Adzan, panggilan suci yang membahana dari menara masjid, lebih dari sekadar pengumuman waktu salat. Ia merupakan seruan syahdu yang sarat makna, mengandung kalimat-kalimat tauhid yang agung, mengakui keesaan dan kesempurnaan Allah SWT. Kata "adzan" sendiri, secara bahasa berarti "memberitahukan," sementara dalam konteks syariat Islam, ia didefinisikan sebagai pemberitahuan waktu salat fardhu menggunakan lafaz-lafaz khusus yang telah ditetapkan. Praktik mulia ini telah disyariatkan sejak tahun pertama Hijriah, sebuah tonggak sejarah yang menandai peradaban Islam.
Sejarah mencatat, penggunaan adzan sebagai metode panggilan salat bukanlah tanpa proses. Seperti yang diriwayatkan oleh Nafi’ dari Umar bin Khattab RA, pada masa awal Islam, umat muslim masih kesulitan menentukan waktu salat secara tepat. Berbagai usulan muncul, mulai dari penggunaan lonceng seperti umat Nasrani hingga serunai seperti umat Yahudi. Namun, Umar bin Khattab RA mengajukan ide yang lebih bijaksana: menunjuk seseorang untuk menyerukan salat. Gagasan ini kemudian diterima Rasulullah SAW, yang kemudian menunjuk Bilal bin Rabah RA sebagai muadzin pertama. Kisah ini menggambarkan betapa adzan merupakan hasil ijtihad dan hikmah yang lahir dari kebutuhan umat dan tuntunan Ilahi. (HR Bukhari dan Ahmad).
Keutamaan adzan, sebagaimana amal ibadah lainnya yang diperintahkan Allah SWT, tak terhitung banyaknya. Hadits-hadits Rasulullah SAW mengungkapkan keagungan dan pahala yang luar biasa bagi mereka yang terlibat dalam proses adzan, baik sebagai muadzin maupun sebagai makmum yang mendengarnya. Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, dalam kitab Syarah Riyadhus Shalihin Imam Nawawi, menyatakan bahwa seandainya manusia mengetahui keutamaan dan pahala yang terkandung dalam adzan, mereka akan berebut kesempatan untuk menjadi muadzin. Rasulullah SAW bersabda: "Sekiranya manusia mengetahui keutamaan adzan dan barisan pertama, kemudian dia tidak mendapatkannya kecuali dengan mengundi, mereka pasti melakukan undian. Jika mereka mengetahui keutamaan menyegerakan salat Zuhur, mereka akan saling mendahului. Dan sekiranya mereka mengetahui keutamaan salat Isya dan Subuh, pasti mereka akan melaksanakannya meskipun harus dengan merangkak." (HR Bukhari dan lainnya). Hadits ini menggambarkan betapa besarnya ganjaran bagi mereka yang memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
Keutamaan adzan terbentang luas, meliputi berbagai aspek spiritual dan sosial. Berikut beberapa keutamaan adzan berdasarkan hadits-hadits Nabi SAW:
1. Mengusir Setan: Adzan bukanlah sekadar seruan manusia, namun juga senjata ampuh melawan godaan setan. Rasulullah SAW bersabda: "Apabila dikumandangkan adzan untuk salat, maka larilah setan dengan mengeluarkan kentut agar ia tidak mendengar adzan itu. Dan apabila adzan telah selesai dikumandangkan, maka setan datang lagi. Apabila dikumandangkan iqamat, maka setan lari sampai iqamat itu selesai. Apabila iqamat telah selesai, maka setan datang lagi untuk membisiki hatinya. Ia berkata, ‘Ingatlah ini, dan ingatlah itu.’ Padahal ia tidak ingat akan hal itu sebelumnya, hingga seseorang tidak tahu berapa rakaat yang telah dikerjakannya dalam salat." (HR Bukhari dan Muslim). Hadits ini menjelaskan bahwa adzan memiliki kekuatan spiritual yang mampu mengusir pengaruh jahat setan, menciptakan suasana khusyuk dan tenang untuk menunaikan ibadah salat.
2. Pahala yang Melimpah: Adzan adalah amal ibadah yang dibalas dengan pahala yang besar. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Rasulullah SAW menekankan keutamaan adzan dan mendahulukan salat, menunjukkan betapa besarnya pahala yang menanti bagi mereka yang mengerjakannya dengan penuh keimanan dan ketaatan. Ini bukan hanya sekedar upaya fisik, melainkan juga perwujudan ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT.
3. Petunjuk dan Perlindungan bagi Muadzin: Allah SWT memberikan petunjuk dan perlindungan khusus kepada muadzin. Rasulullah SAW bersabda: "Imam sebagai penanggung dan muadzin adalah orang yang dipercaya. Ya Allah, berilah petunjuk kepada orang-orang yang mengumandangkan adzan." (HR Tirmidzi dan Ahmad). Doa Rasulullah SAW ini menunjukkan kepercayaan dan penghargaan terhadap peran muadzin dalam mengingatkan umat untuk menunaikan salat. Doa ini juga menunjukkan betapa pentingnya peran muadzin dalam menjaga kehidupan beragama masyarakat.
4. Pengampunan Dosa: Salah satu keutamaan adzan yang paling menakjubkan adalah pengampunan dosa bagi muadzin. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya membacakan sholawat kepada orang yang berada di shaf pertama. Dan bagi muadzin, dia akan diampuni dosanya sepanjang suaranya dan kalimat yang dikumandangkan dibenarkan oleh siapa saja yang mendengarnya, termasuk tumbuhan basah maupun kering. Dan baginya adalah pahala orang yang mengikuti salat bersamanya." (HR Ahmad dan Nasai). Hadits ini menunjukkan betapa besarnya pahala dan pengampunan dosa yang diberikan Allah SWT kepada muadzin, selama ia menjalankan tugasnya dengan ikhlas dan benar. Pengampunan dosa ini bukan hanya untuk muadzin sendiri, namun juga mencakup mereka yang mendengarkan adzan dengan penuh keimanan.
5. Tempat di Surga: Keutamaan adzan juga mencakup jaminan tempat di surga. Rasulullah SAW menceritakan kisah seorang penggembala kambing yang mengumandangkan adzan dan menunaikan salat dengan penuh ketakwaan. Allah SWT berfirman: "’Lihatlah hamba-Ku ini, dia mengumandangkan adzan kemudian mendirikan salat karena takut kepada-Ku. Sungguh aku telah mengampuni hama-Ku dan aku memasukkannya ke dalam surga’." (HR Ahmad, Abu Daud, dan Nasai). Kisah ini menunjukkan bahwa keikhlasan dan ketaatan dalam menjalankan tugas sebagai muadzin akan dibalas dengan pahala yang tak terhingga, termasuk tempat yang terhormat di surga.
6. Dikabulkannya Doa: Mendengarkan adzan dan mengucapkan kalimat syahadat disertai ikrar keimanan juga memiliki keutamaan yang luar biasa. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa berkata saat mendengar muadzin, ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Muhammad sebagai Rasulku, dan Islam sebagai agamaku’, maka ia diampuni dosanya." (HR Muslim). Hadits ini menunjukkan bahwa ucapan tersebut merupakan doa yang mustajab dan dapat memberikan pengampunan dosa bagi mereka yang mengucapkannya dengan penuh keimanan dan keikhlasan.
Kesimpulannya, adzan bukanlah sekadar seruan waktu salat, melainkan sebuah ibadah yang sarat makna dan keutamaan. Ia merupakan pengingat bagi umat Islam untuk menunaikan salat dan merupakan benteng pertahanan terhadap godaan setan. Bagi muadzin, adzan adalah amanah yang dibalas dengan pahala yang melimpah, pengampunan dosa, dan tempat di surga. Bagi makmum, mendengarkan adzan dengan penuh keimanan dan mengucapkan kalimat syahadat juga merupakan amalan yang berpahala besar. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menghargai dan memaknai adzan sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan keislaman kita.