ERAMADANI.COM, JAKARTA – Gedung Airport Operation Control Center (AOCC) Bandara Soekarno-Hatta pada 1 Oktober mendatang, akan menguji coba pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), untuk memenuhi kebutuhan suplai listrik dari PLN yang sudah ada pada peralatan teknologi canggih fasilitas bandara di AOCC.
Kesuksesan dalam membangun PLTS tersebut dikarenakan adanya kerja sama antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Angkasa Pura II.
PLTS di Gedung AOCC dibangun dan dikelola oleh PT Bukit Asam yang juga bermitra dengan anak usaha PT LEN Industri, yaitu PT Surya Energi Indotama.
PLTS tersebut berupa solar panel sistem (photovoltaics) dengan jumlah mencapai 720 panel.
Kapasitas dari panel ini sendiri mencapai 241 kilo watt per peak (kWp) yang dipasang dengan sistem atap (rooftop) di Gedung AOCC.
PLTS di Bandara Soekarno-Hatta merupakan yang terbesar dipasang di Indonesia.
Kapasitasnya hampir menyamai solar cell Bandara Changi Singapura yang sebesar 250 kWp.
Perlu diketahui, AOCC merupakan sistem teknologi informasi yang dapat disebut soft infrastructure untuk mengimbangi pembangunan hard infrastructure.
AOCC terintegrasi pada sistem yang dimiliki masing–masing stakeholder bandara, sehingga dapat berjalan secara maksimal.
“Harapannya, apa yang dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta ini dapat mendorong bandara-bandara lain juga mengadopsi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) melalui PLTS,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero), Muhammad Awaluddin, dilansir dari megapolitan.kompas.com.
PLTS Bandara Soekarno-Hatta Sebagai Konsep Green Airport
Pengoperasian PLTS ini merupakan upaya dari Bandara Soekarno-Hatta dalam menerapkan konsep green airport.
Selain itu, juga sebagai pintu masuk penerapan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) berikutnya.
Tidak hanya di Bandara Soekarno-Hatta, tetapi juga di seluruh bandara tanah air.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK), Kementerian ESDM, Agung Pribadi sangat mengapresiasi langkah yang diambil oleh PT Bukit Asam Tbk dan PT Angkasa Pura II (Persero).
Terkait dukungan terhadap program energi bersih yang bersumber dari EBT, penerapannya pun dapat mengefisienkan pemakaian listrik.
Sebagai catatan, pemerintah akan terus memasifkan pemanfaatan energi surya.
Kementerian ESDM sendiri menargetkan bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025, per bulan Mei ini baru mencapai 14,2 persen. (LWI)