Jakarta, 27 Oktober 2023 – Presiden Joko Widodo telah memasuki masa akhir jabatannya, dan Indonesia bersiap menyambut kepemimpinan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Visi besar "Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045" yang diusung Prabowo, diwujudkan melalui "Asta Cita," delapan misi strategis yang dirancang untuk membangun fondasi ekonomi yang kuat dan berkelanjutan serta memperkokoh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberhasilan implementasi Asta Cita, yang mencakup Hak Asasi Manusia (HAM), pertahanan, infrastruktur, Sumber Daya Manusia (SDM), hilirisasi dan industrialisasi, ekonomi, politik, dan toleransi antarumat beragama, sangat bergantung pada dukungan dan partisipasi seluruh komponen bangsa, termasuk peran krusial para ulama.
Asta Cita, sebagai kerangka pembangunan nasional, menuntut sinergi yang kuat antara pemerintah dan elemen masyarakat. Ulama, sebagai tokoh agama dan pemuka masyarakat yang dihormati, memiliki peran ganda: sebagai penjaga nilai-nilai moral dan keagamaan, sekaligus sebagai mitra pemerintah dalam mewujudkan cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pengaruh dan jangkauan ulama yang luas di masyarakat menjadikannya pilar penting dalam mensosialisasikan, mengimplementasikan, dan mengawasi program-program pemerintah yang tertuang dalam Asta Cita.
Organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), telah menunjukkan komitmennya untuk berkontribusi aktif dalam pembangunan nasional. PBNU, sebagai badan tertinggi NU, terus berupaya menjalin kerja sama erat dengan pemerintah dalam berbagai bidang, dari politik dan ekonomi hingga kesejahteraan sosial umat. Keterlibatan NU dalam pembangunan bukan sekadar dukungan formal, melainkan partisipasi aktif yang didasarkan pada nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semesta alam).
Menyadari pentingnya peran ulama dalam keberhasilan Asta Cita, PBNU akan menyelenggarakan sebuah sarasehan bertajuk "Asta Cita dalam Perspektif Ulama NU" pada tanggal 4 Februari 2025 di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta. Acara ini bukan sekadar forum diskusi, melainkan upaya untuk mendalami dan menelaah implementasi Asta Cita dari sudut pandang nilai-nilai Islam yang dianut mayoritas penduduk Indonesia. Sarasehan ini akan menghadirkan para ulama, cendekiawan, dan pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang, menciptakan ruang dialog yang komprehensif dan representatif.
Diskusi yang akan berlangsung diharapkan mampu menjawab berbagai pertanyaan krusial. Bagaimana Asta Cita dapat diimplementasikan secara efektif tanpa mengabaikan prinsip-prinsip ajaran Islam? Tantangan apa saja yang mungkin dihadapi dalam proses implementasi, dan bagaimana solusinya? Kontribusi apa yang dapat diberikan ulama untuk memastikan bahwa Asta Cita berjalan sesuai dengan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan yang diajarkan Islam?
Para peserta sarasehan akan menelaah Asta Cita secara mendalam, menganalisis setiap poin dari perspektif Al-Qur’an, Hadits, sunnah Rasulullah SAW, dan fiqih. Analisis ini akan mempertimbangkan konteks Indonesia yang majemuk, menghargai keberagaman budaya dan agama, serta menjaga harmoni sosial. Bukan hanya aspek legalitas dan teknis yang akan dibahas, tetapi juga dimensi etika dan moral yang mendasari setiap program dalam Asta Cita.
Kehadiran pakar dari berbagai disiplin ilmu, termasuk tokoh agama, politik, pendidikan, ekonomi, dan psikologi, akan memperkaya perspektif dan memberikan analisis yang komprehensif. Multidisiplin ilmu ini akan memastikan bahwa diskusi tidak hanya berfokus pada satu sudut pandang, melainkan mempertimbangkan berbagai aspek yang saling berkaitan dan mempengaruhi keberhasilan Asta Cita.
Sarasehan ini juga akan membahas isu-isu sensitif yang mungkin muncul dalam implementasi Asta Cita. Misalnya, bagaimana memastikan bahwa program-program pembangunan tidak merugikan kelompok minoritas atau menimbulkan ketidakadilan sosial? Bagaimana menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dengan pelestarian lingkungan hidup? Bagaimana menciptakan sistem pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan bebas dari korupsi?
Peran ulama dalam mengawasi implementasi Asta Cita juga akan menjadi fokus diskusi. Ulama diharapkan dapat menjadi "check and balance" bagi pemerintah, memastikan bahwa program-program dijalankan sesuai dengan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kebaikan. Ulama juga berperan dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional, membangun kesadaran bahwa kesuksesan Asta Cita merupakan tanggung jawab bersama.
Penting untuk diingat bahwa Asta Cita bukan sekadar rencana pemerintah, melainkan visi bersama untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Keterlibatan ulama dalam sarasehan ini menunjukkan komitmen untuk membangun Indonesia berdasarkan nilai-nilai Islam yang moderat, toleran, dan inklusif. Hasil dari sarasehan ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang konstruktif bagi pemerintah dalam implementasi Asta Cita, sekaligus menciptakan sinar harapan bagi terwujudnya Indonesia Emas 2045.
Transparansi dan aksesibilitas informasi menjadi kunci keberhasilan sarasehan ini. Siaran langsung melalui platform digital seperti detikcom memungkinkan masyarakat luas untuk mengikuti perkembangan diskusi dan mendapatkan informasi yang akurat dan terpercaya. Hal ini menunjukkan komitmen untuk melibatkan masyarakat secara luas dalam proses pembangunan nasional.
Kesimpulannya, sarasehan "Asta Cita dalam Perspektif Ulama NU" merupakan langkah strategis dalam upaya mewujudkan visi Indonesia Maju. Dengan melibatkan ulama dan berbagai pihak yang berkepentingan, sarasehan ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat bagi pemerintah dalam implementasi Asta Cita, sekaligus memperkuat harmonisasi antara nilai-nilai Islam dan tujuan pembangunan nasional. Suksesnya Asta Cita akan menjadi tonggak penting dalam perjalanan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Partisipasi aktif dari semua pihak, termasuk ulama, sangat dibutuhkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.