Jakarta – Hidup Eko Rindianto (33) bagaikan roller coaster. Lahir dengan penglihatan normal, ia menikmati masa muda dengan penuh semangat. Namun, takdir berkata lain. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), ia mulai merasakan gangguan penglihatan. Kondisi ini semakin memburuk hingga pada usia 30 tahun, Eko kehilangan penglihatannya sepenuhnya. Kegelapan menyelimuti dunianya, menenggelamkannya dalam keputusasaan.
"Saya merasa kehilangan arah, tidak tahu harus berbuat apa," ujar Eko, mengenang masa-masa sulitnya. Ia menjauhi orang-orang, termasuk teman-temannya. Rasa malu dan ketidakberdayaan menjeratnya dalam kesedihan.
Namun, di tengah kegelapan, secercah cahaya muncul dari sosok yang tak pernah lelah menemaninya: sang ibu. Ibu Eko, seorang penjual gorengan, dengan sabar dan penuh kasih sayang merawatnya. "Ibu selalu menyemangati saya, mengatakan bahwa saya masih bisa berbuat banyak," kenang Eko.
Dukungan sang ibu menjadi titik balik dalam hidupnya. Eko memutuskan untuk bangkit dari keterpurukan. Ia mencari jalan untuk menemukan kembali makna hidupnya. Melalui bimbingan beberapa orang baik, Eko dipertemukan dengan Yayasan Mitra Netra di Jakarta. Yayasan ini khusus membantu para penyandang tunanetra untuk meraih kemandirian dan mengembangkan potensi mereka.
Di Mitra Netra, Eko menemukan semangat baru. Ia tidak lagi merasa sendirian. Di sana, ia bertemu dengan teman-teman yang memiliki pengalaman serupa, yang juga berjuang untuk menjalani hidup dengan keterbatasan. Mereka saling mendukung, saling menguatkan, dan berbagi harapan.
Di Mitra Netra, Eko menemukan mimpi baru: menjadi penghafal Al-Qur’an. Ia ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menemukan ketenangan jiwa di tengah keterbatasannya. Dengan tekad bulat, Eko melanjutkan perjalanan spiritualnya di Pesantren Tunanetra Sam’an Cinta Quran di Bandung.
Tantangan baru menanti Eko di pesantren. Ia harus beradaptasi dengan metode pembelajaran khusus untuk tunanetra. Membaca huruf hijaiyah yang selama ini dipelajari secara visual, kini harus dipelajari melalui huruf Braille. Proses ini tidak mudah. Eko sempat merasa bingung dan putus asa. Namun, ia tidak menyerah. Dengan ketekunan dan dukungan dari para pengajar dan teman-temannya di pesantren, Eko berhasil melewati masa-masa sulit ini.
"Saya belajar dengan tekun, menghafal ayat demi ayat," ujar Eko. "Kadang saya merasa lelah, tapi saya selalu ingat pesan ibu saya: ‘Jangan pernah menyerah, Eko’."
Ketekunan Eko membuahkan hasil. Ia berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an. Dari kegelapan, ia menemukan cahaya iman yang menerangi hidupnya. "Allah baik banget sama saya," ujar Eko dengan penuh syukur. "Mungkin kalau saya tidak tunanetra, saya tidak akan hafal Al-Qur’an."
Kini, Eko telah menyelesaikan tugasnya sebagai penghafal Al-Qur’an. Ia memiliki tugas baru: menjadi pembimbing di Pesantren Tunanetra Sam’an Cinta Quran. Ia ingin berbagi pengalaman dan ilmu yang telah ia dapatkan dengan para tunanetra lainnya. Eko ingin menjadi inspirasi bagi mereka yang tengah berjuang menghadapi keterbatasan.
Cita-cita Eko tidak berhenti di sini. Ia ingin mendirikan pesantren khusus untuk para penyandang disabilitas. Ia ingin memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar dan berkembang tanpa merasakan perbedaan. "Saya ingin mereka bisa belajar dengan nyaman dan mendapatkan pendidikan yang layak," ujar Eko.
Kisah Eko adalah bukti bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih mimpi. Ia membuktikan bahwa dengan tekad yang kuat, dukungan dari orang-orang terdekat, dan semangat untuk terus belajar, seseorang dapat menemukan jalan menuju kesuksesan dan kebahagiaan, bahkan di tengah keterbatasan.
Eko memberikan pesan inspiratif bagi semua orang: "Manfaatkan apa yang kalian miliki selama masih Allah kasih kesempurnaan. Jangan sampai nantinya menyesal ketika Allah ambil sedikit kenikmatannya. Jadi untuk itu, dari sekarang manfaatkan untuk hal-hal baik, berpikiran baik, dan niat yang baik dan bermanfaat bagi sesama."
Kisah Eko adalah bukti bahwa semangat dan tekad yang kuat dapat mengalahkan segala rintangan. Ia adalah inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang, meraih mimpi, dan menyebarkan kebaikan di dunia.