Kisah Ashabul Kahfi, yang berarti "Para Penghuni Gua," merupakan salah satu kisah inspiratif dalam Al-Qur’an, termaktub dalam Surah Al-Kahfi ayat 9-26. Kisah ini menceritakan tentang sekelompok pemuda beriman yang memilih bersembunyi di dalam gua untuk menghindari kekejaman penguasa zalim pada masa itu. Allah SWT menidurkan mereka selama ratusan tahun sebagai bentuk perlindungan dan bukti kebesaran-Nya.
Awal Mula Kisah Ashabul Kahfi
Kisah ini bermula di sebuah negeri Romawi bernama Thorthus, yang diperintah oleh seorang raja yang zalim bernama Dekianus. Dekianus memaksa rakyatnya untuk menyembah berhala dan mengingkari Tuhan yang sebenarnya. Ketakutan akan ancaman sang raja membuat masyarakat mengikuti ajarannya, hingga penyembahan berhala menjadi hal yang lumrah.
Di tengah kegelapan moral dan spiritual ini, muncullah sekelompok pemuda yang teguh dalam keimanan mereka. Mereka menolak segala bentuk penyembahan berhala dan merasakan kesedihan mendalam melihat kerusakan yang terjadi di sekitar mereka.
Suatu hari, ketika kaumnya mengadakan perayaan besar untuk menyembah berhala, para pemuda ini tidak hanya menolak untuk bergabung, tetapi juga berani menegur kaumnya. Mereka menegaskan bahwa penyembahan berhala adalah bentuk kemungkaran yang nyata.
Perlawanan mereka terhadap ajaran raja membuat mereka berada dalam bahaya. Demi menjaga keimanan mereka, para pemuda Ashabul Kahfi memutuskan untuk melarikan diri. Allah SWT mengabadikan momen ini dalam Surah Al-Kahfi ayat 9-13.
Dakwah kepada Raja yang Zalim
Dalam Surah Al-Kahfi ayat 14-15, diceritakan bahwa para pemuda ini berkumpul secara tak terduga di bawah sebuah pohon. Mereka datang satu per satu tanpa saling mengenal, namun hati mereka terpaut dalam keimanan yang sama.
Awalnya, mereka diam karena takut dan khawatir akan adanya perbedaan pandangan. Namun, seorang dari mereka memberanikan diri untuk berbicara tentang akidah dan keimanan, yang kemudian disambut oleh pemuda lain yang satu keimanan juga.
Kabar keberadaan mereka yang beriman kepada Allah SWT akhirnya sampai ke telinga raja yang zalim. Penasaran dengan keyakinan para pemuda ini, raja memerintahkan mereka untuk datang ke istananya.
Di hadapan sang raja, mereka dengan penuh keberanian dan tanpa keraguan mengumumkan keimanan mereka. Mereka bahkan menyampaikan kalimat dakwah kebenaran. Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda tentang pentingnya menyampaikan kalimat kebenaran di hadapan penguasa yang zalim: "Kalimat kebenaran di hadapan raja yang zalim" (HR An-Nasa’i).
Mencari Tempat Aman dan Tertidur Selama Ratusan Tahun
Setelah berani berdakwah di hadapan raja zalim dan tetap menolak beribadah kepada selain Allah SWT, para pemuda ini mendapat ancaman. Raja memberi ultimatum agar mereka meninggalkan keyakinan atau menghadapi hukuman.
Namun, mereka tidak gentar. Malam itu, Allah SWT memberi kesempatan bagi mereka untuk melarikan diri. Mereka mencari tempat aman di sebuah gua yang terletak sekitar 6 kilometer dari istana.
Keesokan paginya, raja mengirim pasukannya untuk mengejar mereka hingga ke pintu gua. Namun, dengan pertolongan Allah SWT, para pemuda ini terselamatkan. Allah SWT meneguhkan hati mereka dalam persembunyian tersebut, mirip dengan kisah Rasulullah SAW dan Abu Bakar saat bersembunyi di Gua Tsur dalam perjalanan hijrah ke Madinah.
Di dalam gua, Allah SWT menunjukkan kuasa-Nya dengan menidurkan para pemuda ini selama 309 tahun. Hal ini sesuai dengan Surah Al-Kahfi ayat 16-18, yang mengisahkan bagaimana Allah SWT menjaga mereka sepanjang waktu.
Cahaya matahari yang masuk ke gua pun diatur sedemikian rupa agar tidak langsung mengenai tubuh mereka. Ketika matahari terbit, sinarnya condong ke kanan, dan ketika terbenam, condong ke kiri, menunjukkan bahwa pintu gua tersebut menghadap ke utara. Dengan demikian, tubuh mereka tetap aman dari paparan cahaya langsung yang bisa membahayakan.
Allah SWT juga menjaga tubuh mereka agar tidak kaku atau rusak. Di dalam gua yang luas, tubuh mereka dibiarkan berbalik-balik dari kanan ke kiri, menjaga mereka dari kemungkinan digerogoti tanah.
Bangun dari Tidur hingga Wafatnya
Setelah tertidur selama ratusan tahun, para pemuda Ashabul Kahfi akhirnya terbangun dalam keadaan yang tidak berubah sedikit pun pada diri mereka. Mereka tidak menyadari bahwa mereka telah tertidur selama 309 tahun. Mereka mengira hanya tidur sebentar, mungkin sehari atau setengah hari saja (Surah Al-Kahfi ayat 19-20).
Setelah terbangun, fokus utama mereka adalah mencari makanan. Dengan rasa lapar yang mulai terasa, mereka menyuruh salah seorang di antara mereka untuk pergi ke kota terdekat, yang dulunya bernama Deqsus.
Mereka berpesan agar pemuda ini berhati-hati dalam melangkah dan tidak mengungkapkan keberadaan mereka kepada siapa pun, karena khawatir akan ancaman penguasa yang mungkin masih berkuasa.
Dalam kehati-hatiannya, pemuda tersebut memasuki kota dengan penuh waspada. Namun, yang ia temui justru adalah perubahan besar. Kota yang dulunya penuh dengan ketidakadilan kini berbeda. Ketika ia memberikan uang perak kuno untuk membeli makanan, penjual yang menerimanya langsung menolak dan tampak terkejut melihat bentuk uang tersebut. Pemuda ini pun mulai heran dengan reaksi orang-orang sekitar yang tampak kebingungan.
Ketika ditanya tentang asal uang tersebut, pemuda tersebut menjelaskan bahwa ia adalah penduduk kota itu dan baru saja pergi semalam dari kota di bawah kekuasaan Raja Dekianus. Namun, mendengar nama Raja Dekianus membuat orang-orang semakin heran, sebab raja tiran tersebut sudah lama tiada. Beberapa orang bahkan berpikir bahwa pemuda itu gila.
Setelah mendengar penjelasan, akhirnya mereka membawa pemuda tersebut menghadap penguasa baru yang saleh dan beriman, Raja Tedosis.
Raja Tedosis bersama rombongan pasukannya pun mendatangi gua tempat para pemuda lainnya menunggu. Saat sampai di gua, mereka menyaksikan para pemuda Ashabul Kahfi sedang melaksanakan salat, sebagai bentuk ketakwaan mereka kepada Allah SWT yang telah menjaga mereka. Setelah mereka menyelesaikan salat, Raja Tedosis pun mengajak mereka untuk berbincang hingga akhirnya Allah SWT mewafatkan mereka.
Hikmah dari Kisah Ashabul Kahfi
Kisah Ashabul Kahfi mengandung banyak hikmah yang dapat kita petik, di antaranya:
- Keteguhan Iman: Para pemuda Ashabul Kahfi menunjukkan keteguhan iman yang luar biasa dalam menghadapi tekanan dan ancaman dari penguasa yang zalim. Mereka tidak tergoyahkan dalam keyakinan mereka meskipun harus menghadapi risiko kehilangan nyawa.
- Pentingnya Melawan Kemungkaran: Kisah ini mengajarkan kita untuk berani melawan kemungkaran dan ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita, meskipun harus menghadapi tantangan dan risiko.
- Kekuasaan Allah SWT: Kisah ini menunjukkan kekuasaan Allah SWT yang maha besar dan maha melindungi. Allah SWT mampu menjaga hamba-hamba-Nya dalam kondisi apa pun, bahkan dalam keadaan yang sulit dan penuh bahaya.
- Kesabaran dan Ketaatan: Para pemuda Ashabul Kahfi menunjukkan kesabaran dan ketaatan yang luar biasa kepada Allah SWT. Mereka bersabar dalam menghadapi cobaan dan tetap taat kepada perintah-Nya meskipun tertidur selama ratusan tahun.
- Perlindungan Allah SWT: Kisah ini mengingatkan kita bahwa Allah SWT selalu melindungi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Allah SWT akan memberikan pertolongan dan perlindungan bagi mereka yang benar-benar bergantung kepada-Nya.
Kisah Ashabul Kahfi merupakan bukti nyata bahwa iman dan ketaatan kepada Allah SWT adalah kunci untuk menghadapi segala rintangan dan tantangan dalam hidup. Kisah ini juga mengajarkan kita untuk selalu berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan, serta untuk tidak pernah putus asa dalam menghadapi cobaan dan kesulitan. Wallahu a’lam.