Pasangan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah meluncurkan "Asta Cita," delapan misi strategis yang menjadi landasan pembangunan menuju Indonesia Emas 2045. Lebih dari sekadar program pemerintah, Asta Cita menawarkan visi yang mengintegrasikan aspirasi kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan penguatan ekonomi, sekaligus menunjukkan keselarasan yang mendalam dengan nilai-nilai keislaman. Analisis mendalam terhadap program ini mengungkapkan bagaimana prinsip-prinsip ajaran Islam menjadi pondasi bagi pencapaian tujuan nasional yang ambisius tersebut.
Asta Cita, dengan fokus utama pada peningkatan kualitas hidup masyarakat, menawarkan sebuah kerangka kerja yang mencakup berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedelapan misi tersebut bukanlah sekedar daftar poin program, melainkan representasi dari sebuah ideologi pembangunan yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan, khususnya Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia.
Salah satu poin yang paling menonjol dalam konteks keislaman adalah misi kedelapan Asta Cita, yang menekankan pentingnya "penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur." Konsep ini selaras dengan ajaran Islam yang menganggap kelestarian lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab manusia terhadap ciptaan Tuhan. Lebih dari itu, penekanan pada toleransi beragama merupakan refleksi dari prinsip "rahmatan lil ‘alamin," yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam, sebuah prinsip fundamental dalam Islam yang mengajarkan perdamaian, kerukunan, dan kehidupan berdampingan yang harmonis antar umat beragama.
Konsep Islam moderat, yang menempatkan kebebasan beragama dan hak asasi manusia sebagai nilai utama, juga tercermin dalam misi ini. Pendekatan yang inklusif dan terbuka ini mendorong dialog antar budaya, agama, dan etnis, sehingga menciptakan suasana yang kondusif bagi pembangunan nasional. Hal ini sejalan dengan cita-cita Indonesia sebagai negara yang berlandaskan Bhinneka Tunggal Ika, di mana keberagaman dirayakan dan dijadikan sebagai sumber kekuatan.
Aspek keislaman dalam Asta Cita juga terlihat jelas dalam poin keenam, yaitu "membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan." Ajaran Islam sangat menekankan pentingnya menolong kaum dhuafa, memberi keadilan bagi yang lemah, dan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh anggota masyarakat. Usaha untuk mengangkat kaum miskin dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua lapisan masyarakat merupakan amal ibadah yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai keislaman. Program ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mewujudkan keadilan sosial yang merupakan pilar penting dalam pembangunan berkelanjutan.
Untuk memperkuat implementasi Asta Cita dan menjamin keselarasannya dengan nilai-nilai keislaman, Nahdlatul Ulama (NU), organisasi keagamaan Islam terbesar di Indonesia, mengadakan program "Sarasehan Ulama" dengan tema "Asta Cita dalam Perspektif Ulama NU." Acara ini merupakan upaya untuk mendapatkan masukan dan dukungan dari para ulama dan cendekiawan Islam terkemuka dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Sarasehan ini diharapkan dapat menjadi wadah dialog dan konsolidasi antara pemerintah dan umat Islam dalam mengarahkan program Asta Cita agar sesuai dengan nilai-nilai agama dan kearifan lokal. Kehadiran para ulama dalam acara ini menunjukkan pentingnya peran agama dalam pembangunan nasional dan komitmen pemerintah untuk melibatkan semua pihak dalam upaya mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Melalui Sarasehan Ulama, NU akan menegaskan perannya sebagai penjaga harmonisasi sosial dan mitra strategis pemerintah dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. NU tidak hanya berperan sebagai pengawas, tetapi juga sebagai pendukung aktif dalam proses pembangunan nasional yang berbasis nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal.
Acara Sarasehan Ulama yang dijadwalkan berlangsung pada tanggal 4 Februari 2025 di The Sultan Hotel & Residence Jakarta, akan menjadi forum yang penting untuk mendiskusikan sejumlah poin penting dalam Asta Cita. Diskusi ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi dan masukan yang berharga bagi pemerintah dalam merumuskan strategi dan kebijakan yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Kehadiran acara ini juga diharapkan dapat menyatukan gagasan, visi, dan program kerja NU di berbagai jenjang kepengurusan. Dengan terciptanya kesatuan pandangan dan komitmen yang kuat, NU dapat berperan lebih efektif dalam mendukung program pemerintah dan mengawasi pelaksanaannya agar sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan kepentingan rakyat.
Bagi masyarakat yang ingin mengikuti acara Sarasehan Ulama PBNU, dapat menyaksikannya melalui live streaming di detikcom pada tanggal 4 Februari 2025, mulai pukul 13.00 WIB. Transparansi dalam proses pembahasan dan pengambilan keputusan merupakan hal yang penting untuk menciptakan kepercayaan publik dan menjamin akuntabilitas pemerintah.
Kesimpulannya, Asta Cita bukan hanya sebuah program pemerintah, tetapi juga sebuah refleksi dari komitmen untuk membangun Indonesia berdasarkan nilai-nilai keislaman yang moderat dan inklusif. Integrasi nilai-nilai keislaman dalam Asta Cita menunjukkan upaya untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, sejalan dengan prinsip "rahmatan lil ‘alamin." Sarasehan Ulama yang diselenggarakan oleh NU merupakan langkah strategis untuk memperkuat keselarasan antara program pemerintah dengan nilai-nilai keislaman dan memastikan bahwa pembangunan nasional berjalan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai yang diharapkan. Keberhasilan Asta Cita akan bergantung pada komitmen bersama dari pemerintah, umat Islam, dan seluruh komponen bangsa untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang adil, makmur, dan bermartabat.