang untuk memastikan bahwa hak dan ruang pribadi setiap warga terlindungi. Konflik terkait pembangunan rumah atau penggunaan lahan sering kali terjadi karena kurangnya pemahaman dan penghormatan terhadap hak milik dan ruang pribadi tetangga. Oleh karena itu, penting untuk selalu bermusyawarah dan mencari solusi yang adil dan saling menguntungkan sebelum melakukan pembangunan atau aktivitas yang berpotensi mengganggu tetangga.
3. Menghindari Gangguan dan Kebisingan:
Menghindari tindakan yang mengganggu tetangga merupakan bagian penting dari adab bertetangga. Hadits dari Abu Hurairah RA, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah dia mengganggu tetangganya," menekankan larangan untuk melakukan tindakan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi tetangga. Gangguan ini dapat berupa kebisingan yang berlebihan, seperti suara musik atau televisi yang keras, bau yang tidak sedap, atau aktivitas yang dilakukan di luar jam yang wajar.
Di era modern, dengan semakin padatnya penduduk dan berkembangnya teknologi, penting untuk lebih sensitif terhadap potensi gangguan yang dapat ditimbulkan. Penggunaan teknologi, seperti perangkat elektronik dan kendaraan bermotor, harus dikontrol agar tidak mengganggu ketenangan dan kenyamanan tetangga. Saling mengingatkan dan berdiskusi dengan tetangga tentang potensi gangguan merupakan cara yang efektif untuk mencegah konflik dan menjaga keharmonisan hubungan.
4. Menjenguk Tetangga yang Sakit:
Menjenguk tetangga yang sakit merupakan bentuk kepedulian dan empati yang diajarkan dalam Islam. Hadits yang menyebutkan pahala besar bagi orang yang menjenguk saudara muslim yang sakit, menunjukkan betapa pentingnya tindakan ini dalam membangun hubungan yang kuat dan saling mendukung. Menjenguk tidak hanya sekadar memberikan dukungan moral, tetapi juga dapat memberikan bantuan praktis, seperti membantu mengurus keperluan rumah tangga atau memberikan makanan.
Dalam konteks masyarakat modern, menjenguk tetangga yang sakit dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kunjungan langsung dapat memberikan dukungan emosional yang lebih besar, sementara kunjungan tidak langsung, seperti mengirimkan makanan atau menghubungi melalui telepon, juga dapat memberikan rasa perhatian dan kepedulian.
5. Berbagi Rezeki dengan Tetangga yang Membutuhkan:
Islam mengajarkan untuk berbagi rezeki dengan tetangga yang membutuhkan, terutama yang fakir miskin. Hadits, "Bukanlah mukmin orang yang kenyang, sementara tetangga di sampingnya kelaparan," menunjukkan betapa pentingnya kepedulian terhadap kondisi ekonomi tetangga. Berbagi rezeki tidak hanya sekadar memberikan bantuan materi, tetapi juga merupakan bentuk solidaritas sosial dan rasa tanggung jawab terhadap sesama.
Dalam masyarakat modern, berbagi rezeki dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memberikan bantuan makanan, pakaian, atau uang. Lembaga sosial dan amal juga dapat berperan penting dalam mendistribusikan bantuan kepada tetangga yang membutuhkan. Sikap empati dan kepedulian terhadap kondisi ekonomi tetangga merupakan bagian penting dari membangun masyarakat yang adil dan berkeadilan.
6. Memberikan Bantuan dan Dukungan kepada Tetangga:
Memberikan bantuan dan dukungan kepada tetangga merupakan manifestasi nyata dari rasa persaudaraan dan solidaritas. Bantuan ini dapat berupa bantuan materi, seperti membantu memperbaiki rumah atau memberikan pinjaman, maupun bantuan non-materi, seperti memberikan nasihat, dukungan moral, atau membantu menyelesaikan masalah.
Dalam masyarakat modern, bentuk bantuan dan dukungan dapat beragam. Misalnya, membantu tetangga yang kesulitan mengurus anak, membantu mengurus keperluan rumah tangga bagi tetangga yang sakit atau lansia, atau memberikan dukungan moral bagi tetangga yang sedang menghadapi masalah. Sikap saling membantu dan mendukung merupakan kunci penting dalam membangun masyarakat yang kuat dan saling peduli.
Kesimpulannya, adab bertetanggaan dalam Islam merupakan ajaran yang komprehensif dan relevan untuk semua zaman. Lebih dari sekadar menghindari konflik, ajaran ini menekankan pentingnya membangun hubungan yang positif, saling menghormati, dan saling membantu. Dengan mengamalkan adab-adab tersebut, kita dapat menciptakan lingkungan hidup yang harmonis, aman, dan nyaman bagi diri sendiri dan tetangga kita. Penerapan nilai-nilai ini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga membutuhkan peran serta masyarakat dan pemerintah dalam menciptakan regulasi dan program yang mendukung terciptanya kehidupan bertetangga yang rukun dan saling menguntungkan.