Jakarta, 23 Desember 2024 – Indonesia dan Arab Saudi memasuki babak baru dalam memperkuat hubungan diplomatiknya yang telah berlangsung selama tujuh dekade. Bukan hanya sekadar perayaan angka, melainkan langkah nyata untuk mengungkap dan berbagi sejarah bilateral yang kaya. Hal ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan Arsip Nasional Kerajaan Arab Saudi (NCAR) di Gedung ANRI, Jakarta Selatan, Senin (23/12/2024). Perjanjian ini membuka jalan bagi pertukaran arsip sejarah antara kedua negara, sebuah langkah yang diharapkan mampu memperkaya pemahaman publik tentang kedalaman dan kompleksitas hubungan Indonesia-Arab Saudi yang selama ini mungkin kurang terungkap secara komprehensif.
Kepala ANRI, Drs. Imam Gunarto, M.Hum., dalam keterangan persnya menekankan pentingnya inisiatif ini. "Kita memiliki sejarah panjang hubungan antara Indonesia dan Arab Saudi, dan itu tersimpan di dalam arsip. Arsip-arsip itu nanti akan dipertukarkan, dibukukan, dan dipamerkan kepada masyarakat," ujarnya. Pernyataan ini menggarisbawahi tujuan utama MoU tersebut: mendemokratisasi akses terhadap informasi historis yang selama ini mungkin tersimpan di dalam relung-relung arsip negara. Dengan demikian, publik, baik di Indonesia maupun Arab Saudi, dapat memiliki pemahaman yang lebih komprehensif dan akurat tentang perjalanan hubungan bilateral kedua negara.
Gunarto secara tegas membantah anggapan bahwa hubungan Indonesia-Arab Saudi selama ini hanya berpusat pada penyelenggaraan ibadah haji. "Hubungan diplomatik kita yang hampir 70 tahun, saya kira itu perlu diketahui oleh masyarakat. Jadi, hubungannya tidak hanya haji saja, tetapi berbagai macam hal," tegasnya. Pernyataan ini menjadi penting untuk mengoreksi persepsi publik yang mungkin sempit dan kurang mendalam tentang cakupan hubungan kedua negara. MoU ini diharapkan dapat membuka wawasan publik tentang dimensi-dimensi lain dari hubungan bilateral yang meliputi kerja sama ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
MoU tersebut bukan hanya sekadar perjanjian formal, melainkan komitmen nyata untuk membangun kerja sama yang berkelanjutan. Rencana aksi yang akan disusun secara rinci akan menjadi pedoman dalam implementasinya. "Ini kan baru MoU, nanti segera kita susun action plan. Setiap tahun kita akan mengadakan kegiatan apa. Tahun depan setidaknya kita akan mengadakan workshop dan pameran bersama," jelas Gunarto. Pameran dan workshop tersebut akan diselenggarakan secara bergantian di Jakarta dan Riyadh, sebagai simbol kesetaraan dan saling menghormati dalam kerja sama ini.
Lebih jauh, Gunarto menjelaskan bahwa pertukaran arsiparis antara kedua negara juga menjadi bagian integral dari MoU ini. Program pertukaran ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas para arsiparis dalam pengelolaan dan pelestarian arsip. "Kita akan mengirim staf kita untuk belajar di Arab Saudi. Arab Saudi juga akan mengirimkan stafnya ke Indonesia untuk saling belajar tentang teknologi, tentang manajemen yang kita kuasai masing-masing," paparnya. Hal ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk membangun kapasitas sumber daya manusia dalam bidang kearsipan, sebuah langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan kerja sama ini.
Dari pihak Arab Saudi, Direktur Arsip Nasional Kerajaan Arab Saudi, Dr. Faisal Al-Tamimi, turut memberikan pernyataan yang senada. Ia menekankan harapannya agar MoU ini dapat melahirkan berbagai kegiatan yang berkontribusi signifikan bagi hubungan kedua negara. "Ini sangat memungkinkan untuk publik dapat mengakses informasi historikal, baik itu untuk masyarakat Arab Saudi dan juga di Indonesia," kata Faisal. Pernyataan ini menggarisbawahi tujuan bersama kedua negara untuk mendekatkan sejarah kepada publik, sehingga sejarah tidak hanya menjadi milik para ahli, tetapi juga menjadi milik seluruh masyarakat.
Faisal juga menjelaskan kesamaan teknis dalam manajemen kearsipan antara Indonesia dan Arab Saudi. "Secara teknik, proses manajemen kearsipan di Saudi hampir sama di seluruh negara termasuk Indonesia. Dalam praktiknya, mereka memiliki standar-standar yang sudah ditetapkan secara nasional," jelasnya. Kesamaan ini akan mempermudah proses pertukaran arsip dan implementasi MoU. Standar nasional yang telah ditetapkan di kedua negara akan menjadi acuan dalam pengelolaan dan pelestarian arsip yang ditukarkan.
Keberhasilan implementasi MoU ini akan diukur dari berbagai kegiatan yang akan dilakukan di Indonesia dan Arab Saudi. Kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) juga akan menjadi kunci keberhasilan. Hal ini menunjukkan bahwa MoU ini tidak hanya menjadi tanggung jawab ANRI dan NCAR, tetapi juga membutuhkan dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak terkait, baik dari pemerintah maupun masyarakat sipil.
Secara keseluruhan, penandatanganan MoU antara ANRI dan NCAR menandai tonggak penting dalam hubungan diplomatik Indonesia-Arab Saudi. Pertukaran arsip sejarah bukan hanya sekadar kegiatan administratif, tetapi merupakan upaya strategis untuk memperkuat hubungan bilateral yang telah terjalin selama tujuh dekade. Dengan membuka akses publik terhadap informasi historis, diharapkan pemahaman yang lebih komprehensif dan akurat tentang hubungan kedua negara dapat terbangun, sehingga dapat memperkuat landasan kerja sama di masa depan. Inisiatif ini juga menunjukkan komitmen kedua negara untuk melestarikan warisan sejarah dan memperkaya khazanah pengetahuan bagi generasi mendatang. Keberhasilan MoU ini akan bergantung pada komitmen dan kerja sama yang berkelanjutan antara kedua negara, serta dukungan dari berbagai pihak terkait. Langkah ini diharapkan dapat menjadi model kerja sama serupa antara Indonesia dan negara-negara lain di masa mendatang.