ERAMADANI.COM, INDONESIA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadinya deflasi pada indeks harga konsumen selama September 2020 dibandingkan bulan sebelumnya (mtm), yakni sebesar 0,05 persen. Sementara itu, inflasi mencapai 1,42 persen dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Dengan demikian, Indonesia alami deflasi selama tiga bulan berturut-turut.
Melansir dari kumparan.com, pada Juli dan Agustus 2020, masing-masing deflasinya mencapai 0,1 persen (mtm) dan 0,05 persen (mtm).
Sepanjang Januari-September 2020, tercatat laju inflasinya masih rendah, yakni 0,89 persen (ytd), dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, ini tercatat juga lebih rendah, yakni 2,2 persen (ytd).
Dilihat dari 90 kota indeks harga konsumen, tercatat ada sebanyak 56 kota mengalami deflasi dan rekor deflasi tertinggi terjadi di Timika, yakni sebesar 0,83 persen (mtm).
Selain itu, ada 34 kota yang mengalami inflasi, tertinggi di Gunungsitoli, yakni 1,0 persen (mtm).
Penyebab-penyebab Deflasi
Adapun penyebab utama deflasi ada pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yaitu mencapai 0,09 persen ke deflasi secara umum.
“Terjadi penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras, masing-masing menyumbang deflasi 0,04 persen,” jelasnya.
“Bawang merah mengalami penurunan, andilnya ke deflasi 0,02 persen, serta tomat dan cabai rawit masing-masing andil deflasi 0,01 persen,” tambahnya.
Sementara itu, ada pula komoditas yang menyumbangkan inflasi, karena mengalami kenaikan harga selama Agustus.
Di antaranya ialah kenaikan harga minyak goreng, yakni 0,02 persen dan bawang putih sebesar 0,01 persen.
Selain pada kelompok makanan, transportasi juga andil dalam kasus deflasi, dengan sebesar 0,04 persen.
Angkutan udara ialah komoditas yang dominan adanya penurunan tarif dengan angka deflasi sebesar 0,04 persen.
Secara keseluruhan Inflasi inti pada bulan lalu 0,13 persen (mtm) dan 1,86 persen (yoy)
Harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,19 persen (mtm) dan inflasi sebesar 0,63 persen (yoy).
Sementara itu, komponen bergejolak mengalami deflasi 0,6 persen (mtm) dan inflasi 0,55 persen (yoy).
“Jadi bisa dilihat September 2020 ini deflasi 0,05 persen disumbang oleh komponen bergejolak, penurunan harga karena pasokan cukup, seperti daging ayam ras, telur ayam ras, sayuran, dan cabai rawit,” pungkasnya.
Inflasi inti yang paling menggambarkan daya beli masyarakat juga mengalami perlambatan.
Pada September 2020, inflasi inti hanya 0,13 persen (mtm) dan sepanjang tahun ini hingga akhir bulan lalu tercatat sebesar 1,46 persen (ytd).
Dilihat secara tahunan, pada September 2020 inflasi inti juga hanya 1,86 persen (yoy).
Menurut Suhariyanto, itu merupakan yang terendah sepanjang BPS melakukan penghitungan inflasi inti.
“BPS dan BI menghitung inflasi inti pada 2004, jadi itu pertama kali inflasi inti September 2020 terendah sejak 2004, sejak pertama kali inflasi inti,” paparnya. (ITM)