ERAMADANI.COM, DENPASAR – Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Denpasar gelar Nobar dan Bedah Film Sang Kiai (2013) pada Hari Santri (22/10/2019) lalu.
tentunya kegiatan tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2019. Pembicara yang di daulat pada kegiatan itu adalah Sudarsono, S. Kom.I.,M.Pd.I.
Kegiatan pun dihadiri seluruh keluarga besar STAI Denpasar yang terdiri dari Ketua Senat Mahasiswa, Dewan Mahasiswa, Himaprodi dan jajarannya, terhitung sebanyak 107 Mahasiswa yang hadir dalam acara ini.
.
Acara dimulai pukul 19.54 Wita dengan pembawa acara Dyah Soelistya Jekti. Acara dibuka dengan ummul kitab dilanjut sambutan ketua Dema Stai Denpasar, kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne STAI dan Subahul Wathon.
Masuk acara inti yang diampu Sudarsono selaku pemateri, dirinya menjelaskan tentang beberapa pokok pembahasan. Salah satunya tentang pembagian kelompok masyarakat Jawa yang diklasifikasikan oleh Antropolog Belanda Clifford Geertz.
Geertz membagi masyarakat Jawa menjadi tiga golongan, yaitu santri, abangan, dan priyayi. Sudarsono menyampaikan bahwa santri adalah masyarakat Jawa yang secara sosial budaya, memegang kuat tradisi lokal namun juga sangat taat terhadap ajaran-ajaran agama Islam.
“Istilah Kiai itu ada tiga macam, yang pertama untuk orang yang lebih tua, kedua untuk benda-benda keramat seperti kyai Slamet, terakhir untuk orang yang menguasai ilmu agama islam secara mendalam”.
“Pondok pesantren harus memiliki komponen (unsur kiai), santri, pondok atau asrama pesantren, Masjid/musholla, Pengajian/kajian kitab, dan pendidikan mu’alimin.”
Pemutaran Film Sang Kiai
Masuk pada acara inti pemutaran film “Sang Kiai”, peserta sangat antusias dan sangat menjiwai film tersebut. Film ini berkisahkan tentang penjajahan Jepang tahun 1942 yang melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu Indonesia Raya dan memaksa rakyat Indonesia untuk ber-“Seikerei”, yaitu melakukan ritual menghormati matahari.
Tokoh besar agamis saat itu KH Hasyim Asyari (Ikranagara) menolak melakukan Seikerei karena tindakan itu menyimpang dari aqidah agama Islam.
Sebagai umat Islam hanya boleh menyembah kepada Allah SWT. Karena tindakan berani itu, K.H. Hasyim Asyari ditangkap Jepang. Salah satu santri KH Hasyim Asyari, Harun menghimpun kekuatan santri untuk melakukan demo menuntut kebebasan KH Hasyim Asyari.
Pemutaran film berakhir tepat 23.00, lalu kemudian ditutup langsung oleh Dyah Sulistya selaku pembawa acara dengan harapan semoga film ini memberikan manfaat. Dyah mengajak hadirin untuk mengambil pesan moral dalam film tersebut yang nantinya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (HAD)