Jakarta – Kehidupan manusia tak lepas dari ujian dan kesulitan. Alih-alih menyerah, Islam mengajarkan kita untuk memohon kekuatan dan kesabaran kepada Allah SWT, sebagaimana dicontohkan oleh para Nabi, khususnya Nabi Ya’qub AS dan Nabi Muhammad SAW. Ujian-ujian tersebut, menurut ajaran Islam, merupakan manifestasi kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Kesabaran dalam menghadapi cobaan dijanjikan pahala berlipat ganda, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya di Surat Al-Baqarah ayat 165: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Ayat ini menjadi landasan penting dalam memahami bagaimana seharusnya seorang muslim merespon kesulitan hidup. Bukan dengan keputusasaan, melainkan dengan ketabahan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. Dua figur teladan, Nabi Ya’qub AS dan Nabi Muhammad SAW, memberikan contoh nyata bagaimana menghadapi cobaan dengan doa dan keikhlasan.
Doa Nabi Ya’qub AS: Kesabaran di Tengah Duka Cita Mendalam
Kisah Nabi Ya’qub AS, seorang nabi yang dikenal akan kesabaran dan cintanya yang mendalam kepada anak-anaknya, menjadi contoh inspiratif. Ujian terbesar dalam hidupnya adalah kehilangan putranya yang tercinta, Nabi Yusuf AS. Kehilangan ini menimbulkan duka cita yang amat mendalam, namun Nabi Ya’qub AS tidak larut dalam keputusasaan. Beliau justru mengadukan kesedihan dan kesulitannya kepada Allah SWT, memohon kesabaran dan pertolongan-Nya.
Buku "Doa Harian yang Dianjurkan Para Nabi dan Orang Saleh" karya Tim Lentera Hati mengungkap kedalaman kesedihan Nabi Ya’qub AS saat itu. Al-Qur’an sendiri menggambarkan kesedihan beliau dalam Surat Yusuf ayat 84: “Dia (Ya’qub) berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, "Alangkah kasihan Yusuf," dan kedua matanya menjadi putih karena sedih. Dia adalah orang yang sungguh-sungguh menahan (amarah dan kepedihan)."
Ayat tersebut menggambarkan betapa berat ujian yang dihadapi Nabi Ya’qub AS. Namun, ketabahan dan keimanannya tetap teguh. Reaksi beliau terhadap cobaan ini, yang diiringi dengan doa tulus kepada Allah SWT, menjadi teladan bagi kita dalam menghadapi kesulitan. Jawaban Nabi Ya’qub AS kepada anak-anaknya, yang penuh kesabaran, merupakan bagian integral dari kisah ini dan sering disebut sebagai doa Nabi Ya’qub AS.
Doa tersebut, sebagaimana tercantum dalam Surat Yusuf ayat 86, berbunyi: "Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS Yusuf: 86). Doa ini singkat namun sarat makna. Ia mencerminkan penyerahan diri total kepada Allah SWT, pengakuan akan keterbatasan manusia, dan keyakinan akan hikmah di balik setiap cobaan. Nabi Ya’qub AS tidak hanya pasrah, tetapi juga mengungkapkan keyakinan bahwa Allah SWT mengetahui segala sesuatu, termasuk solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Doa ini mengajarkan kita untuk selalu bergantung kepada Allah SWT dalam menghadapi segala kesulitan dan untuk selalu mencari hikmah di balik setiap cobaan.
Doa Nabi Muhammad SAW: Doa Qurb sebagai Benteng Perlindungan
Nabi Muhammad SAW, sebagai utusan Allah SWT, juga mengalami berbagai kesulitan dan ujian selama hidupnya. Beliau, sebagai manusia pilihan, menunjukkan bagaimana menghadapi cobaan dengan tetap berpegang teguh pada ajaran Islam dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT. Salah satu doa yang dipanjatkan beliau dalam menghadapi ujian hidup adalah doa Qurb. Doa ini memohon perlindungan dan pertolongan Allah SWT.
Syamsuddin Noor, S.Ag., dalam bukunya "Dahsyatnya Doa Para Nabi," mencatat bacaan doa Qurb beserta transliterasi latin dan artinya:
"La ilaha illallahul ‘azhiimul haliim, la ilaha illallahu rabbil ‘arsyil ‘azhiim, la ilaha illallahu rabbus samaawaati warabbul ardhi warabbul ‘arsyil kariim."
Artinya: "Tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, Tuhan Yang Maha Agung dan Mahasantun, tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, Tuhan yang menguasai Arsy yang agung, tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, Tuhan yang menguasai langit dan bumi dan menguasai Arsy yang agung." (HR. Bukhari dan Muslim).
Doa Qurb ini menekankan keesaan Allah SWT dan kebesaran-Nya. Pengulangan kalimat tauhid ("La ilaha illallah") menunjukkan kekuatan iman dan kepercayaan penuh kepada Allah SWT sebagai satu-satunya tempat bergantung. Atribut-atribut Allah yang disebutkan, seperti ‘azhiim (Maha Agung), haliim (Mahasantun), dan kariim (Maha Mulia), menunjukkan kebesaran dan kasih sayang Allah SWT yang tak terbatas. Dengan memanjatkan doa ini, Nabi Muhammad SAW menunjukkan penyerahan diri dan kepercayaan penuh kepada Allah SWT dalam menghadapi segala tantangan.
Doa Qurb bukan hanya untuk menghadapi kesulitan pribadi, tetapi juga dapat dipanjatkan dalam berbagai konteks kehidupan. Buku "Ya Allah, Berkahilah Anak Kami" karya Ummu Azzam, misalnya, menyebutkan keutamaan doa Qurb bagi ibu hamil untuk memberikan ketenangan jiwa dan memohon kelancaran persalinan. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dan keluasan aplikasi doa ini dalam kehidupan sehari-hari.
Doa Memohon Perlindungan: Mengikuti Jejak Nabi
Selain doa-doa khusus seperti doa Nabi Ya’qub AS dan doa Qurb, ada pula doa umum yang dapat dipanjatkan untuk memohon perlindungan Allah SWT. Buku "Kisah Teladan dan Inspiratif 25 Nabi & Rasul" karya Anita Sari dkk. menyajikan salah satu contoh doa tersebut:
"Allahumma innaa nas’aluka min khair imaa sa’alaka minhu nabiyyuka Muhammadun wa na’uudzu bika min syarri maa sta’aadza minhu nabiyyuka Muhammadun wa antal musta’aanu wa ‘alaikal balaghu, wa laa haula wa laa quwwata illa billahi."
Artinya: "Ya Allah, kami memohon di antara kebaikan apa yang diminta Nabi-Mu Muhammad, dan kami berlindung dari keburukan yang Nabi-Mu Muhammad meminta perlindungan kepadanya. Engkau tempat meminta pertolongan dan Engkaulah tempat mengadu, dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali karena pertolongan-Mu."
Doa ini menunjukkan penyerahan diri kepada Allah SWT dan menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam memohon kebaikan dan berlindung dari keburukan. Doa ini mengajarkan kita untuk mencontoh perilaku Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi kesulitan dan mengingatkan kita akan ketergantungan kita sepenuhnya kepada Allah SWT. Kalimat "wa laa haula wa laa quwwata illa billahi" menegaskan ketidakberdayaan manusia tanpa pertolongan Allah SWT.
Kesimpulannya, berbagai doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ya’qub AS dan Nabi Muhammad SAW memberikan contoh yang sangat berharga bagi kita dalam menghadapi kesulitan hidup. Doa-doa tersebut bukan sekadar untaian kata, tetapi merupakan ekspresi iman, kesabaran, dan penyerahan diri kepada Allah SWT. Dengan meneladani kehidupan dan doa-doa para Nabi, kita dapat menghadapi segala cobaan dengan lebih tabah, ikhlas, dan optimis, serta selalu memperoleh pertolongan dan lindungan dari Allah SWT. Doa-doa ini menjadi pedoman spiritual yang memberikan kekuatan dan ketenangan di tengah badai kehidupan.