Hari Kiamat, atau Yaumul Hisab, merupakan momen maha penting dalam ajaran Islam. Di Padang Mahsyar, seluruh umat manusia akan dikumpulkan untuk mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya selama hidup di dunia. Tidak ada yang luput dari hisab Allah SWT, sebuah proses perhitungan amal yang akan menentukan nasib abadi setiap individu. Keyakinan akan pertanggungjawaban ini menjadi landasan penting bagi kehidupan seorang muslim, mendorong mereka untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhi segala bentuk kemungkaran.
Al-Qur’an sendiri secara eksplisit menjelaskan tentang pertanggungjawaban ini dan peran anggota tubuh dalam memberikan kesaksian. Firman Allah SWT dalam surah Fussilat ayat 19-23, yang terjemahannya kurang lebih berbunyi:
"(Ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke neraka, lalu mereka dipisah-pisahkan. Ketika mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka lakukan. Mereka berkata kepada kulit mereka, "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" (Kulit) mereka menjawab, "Allah yang menjadikan segala sesuatu dapat berbicara telah menjadikan kami dapat berbicara. Dialah yang menciptakan kamu pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan. Kamu tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu, bahkan kamu mengira Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kamu lakukan. Itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu. (Dugaan) itu telah membinasakan kamu sehingga jadilah kamu termasuk orang-orang yang rugi."
Ayat ini dengan gamblang menggambarkan bagaimana seluruh anggota tubuh, termasuk pendengaran, penglihatan, dan kulit, akan menjadi saksi atas perbuatan manusia. Mereka tidak akan dapat menyembunyikan apa pun dari Allah SWT, Sang Maha Mengetahui. Bahkan, kesaksian ini akan menjadi bukti yang tak terbantahkan, mengungkap segala rahasia dan perbuatan tersembunyi yang mungkin selama ini dikira luput dari pengawasan Ilahi. Konsekuensi dari perbuatan buruk tersebut akan dibebankan sepenuhnya kepada pelakunya, tanpa ada kesempatan untuk mengelak atau berdalih.
Lebih lanjut, buku "Dijamin Masuk Surga Tanpa Hisab" karya Kaha Anwar menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghindari hisab Allah SWT. Namun, perbedaan akan terletak pada proses hisab itu sendiri. Bagi para mukminin yang senantiasa taat dan beriman, hisabnya akan dipermudah dan dipenuhi rahmat. Sebaliknya, bagi mereka yang hidupnya dipenuhi dosa dan maksiat, proses hisab akan menjadi siksaan tersendiri, sebuah perhitungan yang berat dan menyakitkan. Ini menunjukkan betapa pentingnya kehidupan yang dijalani sesuai dengan tuntunan agama, agar kelak di Yaumul Hisab mendapatkan kemudahan dan keselamatan.
Di antara berbagai anggota tubuh yang akan bersaksi, terdapat dua anggota tubuh yang secara khusus disebutkan dalam beberapa riwayat hadits sebagai yang pertama kali memberikan kesaksian. Hal ini dijelaskan dalam kitab "At-Tadzkirah" karya Imam Syamsuddin Al-Qurthubi, yang diterjemahkan oleh Anshori Umar Sitanggal. Berdasarkan hadits dari Hakim bin Mu’awiyyah, yang diriwayatkan oleh Ahmad, Thabrani, dan Hakim, Rasulullah SAW bersabda:
"Pada hari kiamat, kalian akan datang. Mulut-mulut kalian akan tertutup oleh penapis (saringan). Bagian tubuh dari manusia yang pertama kali bicara adalah paha dan telapak tangannya."
Hadits ini menunjukkan bahwa paha dan telapak tangan akan menjadi saksi pertama atas perbuatan manusia di hari kiamat. Imam Syamsuddin Al-Qurthubi menjelaskan bahwa hal ini mungkin bertujuan untuk memperjelas dan memperlihatkan keburukan dan kehinaan seseorang, di samping bukti catatan amal yang telah tercatat sebelumnya. Paha dan telapak tangan, sebagai anggota tubuh yang sering terlibat dalam aktivitas manusia, baik yang baik maupun yang buruk, menjadi saksi bisu atas perjalanan hidup seseorang. Perjalanan hidup yang penuh dosa akan terungkap melalui kesaksian kedua anggota tubuh ini.
Penjelasan lain terkait pertanggungjawaban ini juga terdapat dalam Al-Qur’an, khususnya surah Al-Jasiyah ayat 29:
"(Allah berfirman,) "Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan hak. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan."
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT telah mencatat setiap amal perbuatan manusia. Kitab catatan amal tersebut akan menjadi bukti utama dalam proses hisab. Namun, kesaksian anggota tubuh, seperti yang disebutkan dalam hadits sebelumnya, mungkin berlaku bagi mereka yang enggan mengakui atau mengingkari apa yang tertulis dalam kitab amal tersebut. Imam Syamsuddin Al-Qurthubi menilai pendapat ini lebih kuat daripada pendapat yang hanya berfokus pada kitab amal semata. Kesaksian anggota tubuh berfungsi sebagai penguat dan penegas atas kebenaran catatan amal yang telah tercatat.
Lebih jauh, buku "Al-Ladzina Yadkhuluna Al-Jannata bi Ghairi Hisab" karya Abdul Nashir Balih (terjemahan Muhtadi Kadi) menyebutkan bahwa tidak hanya paha dan telapak tangan, tetapi juga lidah, tangan, kaki, dan kulit akan menjadi saksi atas segala perbuatan manusia. Hal ini memperkuat pemahaman bahwa seluruh anggota tubuh akan dimintai pertanggungjawaban atas perannya masing-masing dalam kehidupan di dunia. Tidak ada satu pun bagian tubuh yang luput dari proses hisab ini.
Pada hari tersebut, akan terjadi perdebatan dan perselisihan yang sengit antara manusia dan anggota tubuhnya. Manusia mungkin akan mencoba untuk mengelak atau berdalih, namun anggota tubuhnya akan membongkar segala kebohongan dan menyembunyikan kebenaran. Ini merupakan gambaran yang mencekam, di mana penyesalan yang mendalam akan membanjiri hati mereka yang selama ini berbohong kepada Allah SWT dan kepada diri sendiri. Anggota tubuh yang selama ini menjadi alat untuk melakukan dosa, kini justru menjadi pengungkap kebenaran yang akan menjerumuskan mereka ke dalam jurang penyesalan.
Firman Allah SWT dalam surah Az-Zumar ayat 60, yang terjemahannya kurang lebih berbunyi:
"Pada hari Kiamat, engkau akan melihat bahwa orang-orang yang berdusta kepada Allah wajahnya menghitam. Bukankah (neraka) Jahanam itu tempat tinggal bagi orang-orang yang takabur?"
Ayat ini menggambarkan konsekuensi dari perbuatan berbohong kepada Allah SWT. Wajah yang menghitam melambangkan kehinaan dan dosa yang telah dilakukan. Neraka Jahanam menjadi tempat tinggal bagi mereka yang sombong dan takabur, menolak kebenaran dan terus berkeras dalam kesesatan. Ini menjadi peringatan keras bagi setiap manusia untuk senantiasa jujur dan rendah hati dalam menjalani hidup.
Kesimpulannya, kesaksian anggota tubuh, khususnya paha dan telapak tangan sebagai saksi pertama, merupakan bagian integral dari proses hisab di Yaumul Hisab. Al-Qur’an dan hadits dengan jelas menjelaskan tentang pertanggungjawaban ini, menekankan betapa pentingnya kehidupan yang dijalani sesuai dengan tuntunan agama. Proses hisab bukan sekadar perhitungan amal semata, tetapi juga merupakan pengungkapan kebenaran yang akan melibatkan seluruh anggota tubuh. Oleh karena itu, kehidupan di dunia ini harus dijalani dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, agar kelak di hari perhitungan, kita mendapatkan kemudahan dan keselamatan dari siksa Allah SWT. Wallahu a’lam bis-shawab.