ERAMADANI.COM, DENPASAR – Disaster Management Intitute of Indonesia (DMII) mengelar pelatihan manajemen kebencanaan atau penanggulangan bencana pada Sabtu, (01/02/2020) lalu.
Manajemen kebencanaan terdiri terdiri atas tiga tahap meliputi, pertema pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan.
Kedua peringatan dini, dan terakhir pencegahan (prevension), upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan timbulnya suatu ancaman.
Saat terjadi bencana atau kecelakaan, tak sedikit dari kita yang mendadak menjadi netizen journalist, sibuk membuat story dan update status.
Padahal, tiap kita dapat menjadi penyelamat bagi yang lain, bahkan kita juga dapat membantu menyelamatkan yang lain untuk selamat.
Sebuah pelatihan bernama Alife Saver Class, merupakan pelatihan yang secara berkala diadakan oleh Disaster Management Intitute of Indonesia (DMII), di kota-kota di Indonesia.
DMII sendiri merupakan lembaga yang berfokus pada pengembangan ilmu dan manajemen kebencanaan berbasis Total Disaster Management (TDM), yang dibentuk oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Pelatihan Manajemen Kebencanaan
Acara yang diselengarakan tersebut, bertempat di Upnormal Renon, membahas mengenai Medical First Responses (MFR) atau pertolongan pertama pada luka dan pendarahan.
Tak hanya pada korban kecelakaan dan bencana, namun juga pemberian medis dasar menolong diri dengan menggunakan atau tanpa peralatan kedokteran standar.
Manajemen kebencanaan mengajarkan untuk mengetahui teknik-teknik dasar pertolongan pertama pada korban kecelakaan, pengendalian pendarahan.
Hingga cara evakuasi korban ke tempat yang lebih aman, dan tempat lebih baik untuk tidak terkena bencana yang akan terjadi.
Berbentuk kelas pelatihan, sehingga peserta yang hadir dapat secara utuh dan interaktif mengikuti materi dan simulasi.
Kegiatan pelatihan ini didukung oleh tim Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) yang sudah terlatih dan memiliki sertifikat.
Dalam medis dan fasilitas kesehatan, serta Asisten Trainer dari Palang Merah Remaja (PMR) MAN 1 Karangasem.
Dalam proses simulasinya, dilengkapi oleh peralatan first aid kit seperti masker medis, sarung tangan medis dan helm.
“Ini adalah permulaan dari serangkaian latihan yang akan diadakan kedepannya. Harapannya, pelatihan ini dapat memberikan bekal, pengetahuan dan keterampilan,” ujar Joseph
“Jadi kalau ada kecelakaan atau bencana, atau orang di sekitar membutuhkan pertolongan, tidak perlu panik atau bukan hp yang diangkat duluan, tapi segera memberikan pertolongan,” tambahnya.
Tak hanya pelatihan mengenai first aid, ACT dan MRI juga rutin memberikan pelatihan mitigas dan taanggap bencana ke sekolah-sekolah.
Pihaknya secara terbuka mengajak untuk berkolaborasi mengadakan kegiatan guna mmebentuk masyarakat tanggap bencana dan mewujudkan zero vatality baik dalam bencana maupun kecelakaan. (RLS/ZAN)