Jakarta – Kisah para nabi dalam Islam senantiasa menarik perhatian dan menjadi sumber hikmah tak ternilai. Di antara rentetan kisah para utusan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan hadits, muncul sebuah narasi yang hingga kini masih diperdebatkan: keberadaan empat nabi yang diyakini masih hidup hingga saat ini. Buku "Lentera Kematian" karya Hakim Muda Harahap mencantumkan nama-nama tersebut: Nabi Khidir AS dan Nabi Ilyas AS yang konon masih berada di muka bumi, serta Nabi Idris AS dan Nabi Isa AS yang diyakini bersemayam di langit. Klaim ini telah memicu perdebatan panjang dan berkelanjutan dalam sejarah Islam, menghasilkan dua kubu pandangan yang saling bertolak belakang.
Satu kubu ulama berpendapat bahwa keempat nabi tersebut telah wafat, mengikuti sunnatullah yang berlaku bagi seluruh makhluk. Kubu lain, sebaliknya, meyakini mereka masih hidup hingga kini. Kedua kubu sama-sama merujuk pada dalil-dalil Al-Qur’an, hadits, serta kitab-kitab tafsir dan sejarah. Namun, perlu dicatat bahwa banyak hadits yang digunakan sebagai rujukan tergolong dha’if (lemah) bahkan palsu, menuntut kehati-hatian ekstra dalam menelaah validitas argumen yang diajukan. Kendati demikian, misteri seputar keberadaan keempat nabi ini tetap menarik untuk dikaji lebih lanjut, menawarkan perspektif yang kaya akan interpretasi dan pemahaman keagamaan.
Berikut uraian lebih rinci mengenai keempat nabi yang kerap disebut masih hidup, beserta analisis kritis terhadap argumen yang mendukung dan menentangnya:
1. Nabi Isa AS: Antara Pengangkatan dan Kematian
Nabi Isa AS, putra Maryam, merupakan salah satu figur sentral dalam perdebatan ini. Beliau memiliki silsilah keturunan yang terhubung dengan Nabi Daud AS, serta memiliki ikatan keluarga dengan Nabi Zakaria AS dan Nabi Yahya AS. Nabi Zakaria AS merupakan suami dari Asy-ya’, saudara perempuan Maryam. Kisah Nabi Isa AS, khususnya perihal wafatnya, memiliki berbagai versi yang saling berbeda, mengakibatkan munculnya dua pandangan yang berseberangan di kalangan ulama.
Pandangan pertama meyakini bahwa Nabi Isa AS belum wafat dan masih hidup hingga saat ini. Pandangan kedua, sebaliknya, berpendapat bahwa beliau telah meninggal dunia seperti nabi-nabi lainnya. Kedua pandangan ini sama-sama merujuk pada ayat Al-Qur’an, khususnya Surah Ali Imran ayat 55:
(Ayat dalam bahasa Arab dan terjemahannya)
Perdebatan berpusat pada tafsir frasa "mutawaffika wa rafi’uka" yang dapat diartikan sebagai "mewafatkan dan mengangkat". Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, mengartikan ayat tersebut sebagai pencabutan ruh Nabi Isa AS saat beliau tidur, bukan dalam keadaan bangun. Interpretasi ini mendukung pandangan yang meyakini Nabi Isa AS masih hidup, diangkat ke langit dalam keadaan jasad dan ruh yang utuh, dan akan kembali menjelang hari kiamat.
Sebaliknya, pandangan lain menafsirkan "mutawaffika" sebagai wafat secara umum, artinya ruh Nabi Isa AS diangkat ke tempat yang tinggi sementara jasadnya dilindungi dari kejahatan orang-orang Yahudi. Interpretasi ini menyimpulkan bahwa Nabi Isa AS telah meninggal dunia.
Riwayat pengangkatan Nabi Isa AS juga terdapat dalam kitab-kitab lain, seperti Injil Barnaba, yang menggambarkan peristiwa tersebut disaksikan langsung oleh ibunda dan para muridnya. Sebelum diangkat, Nabi Isa AS menyampaikan pesan perpisahan, kemudian empat malaikat datang menjemputnya ke langit.
Perlu ditekankan bahwa keyakinan umat Islam berbeda dengan pandangan Kristiani yang meyakini Nabi Isa AS disalib. Dalam Islam, dipercaya bahwa yang disalib adalah seseorang yang menyerupai Nabi Isa AS. Beberapa nama diajukan, di antaranya Yudas Iskariot atau Yudis bin Karyayutha, meskipun ada pula nama-nama lain yang dikemukakan. Perbedaan ini menjadi salah satu poin penting dalam memahami perbedaan interpretasi seputar keberadaan Nabi Isa AS hingga saat ini.
2. Nabi Idris AS: Kenabian dan Pengangkatan ke Martabat Tinggi
Nabi Idris AS, nenek moyang dari ayah Nabi Nuh AS, juga termasuk dalam daftar nabi yang diyakini masih hidup. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat cerdas dan menjadi pelopor dalam berbagai bidang. Nama "Idris" sendiri diartikan sebagai "yang tekun mempelajari sesuatu", menunjukkan dedikasi beliau dalam menuntut ilmu.
Kontribusi Nabi Idris AS terhadap peradaban manusia sangat signifikan. Beliau dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan keterampilan menulis, menjahit pakaian, membuat baju besi dan persenjataan, serta memahami ilmu matematika. Keilmuan dan kontribusinya yang luas menjadikan beliau salah satu nabi yang sangat dihormati.
Keyakinan tentang keberadaan Nabi Idris AS yang masih hidup didasarkan pada Surah Maryam ayat 57:
(Ayat dalam bahasa Arab dan terjemahannya)
Sebagian ulama menafsirkan ayat ini sebagai pengangkatan Nabi Idris AS ke langit beserta ruh dan jasadnya, sehingga beliau diyakini masih hidup secara lahir dan batin. Tafsir ini diperkuat oleh hadits dari Anas bin Malik yang menyebutkan pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Idris AS saat Isra’ Mi’raj:
(Hadits)
Hadits ini menunjukkan pertemuan langsung Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Idris AS di langit keempat. Mengingat Isra’ Mi’raj dilakukan dengan ruh dan jasad, pertemuan tersebut dianggap sebagai pengamatan nyata, bukan sekadar penglihatan spiritual. Namun, validitas hadits ini perlu ditelaah lebih lanjut untuk memastikan keakuratan dan tingkat keshahihannya.
3. Nabi Khidir AS: Misteri yang Terselubung
Nabi Khidir AS, dengan nama lengkap Khidrun bin Qabil bin Adam, merupakan keturunan langsung Nabi Adam AS. Kisah Nabi Khidir AS banyak ditemukan dalam berbagai kitab tafsir, namun detail tentang sosok dan kehidupannya masih menjadi perdebatan hingga kini.
Salah satu kisah yang terkenal adalah pertemuannya dengan Nabi Musa AS dalam Surah Al-Kahfi. Ayat tersebut menceritakan pertemuan Nabi Musa AS dengan seseorang yang memiliki ilmu luar biasa dari Allah SWT. Banyak ulama meyakini sosok tersebut adalah Nabi Khidir AS, meskipun Al-Qur’an tidak secara eksplisit menyebut namanya.
Keberadaan Nabi Khidir AS hingga kini masih menjadi misteri. Apakah beliau seorang nabi, rasul, atau hamba Allah SWT yang istimewa, serta apakah beliau masih hidup atau telah wafat, adalah pertanyaan yang belum memiliki jawaban pasti. Perlu diingat bahwa riwayat-riwayat tentang Nabi Khidir AS seringkali mengandung unsur-unsur simbolik dan metaforis, menuntut interpretasi yang cermat dan hati-hati.
4. Nabi Ilyas AS: Doa dan Permohonan untuk Terus Berzikir
Nabi Ilyas AS, dengan nama lengkap Ilyas Iltasyabi, merupakan keturunan keempat dari Nabi Harun AS, sehingga beliau merupakan saudara sepupu Nabi Musa AS. Beliau diutus untuk berdakwah kepada Bani Israil di negeri Baalbek, Lebanon, yang saat itu didiami oleh bangsa Fenisia yang menyembah berhala Baal.
Kisah akhir kehidupan Nabi Ilyas AS mengandung hikmah yang mendalam. Saat malaikat maut datang menjemputnya, Nabi Ilyas AS merasa sedih karena tidak dapat lagi berzikir kepada Allah SWT. Allah SWT kemudian mengabulkan permohonan beliau untuk diberi kesempatan terus berzikir. Kisah ini seringkali diinterpretasikan sebagai simbol kedekatan dan pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya. Namun, perlu diingat bahwa kisah ini juga didasarkan pada riwayat-riwayat yang perlu ditelaah validitasnya.
Kesimpulan:
Perdebatan seputar keberadaan empat nabi yang diyakini masih hidup hingga kini merupakan bagian integral dari khazanah keilmuan Islam. Berbagai interpretasi dan pandangan muncul, masing-masing didukung oleh dalil-dalil yang perlu dikaji secara kritis dan komprehensif. Penting untuk memahami bahwa banyak hadits yang digunakan dalam perdebatan ini memiliki derajat keshahihan yang beragam, menuntut kehati-hatian dalam mengambil kesimpulan. Lebih penting lagi untuk menekankan pentingnya menjaga akidah dan keimanan yang benar, berlandaskan pada Al-Qur’an dan hadits shahih. Perdebatan ini, sejatinya, merupakan bagian dari proses pencarian ilmu dan pemahaman yang terus berlanjut dalam perjalanan spiritual umat Islam. Keberadaan atau tidaknya keempat nabi tersebut di dunia hingga saat ini tetaplah menjadi bagian dari misteri ilahi yang hanya Allah SWT yang mengetahuinya.