ERAMADANI.COM – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali I Nyoman Gede Anom mengatakan akan melakukan tes HIV/AIDS kepada calon pengantin di Bali mulai 2023.
“Jadi, kami menawarkan kepada calon pengantin untuk melakukan tes HIV/AIDS. Dengan demikian, nanti bukan hanya dua kali suntik tetanus,” katanya di Denpasar, Selasa.
Anom mengatakan bahwa di Bali perlu dukungan lebih terhadap upaya tersebut, mengingat mayoritas masyarakatnya beragama Hindu di mana terdapat upacara pernikahan adat terlebih dahulu dan pengurusan akta nikah sering kali di waktu yang berbeda bahkan hingga anak baru lahir.
“Di Bali ini mungkin perlu dukungan lebih besar, karena Bali beda dengan provinsi lain. Misalnya, pada Muslim buku nikahnya hanya akan keluar jika sudah tes tetanus dan HIV/AIDS,” ujarnya.
Anom mengatakan bahwa upaya melakukan tes kepada calon pengantin telah disosialisasikan sejak 2 tahun terakhir, namun ia mengakui hal tersebut sulit apalagi jika diwajibkan.
“Seperti wajib bayar pajak juga sulit, apalagi ini wajib tes sebelum nikah. Kita sekarang kalau dibilang kebutuhan dari program kan wajib, dalam artian kalau menikah dua orang tidak ada rahasia termasuk dalam status kesehatan,” katanya.
Melansir dari bali.gemapos.id, Upaya pencegahan ini juga dilakukan Pemprov Bali itu untuk mencegah hal buruk di kemudian hari, seperti terjadi perceraian apabila ditemukan hasil positif, sehingga prosesnya dilakukan secara bertahap.
Untuk meningkatkan minat masyarakat dalam melakukan tes HIV/AIDS, Dinkes Bali telah membebaskan biaya pemeriksaan di seluruh puskesmas, dengan upaya penawaran ke masyarakat tanpa paksaan.
Selain itu, dalam melakukan pencegahan, penemuan, dan pengobatan HIV/AIDS, Pemprov Bali sejak lama telah melakukan pemeriksaan wajib terhadap ibu hamil dan warga binaan. Hal tersebut dilakukan karena diakui adanya kesulitan apabila ingin melakukan tes ke laki-laki.
“Untuk pencegahan sekarang kami buka opsi testing sebanyak-banyaknya. Jadi kami tidak lagi testing kepada yang berisiko, tetapi kami juga testing langsung pada ibu hamil. Sering kali penemuan ke laki-laki berisiko tinggi agak sulit. Bahkan, ketika kami tunggu di lokalisasi pun, pelanggan tidak mau mengaku kalau dia pelanggan,” ujarnya.
Pada tahun 2023, Dinkes Bali akan lebih banyak melakukan sosialisasi, Untuk pengobatannya, Anom menilai tak ada yang perlu dikhawatirkan, mengingat stok obat terhitung cukup bahkan untuk 6 bulan ke depan, dengan jumlah 11 ribu pasien yang ada di Bali saat ini.
“Untungnya 6 bulan terakhir sudah membaik, paling tidak di Bali ini hingga bulan Juni 2023 sudah aman. Jumlah pasien 11 ribu sekarang dan stok obat adalah 11 ribu dikalikan 6 bulan,” kata dia.