Perjalanan, baik darat, laut, maupun udara, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Kemudahan aksesibilitas ini, di satu sisi, mempermudah mobilitas manusia, namun di sisi lain, menyimpan potensi risiko yang tak terduga. Kecelakaan lalu lintas, badai di lautan, atau turbulensi di udara hanyalah sebagian kecil dari ancaman yang mengintai setiap perjalanan. Dalam konteks keimanan Islam, perlindungan ilahi menjadi benteng spiritual yang amat penting, melengkapi kewaspadaan dan kehati-hatian manusia. Membaca doa sebelum memulai perjalanan bukan sekadar ritual, melainkan manifestasi tawakal dan permohonan keselamatan kepada Allah SWT. Artikel ini akan mengulas doa-doa perjalanan yang dianjurkan dalam Islam, khususnya doa untuk perjalanan darat, laut, dan udara, serta mengkaji pentingnya doa sebagai bagian integral dari keselamatan perjalanan.
Doa Perjalanan Darat: Jejak Sunnah Rasulullah SAW
Doa perjalanan darat yang paling masyhur bersumber dari hadits Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitabul Manasik, melalui Abdullah bin Umar RA. Hadits ini menggambarkan praktik Rasulullah SAW saat memulai perjalanan dengan menunggang unta. Beliau SAW memulai dengan takbir tiga kali, kemudian memanjatkan doa yang panjang dan penuh makna. Doa ini, yang terkadang disajikan dalam bentuk Arab klasik yang sulit dipahami oleh sebagian besar umat Islam modern, sebaiknya dipelajari dan diamalkan dengan pemahaman yang mendalam akan maknanya.
Berikut transliterasi dan terjemahan doa tersebut, yang perlu diingat bahwa perbedaan transliterasi dapat terjadi bergantung pada sistem yang digunakan:
Arab: Subhanalladzi sakkhara lana hadza wa maa kunnaa lahu muqrinin, wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibun, allahumma inna nas’aluka fii safarinaa hadzal birra wat taqwa wa minal ‘amal maa tardha, allahumma hawwin ‘alaina safarana hadza wa athwi ‘annaa bu’dahu, allahumma antash shahibu fis safari wal kholifatu fil ahli, allahumma inni a’udzubika min wa’tsaais safari wa kaabatil mandzhari wa suuil munqalibi fil maali wal ahli.
Latin: Subhanallażī sakkhara lanā hāżā wa mā kunnā lahū muqrīnīn, wa innā ilā rabbinā lamungalibūn, allāhumma innā nas’aluka fī safarinā hāżal-birra wa-t-taqwā wa min al-‘amali mā tardhā, allāhumma hawwin ‘alaynā safaranā hāżā wa athwi ‘annā bu’dahū, allāhumma antaṣ-ṣāḥibu fiṣ-ṣafarī wa-l-khālifatu fil-ahli, allāhumma innī a’ūðubika min wa’ṣā’iṣ-ṣafarī wa ka’ābati-l-manẓarī wa su’i-l-munqalibi fil-māli wa-l-ahli.
Terjemahan: "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal sebelum itu kami tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu dalam perjalanan ini kebajikan dan ketakwaan serta amal perbuatan yang Engkau ridai. Ya Allah, mudahkanlah bagi kami perjalanan kami ini, dan dekatkanlah untuk kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah teman dalam perjalanan dan pengganti dalam keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesulitan perjalanan, kesedihan dalam pemandangan, dan keburukan tempat kembali dalam harta dan keluarga."
Doa ini tidak hanya sekadar permohonan keselamatan fisik, tetapi juga mencakup aspek spiritual dan sosial. Permohonan kebajikan dan ketakwaan menunjukkan kesadaran akan pentingnya menjaga akhlak dan ketaatan kepada Allah SWT selama perjalanan. Permohonan kemudahan perjalanan dan kepulangan yang selamat juga menunjukkan rasa tawakal dan penyerahan diri kepada kehendak Allah SWT. Permohonan perlindungan dari kesulitan perjalanan, kesedihan, dan keburukan dalam harta dan keluarga menunjukkan kepedulian terhadap seluruh aspek kehidupan, baik pribadi maupun keluarga yang ditinggalkan.
Rasulullah SAW juga memanjatkan doa yang sama saat kembali dari perjalanan, dengan tambahan kalimat:
Arab: Aybuna taa-ibun abidun li rabbina hamidun
Latin: Ā'ibūn tā'ibūn 'ābidūn li rabbinā ḥāmidūn
Terjemahan: "Kami kembali dalam keadaan bertobat, dan kami menyembah serta memuji hanya kepada Rabb kami."
Kalimat tambahan ini menggarisbawahi pentingnya introspeksi diri dan rasa syukur atas keselamatan yang telah diberikan Allah SWT selama perjalanan. Ini menjadi refleksi spiritual yang penting setelah perjalanan selesai.
Doa Perjalanan Laut: Mencari Perlindungan di Lautan yang Tak Terduga
Perjalanan laut memiliki tantangan tersendiri dibandingkan perjalanan darat. Ketidakpastian cuaca, gelombang besar, dan potensi kecelakaan kapal membuat doa menjadi semakin krusial. Hadits dari Ibnu Sinni, melalui Al-Husain bin Ali RA, mengajarkan doa khusus untuk perjalanan laut:
Arab: Bismillaahi majraha wa mursaahaa inna robbii laghofuurur rohiim
Latin: Bismillāhi majrāhā wa mursāhā inna rabbī laġafūrur raḥīm
Terjemahan: "Dengan nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Rabbku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Doa ini singkat namun sarat makna. Penggunaan "Bismillah" di awal menunjukkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT dalam memulai dan mengakhiri perjalanan. Pengakuan akan sifat Allah SWT yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang memberikan ketenangan dan harapan di tengah ketidakpastian perjalanan laut.
Doa Perjalanan Udara: Menghadapi Ketinggian dan Teknologi Modern
Perkembangan teknologi penerbangan telah membuka aksesibilitas perjalanan udara yang semakin luas. Namun, perjalanan udara juga menyimpan risiko tersendiri, seperti turbulensi, kerusakan mesin, dan berbagai faktor teknis lainnya. Meskipun doa perjalanan udara tidak secara eksplisit disebutkan dalam hadits shahih, umat Islam dapat mengadaptasi doa-doa perjalanan umum, menambahkan permohonan perlindungan khusus dalam konteks perjalanan udara. Salah satu doa yang dapat diamalkan adalah doa perjalanan umum yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan penambahan permohonan keselamatan dari bahaya di udara. Doa ini dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan dan pemahaman masing-masing individu, asalkan tetap berlandaskan akidah dan ajaran Islam.
Pentingnya Doa sebagai Bagian Integral Keselamatan Perjalanan
Doa bukanlah pengganti kewaspadaan dan kehati-hatian dalam berkendara. Sebelum memulai perjalanan, setiap individu wajib memastikan kondisi kendaraan dalam keadaan prima, mematuhi peraturan lalu lintas, dan menghindari tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Doa berfungsi sebagai benteng spiritual yang melengkapi upaya-upaya preventif tersebut. Doa merupakan bentuk tawakal dan penyerahan diri kepada Allah SWT, mengharapkan perlindungan dan pertolongan-Nya di tengah risiko perjalanan.
Dalam konteks modern, doa juga dapat dimaknai sebagai pengingat akan keterbatasan manusia dan kebesaran Allah SWT. Teknologi modern, sebagaimana canggihnya, tidak dapat menjamin keselamatan sepenuhnya. Doa menjadi pengingat akan pentingnya berserah diri kepada Allah SWT dan memohon perlindungan-Nya dalam setiap langkah kehidupan, termasuk dalam perjalanan.
Selain membaca doa, amal ibadah lainnya seperti berdzikir dan membaca Al-Quran juga dapat memperkuat benteng spiritual dan memberikan ketenangan batin selama perjalanan. Mempersiapkan diri secara mental dan spiritual sebelum memulai perjalanan dapat membantu menghadapi berbagai tantangan dan ketidakpastian yang mungkin terjadi.
Kesimpulannya, doa perjalanan darat, laut, dan udara merupakan bagian penting dari ajaran Islam yang menekankan pentingnya tawakal dan permohonan perlindungan ilahi. Doa ini tidak hanya sekadar ritual, melainkan manifestasi keimanan dan upaya untuk mencari keselamatan dan keberkahan dalam setiap perjalanan. Dengan mengamalkan doa-doa ini dan tetap berhati-hati, kita dapat berharap perjalanan yang lancar, selamat, dan penuh keberkahan. Semoga Allah SWT selalu melindungi kita dalam setiap langkah perjalanan kita.