ERAMADANI.COM, DENPASAR – Dengan diterapkannya konsep EcoMesjid untuk mesjid yang ada di Indonesia diharapkan mampu hadapi ancaman krisis air dan dapat menjalani gaya hidup hijau.
Konsep baru pada lingkungan mesjid yang disebut dengan EcoMesjid ini, diterapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Konsep EcoMasjid berasal dari dua kata, yaitu Eco dan Masjid. Eco diambil dari kata ecology yang erat kaitannya dengan ekosistem, yaitu suatu sistem yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antar makhluk hidup dan lingkungannya.
Sedangkan Masjid adalah tempat yang disediakan untuk shalat, Jadi, Eco Masjid adalah tempat beribadah tetap yang memiliki kepedulian terhadap hubungan timbal balik antar makhluk hidup dan lingkungannya.
Bertujuan untuk menjadikan masjid bukan hanya tempat ibadah melainkan juga pusat pendidikan, dalam hal ini pendidikan lingkungan hidup dan peningkatan kesadaran umat untuk aktif menjaga alam.
Dr. Hayu Susilo Prabowo selaku Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (PLH & SDA MUI) mengatakan bahwa salah satu tujuan konsep Eco Masjid ramah lingkungan yaitu menghadapi ancaman krisis air.
EcoMesjid Dapat Menjadi Solusi Krisis Air

Dilansir dari Greeners.co, Ia juga mengatakan, keberhasilan menciptakan kehidupan yang ramah lingkungan merupakan penjelmaan dari hati bersih dan pikiran jernih.
Yang berasal dari umat beragama dan merupakan titik tolak upaya menciptakan negeri yang asri, nyaman, aman sentosa.
Aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan akan mengakibatkan kerusakan lingkungan sumber daya alam yang penting seperti air.
“Kampanye Eco Masjid ini diharapkan bisa menangani atau menghadapi krisis air yang berakibat kepada krisis pangan dan sosial,” ujarnya
Menurutnya, Islam memandang ketersediaan air bersih dan sanitasi yang baik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, namun juga merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai salah satu syarat ibadah yaitu bersuci dari hadas besar dan kecil.
Hemat air dalam konsep EcoMasjid, dapat mengajak umat muslim untuk wudhu pada takaran satu mud yang artinya setara dengan volume air pada kedua telapak tangan orang dewasa atau sama dengan 625 – 1.030 ml atau sekitar satu botol air mineral ukuran sedang.
Salah satu cara agar dapat mengikuti sunah Rasul tersebut adalah mengatur debit keran air sedemikian rupa agar air wudhu tidak berlebihan.
Setelah melakukan pengamatan dan percobaan, cara termudah untuk mengatur debit air keran adalah memasang alat pembatas aliran pada keran-keran air untuk berwudu.
EcoMasjid Diharapkan Mampu Jalani Gaya Hidup Hijau

Direktur Eksekutif Wahid Foundation, Mujtaba Hamdi mengatakan, Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup (PLH) dan Sumber Daya Alam (SDA) MUI sudah memberi contoh konsep EcoMasjid.
Menurutnya, selama ini masih banyak jamaah di Masjid yang sering menghambur hamburkan air wudhu karena penggunaan yang berlebihan. Sisa air wudhu tersebut dialirkan ke tempat pembuangan tanpa didaur ulang.
Dilansir dari Republika.co.id, sisa air wudhu perlu dikelola dengan baik agar dapat bermanfaat dan dikembalikan ke alam dengan baik. Sehingga dapat mewujudkan gaya hidup hijau.
Gaya hidup hijau ini semakin marak dijalani oleh masyarakat di Barat. Inisiatif untuk menyelamatkan bumi dan lingkungan juga mulai muncul pada anak anak sekolah, dengan adanya demonstrasi Fridays for Future.
Gaya hidup berkelanjutan bisa digalakkan melalui forum dan dakwah agama. Meskipun begitu, hal ini belum menjadi trend di Indonesia padahal EcoMasjid mungkin bisa menjadi solusinya untuk mewujudkan gaya hidup hijau. (MYR)