Jakarta – Dalam dunia bisnis yang penuh persaingan, tak banyak yang berani melirik peluang di ranah kematian. Namun, Yoka, seorang pengusaha muda, berani mengambil langkah berani dengan membuka bisnis kain kafan bernama Kafani. Berawal dari keresahan pribadi, Yoka melihat celah besar dalam kebutuhan masyarakat terhadap perlengkapan jenazah yang seringkali terlupakan.
"Awalnya, saya merasa kesulitan mencari kain kafan yang dibutuhkan secara mendadak, terutama di malam hari. Saya juga menyadari bahwa tidak semua orang memahami pentingnya persiapan pengurusan jenazah," ungkap Yoka saat dihubungi detikHikmah, Kamis (7/11/2024).
Kegelisahan Yoka ini bertransformasi menjadi sebuah misi. Kafani bukan sekadar bisnis, melainkan sebuah wadah untuk menebarkan pesan dakwah dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mempersiapkan diri menghadapi kematian.
"Dalam Islam, dianjurkan untuk membeli kain kafan dari harta si mayit. Kita seringkali terlalu cuek dan tidak menyadari bahwa mengurus jenazah memiliki pahala yang besar. Melalui Kafani, saya berharap bisa menjadi jembatan untuk menebarkan pesan ini," tegas Yoka.
Menyediakan Perlengkapan Jenazah yang Lengkap
Kafani tidak hanya menyediakan lembaran kain kafan biasa. Yoka menyadari bahwa kebutuhan masyarakat terhadap perlengkapan jenazah jauh lebih luas.
"Banyak orang belum tahu bahwa perlengkapan jenazah tidak hanya terbatas pada kain kafan. Ada kain samping, kapur barus, dan berbagai kebutuhan lainnya yang seringkali terlupakan," jelas Yoka.
Kafani menawarkan paket lengkap yang berisi kain kafan, kain samping, kapas jenazah, dan buku praktis sifat salat Nabi SAW. Selain itu, tersedia berbagai pelengkap seperti selang, bendera kuning, handuk, gunting kain, buku catatan wasiat pribadi, sisir, masker, parfum jenazah, bubuk bidara dan saringan, cotton bud jenazah, kapur barus, sarung tangan, masker, hingga gunting kuku.
Paket kain kafan lengkap ini dikemas dalam tas eksklusif dengan harga Rp750.000 untuk laki-laki dan Rp790.000 untuk perempuan.
Respon Netizen: Dari Serius Hingga Jenaka
Yoka baru memulai sesi jualan live melalui TikTok seminggu terakhir. Dalam lima kali siaran langsung, ia mendapatkan respon beragam dari netizen.
"Banyak yang menanggapi serius tentang persiapan pengurusan jenazah, namun tak sedikit yang melemparkan komentar candaan," ungkap Yoka.
Meskipun ada beberapa respon negatif, seperti pertanyaan "Ngapain jual begini?" atau "Menyiapkan kain kafan itu takut, identik sama kematian," Yoka tetap fokus pada tujuannya untuk mengedukasi masyarakat.
Sejak awal memasarkan produknya, Yoka selalu menjelaskan dengan serius dan mengemas kontennya sebagai konten edukasi. Namun, ribuan netizen justru menanggapi dengan berbagai pertanyaan nyeleneh. Yoka pun terkejut mengetahui produknya viral.
"Di kolom komentar banyak banget pertanyaan netizen. Kita membuat konten mengingatkan kematian, kita selalu bikin konten serius dan barang yang kami jual ini barang edukasi," tegas Yoka.
Meskipun netizen banyak yang melempar komentar jenaka, misalnya bertanya terkait ukuran dan motif kain kafan, Yoka selalu berusaha menjawab dengan bijak.
"Bang ada yang motif bunga-bunga nggak?" tanya netizen.
"Kain kafannya tahan api dan cambuk kan ya? Ada testimoni dari yang udah pake?" sahut netizen lain.
Kolom komentar semakin ramai saat Yoka melakukan sesi live.
"Kami menyampaikan kenapa sih kain kafan ini perlu disiapkan. Memang nantinya yang mengurus jenazah kita orang lain, tapi anjurannya kain kafan dari harta kita," jelas Yoka.
Kafani: Mengubah Persepsi dan Membangun Kesadaran
Kisah Yoka dan Kafani menunjukkan bahwa bisnis dapat menjadi alat untuk menyampaikan pesan positif dan membangun kesadaran masyarakat. Melalui pendekatan yang kreatif dan edukatif, Yoka berhasil menarik perhatian publik dan mengubah persepsi tentang kematian.
Kafani bukan sekadar bisnis kain kafan, melainkan sebuah gerakan untuk mengingatkan masyarakat tentang pentingnya mempersiapkan diri menghadapi kematian. Yoka berharap Kafani dapat menjadi inspirasi bagi pengusaha muda lainnya untuk berani mengambil langkah berani dan memanfaatkan bisnis sebagai alat untuk kebaikan.
"Saya ingin menunjukkan bahwa bisnis bisa menjadi wadah untuk menebarkan kebaikan dan membangun kesadaran masyarakat. Kita tidak perlu takut untuk membahas kematian, justru dengan mempersiapkan diri, kita bisa menghadapi kematian dengan tenang dan penuh makna," tutup Yoka.
Pelajaran dari Kisah Yoka dan Kafani:
- Berani mengambil peluang: Yoka berani mengambil langkah berani dengan membuka bisnis kain kafan, meskipun topik ini seringkali dianggap tabu.
- Membangun kesadaran: Yoka memanfaatkan bisnisnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mempersiapkan diri menghadapi kematian.
- Kreativitas dan edukasi: Yoka menggunakan pendekatan kreatif dan edukatif dalam memasarkan produknya, sehingga berhasil menarik perhatian publik.
- Tanggapan positif: Yoka mampu menghadapi respon negatif dengan bijak dan tetap fokus pada tujuannya untuk mengedukasi masyarakat.
- Bisnis untuk kebaikan: Yoka menunjukkan bahwa bisnis dapat menjadi alat untuk menebarkan kebaikan dan membangun kesadaran masyarakat.
Kisah Yoka dan Kafani menjadi bukti bahwa bisnis tidak hanya tentang keuntungan, tetapi juga tentang nilai dan pesan yang ingin disampaikan. Dengan kreativitas, keberanian, dan dedikasi, Yoka berhasil mengubah persepsi masyarakat tentang kematian dan membangun kesadaran akan pentingnya persiapan menghadapi kematian.