Jakarta – Doa iftitah, bacaan sunnah yang dipanjatkan setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca Al-Fatihah, menjadi bagian integral dalam praktik sholat bagi banyak umat Muslim. Meskipun Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar (yang diterjemahkan oleh Abu Firly Bassam Taqiy) menegaskan statusnya sebagai amalan sunnah—artinya sah sholat meskipun ditinggalkan, tanpa perlu sujud sahwi—keutamaan doa ini telah mendorong banyak muslim untuk mengamalkannya secara rutin. Keutamaan tersebut, yang akan diuraikan lebih lanjut, menjadikan doa iftitah lebih dari sekadar bacaan tambahan, melainkan sebagai ungkapan pengagungan, penyerahan diri, dan penegasan komitmen tauhid di awal ibadah sholat.
Waktu dan Kesempatan Membaca Doa Iftitah:
Penting untuk memahami batasan waktu dalam membaca doa iftitah. Jika terlewatkan pada rakaat pertama, baik karena kelupaan atau kesengajaan, doa iftitah tidak dapat diqadha’ (dibaca susulan) pada rakaat berikutnya. Waktu untuk membaca doa iftitah telah berlalu, dan membacanya setelah itu hukumnya makruh (dibenci). Namun, perlu ditekankan bahwa sholat tetap sah meskipun doa iftitah ditinggalkan.
Situasi berbeda terjadi bagi makmum (jamaah yang mengikuti imam) yang terlambat bergabung dalam sholat jamaah. Makmum yang baru bergabung di rakaat tertentu diperbolehkan membaca doa iftitah, dengan catatan ia yakin masih memiliki waktu yang cukup untuk membaca Al-Fatihah. Keutamaan doa iftitah tidak boleh mengalahkan kewajiban membaca Al-Fatihah. Jika makmum merasa khawatir akan tertinggal bacaan Al-Fatihah, maka ia diprioritaskan untuk membaca Al-Fatihah, karena bacaan tersebut merupakan rukun sholat yang wajib dibaca.
Teks Doa Iftitah: Arab, Latin, dan Terjemahannya:
Berikut adalah salah satu lafaz doa iftitah yang umum digunakan, disertai transliterasi latin dan terjemahannya:
Arab:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، وَجَهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مُسْلِمًا وَأَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Latin:
Allāhu akbaru kabīrā, wal-hamdu lillāhi kathīrā, wa subḥāna Allāhi bukratan wa aṣīlā, wajjahtu wajhiyyalladhī faṭaras-samāwāti wal-arḍa muslimān wa anā minal-musyrikīn, inna ṣalātī wa nusūkī wa maḥyāya wa mamātī lillāhi rabbil-‘ālamīn, lā syarīka lahu wa bi-dhālika umirtu wa anā minal-muslimīn.
Terjemahan:
"Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, dan segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyaknya. Maha Suci Allah pagi dan petang. Aku menghadapkan diriku kepada Tuhan Yang telah menciptakan langit dan bumi dengan meluruskan ketaatan kepada-Nya dan berserah diri, dan aku bukan termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, semua ibadahku, hidup dan matiku hanyalah bagi Allah, Rabb semesta alam; tiada sekutu bagi-Nya. Dan dengan demikianlah aku diperintahkan, dan aku adalah termasuk orang-orang yang muslim."
Variasi Doa Iftitah:
Selain lafaz di atas, terdapat beberapa variasi doa iftitah lainnya yang juga dipanjatkan oleh umat Muslim. Dua variasi yang cukup populer adalah:
Variasi 1 (Arab, Latin, dan Terjemahan):
(Teks Arab dan Latin dihilangkan karena panjangnya dan telah tersedia di sumber asli. Terjemahan saja yang disajikan untuk ringkasan)
Terjemahan: Doa ini memuat permohonan ampun atas dosa-dosa yang telah diperbuat, permohonan petunjuk kepada akhlak yang baik, serta penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, disertai pengakuan bahwa segala kebaikan berasal dari Allah dan kejahatan bukanlah dari-Nya.
Variasi 2 (Arab, Latin, dan Terjemahan):
(Teks Arab dan Latin dihilangkan karena panjangnya dan telah tersedia di sumber asli. Terjemahan saja yang disajikan untuk ringkasan)
Terjemahan: Doa ini berisi permohonan agar dijauhkan dari dosa-dosa, permohonan penyucian diri dari dosa-dosa, dan permohonan penyucian diri dengan simbol-simbol kesucian seperti salju, air, dan embun.
Keutamaan Membaca Doa Iftitah:
Keutamaan membaca doa iftitah telah diulas dalam berbagai kitab dan referensi keagamaan. Berikut beberapa keutamaan yang dikutip dari buku Kutemukan Engkau dalam Tahajjudku karya Muhammad Ainur Rasyid dan arsip detikHikmah:
-
Pintu Langit Terbuka: Hadits dari Ibnu Umar RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW sangat mengagumi doa iftitah karena dianggap sebagai bacaan yang menyebabkan dibukanya pintu-pintu langit. Keistimewaan ini mengisyaratkan terkabulnya doa dan terbukanya jalan menuju rahmat Allah SWT. Hadits tersebut menekankan kekhususan doa iftitah sebagai perantara hubungan hamba dengan Rabb-nya.
-
Bacaan Kesayangan Nabi Muhammad SAW: Aisyah RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW senantiasa memulai sholat malamnya dengan doa iftitah. Hal ini menunjukkan kecintaan dan keutamaan doa iftitah di mata Nabi Muhammad SAW, sehingga menjadikannya sebagai bacaan pilihan dalam ibadah malam yang penuh dengan kedekatan spiritual.
-
Pujian dan Pengagungan Allah SWT: Doa iftitah diawali dengan pujian dan pengagungan kepada Allah SWT. Dengan membaca doa ini, seorang muslim memulai sholat dengan mengucapkan puji-pujian dan mengakui kebesaran Allah SWT sebagai pencipta alam semesta. Hal ini menciptakan suasana khusyuk dan mengingatkan akan kebesaran Allah SWT sebelum memasuki inti ibadah sholat.
-
Penyerahan Diri Total kepada Allah SWT: Doa iftitah mengandung ikrar penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Ungkapan "wamaa ana minal musyrikin" (dan aku tidak termasuk orang-orang yang mempersekutukan-Nya) merupakan penegasan bahwa hanya Allah SWT yang layak disembah dan dipatuhi. Ini menunjukkan komitmen untuk menjauhi syirik dan segala bentuk penyembahan selain Allah SWT.
-
Komitmen Tauhid yang Teguh: Doa iftitah juga menegaskan komitmen untuk tidak mempersekutukan Allah SWT. Kalimat "laa syariika lahu" (tidak ada sekutu bagi-Nya) merupakan pengakuan akan keesaan Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Ini merupakan pengakuan iman yang penting dan menjadi pondasi utama dalam agama Islam. Dengan memperkuat komitmen tauhid di awal sholat, seorang muslim menetapkan niat untuk mengerjakan ibadah hanya untuk Allah SWT semata.
Kesimpulannya, doa iftitah, meskipun sunnah, memiliki nilai spiritual yang tinggi dan banyak keutamaan. Membacanya di awal sholat bukan hanya menambah nilai ibadah, tetapi juga menguatkan hubungan spiritual dengan Allah SWT, memperkuat komitmen tauhid, dan menciptakan suasana khusyuk di awal ibadah. Pemahaman tentang waktu dan kesempatan membacanya juga penting untuk menjaga kesahihan sholat dan menghindari hal-hal yang makruh.