ERAMADANI.COM, KUWAIT – Kabar duka disiarkan oleh televisi nasional Kuwait. Emir Kuwait, Syekh Sabah al-Ahmad al-Sabah wafat pada Selasa (29/9/20). Syekh Sabah tutup usia pada usianya yang ke-91.
Meski belum diketahui penyebab wafatnya, pada Juli lalu Syekh Sabah pernah menjalani operasi dan berjalan sukses.
Dia juga sempat diterbangkan ke AS untuk menyelesaikan perawatan medisnya.
Melansir dari Kumparan.com, semasa hidupnya, ia dikenal sebagai pejuang yang tidak gentar mempertahankan Kuwait dari invasi Irak pada 1990.
Ia pun dikenal sebagai mediator dan diplomat ulung yang berperan penting di Perang Teluk.
Syekh Sabah menyadari walau negaranya kecil, tetapi kekayaan minyak yang dimiliki negaranya sangat besar, sehingga diplomasi menjadi cara utamanya untuk memperjuangkan negaranya.
Selama empat dekade, Syekh Sabah terus berusaha menyelesaikan perselisihan dengan Qatar.
“Emir khawatir tentang Teluk, Yaman, Qatar,” kata seorang sumber Kuwait yang bertemu dengannya secara berkala, dilansir dari Reuters, Selasa (29/9/20).
Kuwait sempat berselisih dengan Arab Saudi terkait penguasaan ladang minyak. Akan tetapi, setelah bertemu dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, akhirnya keduanya sepakat mengakhiri perselisihan yang telah berlangsung selama lima tahun itu.
Syekh Sabah juga pernah mengkritik kampanye militer yang dipimpin Saudi di Yaman.
Di saat negara-negara Teluk lainnya menyambut tawaran Israel, ia justru bersikeras memperjuangkan hak-hak Palestina.
Meskipun demikian, pada 2012 lalu Syekh Sabah membuat sebagian besar masyarakatnya marah, lantaran mengubah sistem pemilu.
Diubahnya sistem pemilu itu untuk melepaskan cengkeraman kelompok oposisi, baik dari kubu Islamis maupun Liberal.
Puluhan tokoh oposisi ditangkap, karena dianggap mengkritik Syekh Sabah secara terbuka.
Berdasarkan konstitusi, ia memiliki suara terakhir terkait negara, tidak bisa diganggu gugat.
Perjalanan Syekh Sabah, orang yang berkuasa di negara produsen minyak dan sekutu dekat Amerika Serikat sejak 2006 itu kini telah berakhir.
Posisinya akan digantikan oleh sang adik, Pangeran Syekh Nawaf al-Ahmad al-Sabah. (ITM)