Jakarta – Profesi guru, jauh melampaui sekadar pekerjaan, merupakan amanah suci yang dihargai tinggi dalam ajaran Islam. Bukan hanya sebagai penyampai ilmu, guru berperan sebagai pembimbing, penuntun, dan bahkan penentu arah perjalanan spiritual murid-muridnya menuju kebaikan. Kedudukan mulia ini terpatri kuat dalam Al-Qur’an dan Hadis, menunjukkan betapa sentralnya peran guru dalam membangun peradaban yang beriman dan berilmu.
Al-Qur’an sebagai Landasan Kedudukan Guru:
Ayat Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11 menjadi rujukan utama dalam memahami kedudukan guru yang terhormat. Ayat ini, yang seringkali diinterpretasikan sebagai perintah untuk memberi kelapangan dan penghormatan, menunjukkan bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa tingkat.
Berikut terjemahan ayat tersebut yang lebih detail dan kontekstual:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Tafsir Kementerian Agama RI memberikan penjabaran yang lebih komprehensif. Ayat ini bukan sekadar instruksi literal untuk memberi ruang fisik dalam suatu pertemuan, melainkan ajakan untuk menciptakan suasana yang inklusif dan penuh persaudaraan dalam berbagai forum dan kesempatan. "Berlapang-lapanglah dalam majlis" merupakan simbol dari sikap terbuka, toleransi, dan penerimaan terhadap perbedaan. Demikian pula, "Berdirilah kamu" bukan hanya perintah fisik, tetapi juga representasi dari sikap hormat, rendah hati, dan kesiapan untuk menerima petunjuk.
Lebih jauh, tafsir tersebut menekankan bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang beriman karena keteguhan iman mereka. Namun, yang lebih menarik adalah penekanan pada peningkatan derajat bagi "orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan". Ilmu pengetahuan, dalam konteks ini, bukan hanya sekadar pengetahuan faktual, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam dan kemampuan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu ini menjadi "hujjah" – argumen dan bukti – yang menerangi umat dan membimbing mereka menuju jalan yang benar. Guru, sebagai agen utama penyebaran ilmu ini, secara implisit diangkat derajatnya melalui peran mulia yang diembannya.
Hadis sebagai Bukti Konkret Kedudukan Guru:
Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW memperkuat pandangan Al-Qur’an tentang kedudukan guru yang terhormat. Beberapa hadis menunjukkan bahwa Nabi SAW sendiri memandang guru sebagai figur yang penting dan patut dihormati, bahkan mengangkatnya selevel dengan peran Nabi SAW dalam proses pendidikan dan pengajaran.
1. Rasulullah SAW sebagai Teladan Guru:
Hadis riwayat Ibnu Majah mengungkapkan pernyataan Nabi SAW: "Semuanya berada di jalan kebaikan. Orang-orang yang membaca Al-Qur’an dan berdoa kepada Allah, maka jika Allah menghendaki, Allah akan mengabulkan doa mereka, dan jika Allah menghendaki, Allah akan menolak doa mereka. Pun orang-orang yang belajar (dalam kebaikan), dan sesungguhnya aku hanya diutus sebagai guru, maka aku duduk bersama mereka."
Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menempatkan diri sebagai seorang guru. Beliau tidak hanya menyampaikan wahyu dari Allah SWT, tetapi juga aktif mendidik dan membimbing umatnya dengan kesabaran dan kebijaksanaan. Beliau duduk bersama mereka, mendengarkan keluh kesah, dan memberikan petunjuk dengan cara yang bijaksana dan menyayangi. Ini merupakan teladan yang harus diikuti oleh semua guru muslim.
2. Guru sebagai Pemberi Ilmu yang Berharga:
Hadis riwayat Bukhari mengajarkan kepada kita untuk menjadi pendidik yang penyantun, ahli fiqih, dan ulama. Ungkapan "memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak" menunjukkan proses pendidikan yang berkelanjutan dan bersifat bertahap. Guru harus mampu menyesuaikan metode pengajarannya dengan kemampuan dan tingkat pemahaman muridnya. Proses ini membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kasih sayang yang tak terbatas.
3. Kewajiban Memuliakan Guru:
Hadis dari Kitab Lubabul Hadits menyatakan: "Barang siapa memuliakan orang alim (guru) maka ia memuliakan aku. Dan barangsiapa memuliakan aku maka ia memuliakan Allah. Dan barangsiapa memuliakan Allah maka tempat kembalinya adalah surga."
Hadis ini menunjukkan bahwa memuliakan guru adalah sesuatu yang sangat penting dalam Islam. Memuliakan guru bukan hanya sebatas memberikan hormat secara lisan, tetapi juga meliputi perilaku dan tindakan yang menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap peran dan pengorbanan guru. Ini menunjukkan bahwa memuliakan guru adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan ridho-Nya.
4. Berbagi Ilmu sebagai Amal Saleh:
Hadis lainnya menyatakan bahwa "Sebaik-baik sedekah adalah seseorang muslim belajar ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudaranya sesama muslim."
Hadis ini menunjukkan bahwa berbagi ilmu adalah sebuah amal saleh yang sangat dihargai dalam Islam. Guru tidak hanya mendapatkan pahala atas ilmunya sendiri, tetapi juga mendapatkan pahala dari setiap orang yang mendapatkan manfaat dari ilmunya. Ini menunjukkan bahwa peran guru dalam menyebarkan ilmu adalah sangat penting dalam membangun peradaban Islam.
Kesimpulan:
Dari kajian Al-Qur’an dan Hadis di atas, jelas terlihat bahwa Islam mengangkat derajat guru pada tingkat yang sangat tinggi. Guru bukan hanya seorang penyampai ilmu, tetapi juga seorang pembimbing spiritual yang berperan penting dalam membentuk karakter dan moral murid-muridnya. Oleh karena itu, memuliakan guru adalah sebuah kewajiban bagi semua muslim, sebagai bentuk penghargaan terhadap peran mulia yang mereka emban dalam membangun generasi yang beriman dan berilmu. Peran guru dalam Islam tidak hanya berdampak pada kehidupan dunia, tetapi juga menentukan masa depan di akhirat. Oleh karena itu, penghargaan dan penghormatan terhadap guru harus diwujudkan dalam bentuk perilaku dan tindakan nyata, bukan hanya sebatas ucapan semata. Semoga kajian ini dapat meningkatkan apresiasi kita terhadap profesi guru dan menginspirasi kita untuk selalu memuliakan mereka.