ERAMADANI.COM, DENPASAR – Sekda Provinsi Bali yang juga selaku Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra menginstruksikan pembentukan Satuan Tugas (Satgas) di seluruh pasar tradisional untuk mencegah klaster baru.
Instruksi tersebut disampaikannya pada rapat koordinasi membahas penertiban pelaksanaan protokol kesehatan di pasar tradisional yang digelar secara daring, Selasa (30/6/2020).
Rakor melibatkan unsur TNI/POLRI, Pemerintah Kabupaten/Kota serta pengelola pasar tradisional se-Bali.
Dewa Indra menyebut, upaya pengendalian klaster baru penyebaran COVID-19 di pasar tradisional menjadi fokus dan perhatian gugus tugas baik provinsi maupun kabupaten/kota.
Hal ini mengingat, penambahan kasus positif COVID-19 belakangan ini didominasi oleh klaster pasar.
Sejumlah Pasar yang Menjadi Klaster Baru
Ia lantas merinci sejumlah pasar yang menjadi klaster baru penyebaran COVID-19 yaitu Pasar Kidul Bangli, Pasar Bon Dalem Buleleng, Pasar Kumbasari Denpasar dan Pasar Galiran Klungkung.
“Di Pasar Kidul, kasus positif COVID-19 pertama kali ditemukan pada seorang tukang suwun yang kemudian menular pada sejumlah pedagang dan keluarganya,” katanya.
Berikutnya ada Pasar Bon Dalem, bahkan Pemkab Buleleng sempat melakukan karantina wilayah untuk mengunci penyebaran COVID-19.
Belakangan muncul klaster penyebaran baru di dua pasar besar yaitu Pasar Kumbasari Denpasar dan Pasar Galiran Kabupaten Klungkung.
Bahkan, klaster Pasar Kumbasari menjadi penyumbang terbesar penambahan angka positif COVID-19 di Kota Denpasar.
Dengan demikian, secara akumulatif pasien positif COVID-19 Provinsi Bali berjumlah 1.493 orang.
Pada hari yang sama juga ada tambahan jumlah pasien yang sembuh sebanyak 15 orang sehingga total pasien sembuh hingga saat ini tercatat sebanyak 798 orang.
Terdapat satu pasien COVID-19 meninggal dunia sehingga total pasien yang meninggal menjadi 14 orang. Dewa Indra menyebut, saat ini pasien positif yang masih dalam perawatan (kasus aktif) tersisa sebanyak 681 orang.
Upaya dan Langkah GTPP Bali
Penanganan dan langkah pencegahan klaster baru penyebaran COVID-19 di Pasar Tradisional memang sudah dilakukan GTPP provinsi dan kabupaten/kota.
GTPP COVID-19 Provinsi Bali berkoordinasi dengan jajaran TNI/Polri dan turun bersama untuk melakukan pengawasan dan pendisiplinan penerapan protokol kesehatan di pasar-pasar tradisional.
Akan tetapi, GTPP provinsi tak mungkin bisa menjangkau seluruh pasar tradisional yang tesebar di seluruh Bali dan menjadi klaster baru.
Ia berharap, langkah yang ditempuh oleh provinsi dapat dijadikan role model oleh GTPP Kabupaten/Kota.
Agar pengawasan dapat dilakukan dari hari ke hari, Dewa Indra mendorong dibentuknya satgas/posko di setiap pasar tradisional baik yang dikelola oleh pemerintah maupun desa adat.
Dalam pembentukan satgas/posko ini, pengelola pasar bisa bekoordinasi dan berkolaborasi dengan unsur TNI/Polri, disperindag dan desa adat.
Satgas inilah yang nantinya setiap hari bertugas mengawasi dan mendisiplinkan para pedagang dan pengunjung pasar dalam penerapan protokol kesehatan untuk cegah klaster baru.
“Ingatkan soal penggunaan masker yang baik dan benar, arahkan pengunjung pasar agar mencuci tangan ketika masuk ke ke luar pasar,” katanya.
“Khusus untuk cuci tangan, satgas juga punya tugas memastikan ketersediaan air dan sabun cuci tangan. Jangan sampai mengarahkan namun airnya tak mengalir, sabun juga habis,” imbuhnya.
Dengan langkah ini, ia berharap tak ada lagi pasar tradisional yang menjadi klaster baru penyebaran COVID-19.
Ia menambahkan, pasar tradisional merupakan tempat yang rentan sebagai penularan COVID-19.
Ia mengakui bahwa sangat sulit menerapkan protokol kesehatan physical distancing pada jam buka pasar, sehingga sulit untuk mencegah klaster baru penyebaran.
Saran Sekda Provinsi Bali
Untuk mengetahui apakah pasar terpapar COVID-19 atau tidak, ia menyarankan untuk dilakukan rapid test.
Namun meningat tak mungkin melakukan rapid test bagi seluruh pedagang, rapid test bisa dilakukan dengan pola pengambilan sampel dengan memilih beberapa pedagang.
“Jika kedapatan 1 saja hasil reaktif, maka harus ditindaklanjuti dengan rapid test massal,” ujarnya.
Selain itu, Dewa Indra juga mengajak pengelola pasar menumbuhkan budaya malu. Malu kalau pasar yang mereka kelola menjadi klaster baru penyebaran COVID-19.
Ia juga mendorong pengelola pasar untuk menerapkan sistem jual beli online dan pembayaran non tunai, sehingga pasar tetap akan menjadi tempat yang produktif dan tetap aman COVID-19. (HAD)