Jakarta, 4 Januari 2025 – Arab Saudi tengah bergulat dengan gelombang dingin ekstrem yang melanda berbagai wilayahnya. Pusat Meteorologi Nasional (NMC) Arab Saudi mengeluarkan peringatan dini terkait penurunan suhu drastis dan potensi turunnya salju di wilayah utara, termasuk Tabuk, Al Jouf, dan Perbatasan Utara, bertepatan dengan liburan sekolah musim dingin. Peringatan ini bukan sekadar imbauan biasa, mengingat potensi dampaknya yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat dan infrastruktur.
Dalam pernyataan resmi melalui akun X, NMC memprediksikan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akan melanda sebagian besar wilayah kerajaan. Wilayah yang diperkirakan terdampak meliputi Tabuk, Makkah, Madinah, Al Jouf, Perbatasan Utara, Hail, Al Qassim, Riyadh, Provinsi Timur, dan Al Baha. Hujan deras ini diperparah dengan angin kencang yang berpotensi menimbulkan badai debu, mengancam visibilitas dan keselamatan perjalanan. Potensi hujan es juga menjadi perhatian serius NMC.
Gelombang dingin ini diperkirakan akan berlangsung beberapa hari ke depan, dengan suhu yang terus merosot di wilayah utara dan tengah Arab Saudi, termasuk Riyadh dan Madinah. Suhu yang sangat rendah ini berpotensi menimbulkan berbagai masalah, mulai dari gangguan transportasi hingga potensi kerusakan infrastruktur akibat pembekuan.
NMC juga memberikan peringatan dini terkait potensi kabut tebal yang akan menyelimuti beberapa wilayah pada malam dan dini hari. Wilayah yang berisiko tinggi meliputi Tabuk, Al Jouf, Perbatasan Utara, Hail, Al Qassim, Riyadh, Provinsi Timur, serta dataran tinggi Asir, Jazan, Al Baha, dan Mekkah. Kabut tebal ini akan sangat membahayakan keselamatan berkendara dan berpotensi mengganggu aktivitas penerbangan.
Aqeel Al Aqeel, analis cuaca dari Departemen Meteorologi, memberikan gambaran yang lebih rinci mengenai dampak gelombang dingin ini. Dalam wawancara dengan Gulf News pada 3 Januari 2025, Al Aqeel memperingatkan potensi suhu di bawah nol derajat Celcius di beberapa wilayah utara. Riyadh, pusat pemerintahan Arab Saudi, diperkirakan akan mengalami suhu terendah hingga 2 derajat Celcius selama dua hari ke depan. Kondisi serupa juga diperkirakan akan terjadi di pinggiran kota Riyadh dan Madinah, dengan suhu yang merosot hingga titik beku.
Al Aqeel menekankan bahwa minggu mendatang akan diwarnai oleh fluktuasi cuaca yang signifikan, dengan potensi hujan lebat dan salju yang akan melanda dataran tinggi Tabuk dan wilayah paling utara di Perbatasan Utara. Kondisi ini menuntut kewaspadaan dan kesiapsiagaan dari seluruh pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.
NMC juga mengingatkan kembali akan gelombang dingin ekstrem yang pernah melanda Arab Saudi pada Januari 1992. Gelombang dingin tersebut tercatat sebagai yang paling intens dalam sejarah, dengan suhu terendah mencapai -9,3 derajat Celcius di stasiun Hail. Kondisi ekstrem ini berlangsung selama tujuh hari, dengan rata-rata suhu harian mencapai -4,4 derajat Celcius. Data historis ini menunjukkan potensi dampak yang sangat serius dari gelombang dingin yang sedang melanda saat ini.
Secara historis, stasiun Hail dan Al Qurayyat tercatat sebagai wilayah dengan suhu terdingin di Arab Saudi antara tahun 1985 dan 2023. Data ini menjadi acuan penting bagi NMC dalam melakukan prediksi dan peringatan dini, guna meminimalisir dampak negatif dari fenomena cuaca ekstrem ini.
Gelombang dingin ekstrem ini bukan hanya sekadar fenomena alam biasa, melainkan juga sebuah tantangan bagi Arab Saudi dalam menghadapi perubahan iklim. Peristiwa ini menyoroti pentingnya sistem peringatan dini yang efektif dan responsif, serta kesiapan infrastruktur dan masyarakat dalam menghadapi dampak cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.
Pemerintah Arab Saudi diharapkan untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam menghadapi situasi ini, termasuk penyediaan bantuan dan perlindungan bagi masyarakat yang terdampak, serta memastikan kelancaran layanan publik, terutama transportasi dan kesehatan. Masyarakat juga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, mengikuti arahan dari pihak berwenang, dan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk melindungi diri dari dampak cuaca ekstrem.
Situasi ini juga menjadi pengingat bagi dunia internasional mengenai pentingnya kerjasama global dalam menghadapi perubahan iklim. Perubahan iklim bukan hanya masalah lokal, melainkan ancaman global yang membutuhkan solusi kolektif. Peristiwa di Arab Saudi ini menjadi bukti nyata betapa perubahan iklim dapat memicu fenomena cuaca ekstrem yang berdampak luas dan mengancam kehidupan manusia.
Ke depan, Arab Saudi perlu meningkatkan investasi dalam infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, serta mengembangkan sistem peringatan dini yang lebih canggih dan akurat. Peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim juga menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan serupa di masa mendatang. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi Arab Saudi dan dunia untuk lebih serius dalam menghadapi ancaman perubahan iklim dan dampaknya yang semakin nyata. Kewaspadaan, kesiapsiagaan, dan kerjasama global menjadi kunci untuk meminimalisir dampak negatif dan melindungi kehidupan manusia dari ancaman cuaca ekstrem. Peristiwa di Arab Saudi ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mencegah terjadinya fenomena cuaca ekstrem yang lebih parah di masa mendatang.