Jakarta, [Tanggal Publikasi] – Dalam ajaran Islam, dzikir, amalan yang tampak sederhana, menyimpan keutamaan luar biasa. Lebih dari sekadar sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT, dzikir dijanjikan pahala yang berlimpah ruah. Klaim yang beredar luas bahkan mengaitkan dzikir tertentu dengan pahala setara sedekah ratusan juta rupiah. Benarkah demikian? Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai klaim tersebut dan mengkaji hadis-hadis yang menjadi rujukannya.
Dzikir dan Sholat: Sedekah yang Tak Ternilai
Konsep sedekah dalam Islam memiliki cakupan yang luas. Bukan hanya sebatas memberikan harta benda, melainkan mencakup segala bentuk kebaikan. Hal ini termaktub dalam hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari: "Semua perbuatan baik adalah sedekah." Lebih lanjut, hadis riwayat Muslim menegaskan bahwa setiap ucapan tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), tahlil (Laa ilaaha illallah), dan takbir (Allahu Akbar) termasuk dalam kategori sedekah.
Bahkan, sholat Dhuha, yang relatif singkat, juga mengandung pahala sedekah yang berlipat ganda. Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Muslim: "Setiap pagi pada ruas tulang kalian terdapat sedekah. Setiap ucapan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap ucapan tahmid (alhamdu lillah) adalah sedekah, setiap ucapan tahlil (laa ilaaha illallah) adalah sedekah, setiap ucapan takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, setiap kebaikan adalah sedekah, mencegah perkara yang munkar adalah sedekah, dan dua rekaat yang dikerjakan seseorang dalam shalat dhuha telah mencakup semuanya."
Dari pemaparan di atas, jelas bahwa dzikir merupakan amalan yang sangat dianjurkan, bahkan dalam kondisi keterbatasan harta dan ilmu. Kemudahannya dalam pelaksanaan menjadikannya ibadah yang dapat dijalankan kapan saja dan di mana saja, menjadikannya alternatif bagi mereka yang ingin bersedekah namun terkendala secara materi.
Dzikir dengan Pahala Setara Sedekah Ratusan Juta Rupiah: Analisis Hadis
Klaim mengenai dzikir yang memiliki pahala setara sedekah ratusan juta rupiah perlu dikaji secara kritis. Klaim ini seringkali merujuk pada beberapa hadis, salah satunya yang terdapat dalam buku "Keutamaan Membaca Al-Qur’an, Berdzikir, Berdo’a dan Bershalawat" karya Imam Nawawi (terjemahan Abu Khodijah Ibnu Abdurrohim). Hadis tersebut menyebutkan keutamaan membaca dzikir: "Laa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariika lah…" dan "Subhaanalloohi wa bihamdih".
Hadis tersebut menyebutkan bahwa barang siapa yang membaca "Laa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qodiir" (Tiada Tuhan selain Allah semata; tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kekuasaan dan segala pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.) sebanyak 100 kali dalam sehari, akan mendapatkan pahala seperti memerdekakan 10 orang budak, dituliskan 100 kebaikan, dihapus 100 kesalahan, terpelihara dari gangguan setan sepanjang hari, dan amalannya termasuk yang paling utama, kecuali jika ada yang membacanya lebih banyak lagi.
Sementara itu, untuk dzikir "Subhaanalloohi wa bihamdih" yang dibaca sebanyak 100 kali sehari, hadis tersebut menjanjikan penghapusan dosa sebanyak buih di lautan.
Menghubungkan Pahala Dzikir dengan Nilai Materi: Sebuah Tantangan Interpretasi
Meskipun hadis-hadis tersebut menyebutkan pahala yang luar biasa, menghubungkannya secara langsung dengan nilai materi seperti "sedekah ratusan juta rupiah" merupakan interpretasi yang perlu dipertimbangkan secara hati-hati. Menentukan nilai materi dari pahala surgawi adalah hal yang mustahil. Pahala yang dijanjikan dalam hadis tersebut bersifat kualitatif, bukan kuantitatif dalam bentuk rupiah.
Penting untuk memahami bahwa hadis-hadis tersebut menekankan pada keutamaan dzikir sebagai amalan yang sangat dianjurkan dan pahalanya yang sangat besar. Perlu diingat bahwa tujuan utama berdzikir bukanlah untuk mendapatkan imbalan materi, melainkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, meningkatkan keimanan, dan memperoleh ketenangan jiwa.
Keutamaan Dzikir: Lebih dari Sekadar Angka
Keutamaan dzikir "Laa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariika lah…" dan "Subhaanalloohi wa bihamdih", sebagaimana disebutkan dalam hadis, meliputi:
-
Peningkatan Kebaikan: Setiap 100 kali bacaan dzikir pertama, Allah SWT mencatat 100 kebaikan. Ini bukan sekadar angka, melainkan representasi peningkatan amal saleh yang akan ditimbang di akhirat.
-
Penghapusan Dosa: Dzikir tersebut dijanjikan dapat menghapuskan dosa, bahkan sebanyak buih di lautan. Ini menunjukkan ampunan Allah SWT yang maha luas bagi hamba-Nya yang bertaubat dan berdzikir.
-
Perlindungan dari Gangguan Setan: Dzikir ini memberikan perlindungan dari gangguan setan sepanjang hari, menciptakan ketenangan dan kedamaian batin.
-
Amalan yang Utama: Hadis tersebut menempatkan dzikir ini sebagai amalan yang paling utama, kecuali jika ada yang melakukannya lebih banyak lagi. Ini menunjukkan tingginya nilai dan keutamaan amalan ini.
Kesimpulan:
Dzikir merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Pahala yang dijanjikan dalam hadis-hadis terkait sangat besar dan tidak dapat diukur dengan nilai materi. Meskipun klaim "sedekah ratusan juta rupiah" menarik perhatian, penting untuk memahami konteks hadis dan tidak terpaku pada interpretasi yang terlalu literal. Fokus utama berdzikir adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT, membersihkan jiwa, dan memperoleh ketenangan batin. Semoga uraian ini memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang keutamaan dzikir dan menghindari kesalahpahaman dalam interpretasi hadis. Selalu berpegang pada pemahaman agama yang benar dan rujukan dari sumber-sumber terpercaya.