Sana’a, Yaman – Di jantung kota Sana’a, di tengah hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, tersimpan sebuah tradisi kuliner yang kaya makna dan sejarah: Dubba. Lebih dari sekadar hidangan penutup, Dubba merupakan manisan labu tradisional Yaman yang telah diwariskan turun-temurun selama bergenerasi, mencerminkan keterikatan mendalam masyarakat Yaman dengan warisan kuliner dan spiritual mereka. Aroma rempah-rempah yang hangat dan cita rasa manis labu yang lembut telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner Yaman, sekaligus menghubungkan masa kini dengan sejarah panjang bangsa ini.
Rayyan al-Faqih, seorang pengrajin Dubba di Sana’a, dengan telaten mempersiapkan hidangan ini di tokonya. Gerakan tangannya yang terampil menunjukkan keahlian yang telah diasah selama bertahun-tahun, mewarisi resep dan teknik pembuatan Dubba dari generasi sebelumnya. Al-Faqih menjelaskan bahwa Dubba bukanlah sekadar satu jenis hidangan, melainkan beragam variasi yang mencerminkan kekayaan kuliner Yaman. "Dubba (manisan labu) dibuat dengan beberapa cara," ujarnya. "Ada yang memasaknya sebagai selai, menambahkan susu atau tahini dan wijen untuk menambah kekayaan rasa dan tekstur. Ada pula yang memanggangnya di dalam oven setelah dipotong-potong, menghasilkan tekstur yang berbeda. Bahkan, ada pula yang mengolahnya menjadi minuman yang menyegarkan."
Keunikan Dubba terletak pada proses pemilihan dan pengolahan labu yang cermat. Pemilihan jenis labu yang tepat, tingkat kematangan yang ideal, serta teknik pengolahan yang terjaga merupakan kunci untuk menghasilkan cita rasa yang khas dan autentik. Proses ini, yang telah diwariskan secara turun-temurun, melibatkan pengetahuan dan keterampilan yang hanya dimiliki oleh para pengrajin Dubba yang berpengalaman. Tidak hanya itu, proses pembuatan Dubba juga melibatkan penggunaan rempah-rempah pilihan yang menambah kekayaan aroma dan rasa, membuat hidangan ini semakin istimewa dan lezat.
Namun, lebih dari sekadar cita rasa yang lezat, Dubba juga menyimpan makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat Yaman. Manisan ini memiliki warisan keagamaan yang kuat, menghormati Nabi Muhammad SAW. Tradisi pembuatan dan konsumsi Dubba terinspirasi oleh kecintaan Nabi Muhammad SAW terhadap labu, yang tercatat dalam berbagai riwayat. Hal ini menjadikan Dubba bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol penghormatan dan kecintaan kepada Nabi.
Hamed al-Taheri, seorang petani labu di Yaman, menjelaskan kepercayaan keagamaan yang melekat pada labu. "Kami dan masyarakat memiliki kepercayaan agama pada labu, karena disebutkan dalam Al-Quran dalam kisah Nabi Yunus (Yunus), dan ada hadis (tradisi) tentangnya dari Nabi Muhammad, saw," kata al-Taheri. Pernyataan ini menunjukkan bagaimana budaya dan agama saling berkaitan erat dalam kehidupan masyarakat Yaman, menjadikan labu sebagai komoditas yang lebih dari sekadar bahan pangan. Ia menjadi simbol spiritual yang dihormati dan dihargai.
Penggunaan labu dalam Dubba bukan hanya sekedar mengikuti preferensi Nabi Muhammad SAW, tetapi juga mencerminkan kepraktisan dan kearifan lokal. Labu merupakan komoditas pertanian yang mudah dibudidayakan di Yaman, sehingga ketersediaannya melimpah dan terjangkau. Hal ini menjadikan Dubba sebagai hidangan yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, menunjukkan kesederhanaan dan kearifan dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Lebih jauh lagi, Dubba mewakili ketahanan pangan dan adaptasi masyarakat Yaman terhadap lingkungannya. Dalam kondisi geografis yang menantang dan iklim yang kering, labu menjadi salah satu komoditas pertanian yang mampu bertahan dan menghasilkan panen yang baik. Oleh karena itu, Dubba tidak hanya menjadi hidangan yang lezat, tetapi juga simbol ketahanan dan kemampuan masyarakat Yaman dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
Tradisi pembuatan Dubba juga menunjukkan pentingnya pelestarian warisan budaya. Resep dan teknik pembuatan Dubba diwariskan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi. Hal ini menunjukkan komitmen masyarakat Yaman dalam menjaga keberlangsungan tradisi kuliner mereka, sekaligus menjaga identitas budaya bangsa. Proses pembuatan Dubba yang melibatkan seluruh anggota keluarga juga memperkuat ikatan sosial dan mempererat hubungan antar anggota keluarga.
Di tengah perkembangan zaman dan globalisasi, Dubba tetap berjaya sebagai hidangan yang digemari dan dibanggakan oleh masyarakat Yaman. Keberadaannya menunjukkan ketahanan budaya dan kemampuan masyarakat Yaman dalam mempertahankan tradisi kuliner mereka di tengah arus globalisasi. Dubba bukan hanya sekedar makanan, tetapi juga merupakan representasi dari identitas dan kebanggaan bangsa Yaman.
Namun, pelestarian tradisi pembuatan Dubba juga menghadapi tantangan. Perubahan pola konsumsi dan masuknya makanan modern dapat mengancam keberlangsungan tradisi ini. Oleh karena itu, upaya pelestarian dan promosi Dubba sangat diperlukan untuk memastikan bahwa warisan kuliner yang berharga ini tetap lestari untuk generasi mendatang.
Pemerintah Yaman dan lembaga kebudayaan berperan penting dalam mendukung pelestarian tradisi pembuatan Dubba. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai program pelatihan dan workshop untuk para pengrajin Dubba, serta promosi Dubba sebagai bagian dari warisan budaya Yaman di tingkat nasional maupun internasional. Dengan demikian, Dubba tidak hanya akan tetap lestari, tetapi juga akan semakin dikenal dan dihargai oleh dunia internasional.
Kesimpulannya, Dubba bukanlah sekadar hidangan penutup labu. Ia merupakan warisan kuliner dan spiritual Yaman yang kaya makna, mencerminkan kearifan lokal, ketahanan budaya, dan keterikatan mendalam masyarakat Yaman dengan agama dan tradisi leluhur. Pelestarian tradisi pembuatan Dubba merupakan upaya penting untuk menjaga keberlangsungan warisan budaya yang berharga ini, sekaligus memperkenalkan kekayaan kuliner Yaman kepada dunia. Upaya bersama dari berbagai pihak diperlukan untuk memastikan bahwa Dubba akan terus dinikmati dan diwariskan kepada generasi mendatang.