ERAMADANI.COM, AMERIKA SERIKAT – Pendukung Trump melakukan demonstrasi hingga berujung penyerbuan ke Capitol Hill, Washington D.C. Rabu (6/1/21). Massa yang bergerak memaksa masuk ke dalam Capitol Hill berupaya menggagalkan sidang pengesahan hasil Pilpres.
Sejumlah pihak hingga media menyoroti cuitan Trump di Twitter sebagai sumber dari gerakan massa ini.
Sementara itu, aksi demonstrasi yang berujung ricuh itu mengakibatkan empat orang tewas.
“Satu wanita dewasa dan dua pria dewasa tampak menderita situasi medis darurat secara terpisah yang mengakibatkan mereka meninggal,” kata Kepala Kepolisian Washington DC, Robert Contee.
“Setiap korban jiwa di distrik ini sangat tragis dan duka cita kami terkirim untuk keluarga yang kehilangan mereka,” ujarnya menambahkan, sebagaimana mengutip dari cnnindonesia.com.
Adapun korban pertama yang terkonfirmasi tewas itu adalah seorang wanita pendukung Donald Trump di Capitol Hill, Washington D.C.
Wanita itu juga pernah bertugas pada Angkatan Udara AS.
Berdasarkan laporan dari AFP, Kamis (7/1/21), pendukung yang tewas itu bernama Ashli Babbit dan telah pensiun dari Angkatan Udara selama 14 tahun.
“Wanita itu adalah Ashli Babbit, seorang veteran 14 tahun yang melayani empat tur dengan Angkatan Udara AS,” sebagaimana laporan stasiun televisi San Diego KUSI.
Adapun serbuan massa ke Capitol Hill itu menjadi yang kedua setelah pada tahun 1814 mendapat serangan dari Inggris.
Sementara itu, hingga saat ini kecaman terhadap Trump terus berlanjut, ia pun dianggap bertanggung jawab atas gerakan massa yang berhasil masuk ke Capitol Hill.
Salah satu pihak yang mengecam Trump adalah eks MenHan AS.
Mencuat Anggapan Trump yang Menggerakkan Aksi Massa di Capitol Hill
Mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, James Mattis menyebut kerusuhan di Gedung Kongres Capitol Hill itu digerakkan oleh Presiden Donald Trump.
Ia juga menyebut serangan tersebut sebagai upaya untuk menaklukkan demokrasi Amerika dengan aturan massa.
“(Trump menggunakan) kepresidenannya untuk menghancurkan kepercayaan dalam pilpres kami dan untuk meracuni rasa hormat kita terhadap sesama warga negara, namanya akan hidup dalam penghujatan sebagai profil dalam kepengecutan.”Mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, James Mattis
Sejumlah video amatir tentang aksi ini pun beredar di berbagai platform media seperti Facebook, Twitter, hingga YouTube. (IAA)