ERAMADANI.COM, SINGKAWANG -Pada hari Sabtu (08/02/ 2020), KJRI Kuching telah menghadiri dan memfasilitasi kehadiran delegasi dari Sarawak Convention Bureau dan Armarture Radio Club Sarawak pada perayaan Cap Go Meh Singkawang 2020. Acara ini dibuka oleh Menteri Agama RI dan dihadiri oleh Gubernur Kalimantan Barat beserta jajaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Dalam sambutan pembukaan, Menteri Agama RI menyampaikan apresiasi dan kebanggaan kepada masyarakat Singkawang yang merupakan kota toleransi se-Indonesia yang tetap menjaga kerukunan dari berbagai suku dan agama yang ada di kota Singkawang. Pada tahun ini sebanyak 847 tatung yang berasal dari Singkawang dan sekitarnya dan terdapat 11 tatung asal Malaysia yang turut serta dalam pagelaran acara tersebut.
Kata ‘Cap Go Meh’ diserap dari Bahasa Hokkian. ‘Cap’ berarti sepuluh, ‘Go’ berarti lima, sedangkan ‘Meh’ berarti malam. Penyebutan ini merujuk pada waktu penyelenggaraan acara yang memang diselenggarakan pada penanggalan 15 kalender China.
Saat Imlek, masyarakat merayakannya dengan sembahyang ke kelenteng untuk memanjatkan doa keselamatan dan keberkahan. Kemudian dilanjutkan dengan berkumpul dan makan bersama keluarga.
SedangCap Go Meh, orang-orang membawa persembahan berupa kue keranjang dan melakukan sembahyang untuk mengucap syukur dan memohon keselamatan. Kemudian ada acara makan kue keranjang yang bisa dimakan langsung atau digoreng, serta dibagi-bagikan secara gratis untuk warga sekitar.
Di China nama perayaan ini adalah Yuan Xiao atau Shang Yuan. Di Barat festival ini disebut Lantern Festival (Festival Lampion atau Chinese Valentine’s Day (hari Kasih Sayang versi China).
Perayaan Tatung Bersama Cap Go Meh Singkawang
Sedangkan Tatung dalam bahasa Hakka berarti orang yang dirasuki roh, dewa, leluhur, atau kekuatan supranatural. Dimana raga atau tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi atau media bagi roh leluhur atau dewa tersebut.
Para dewa atau roh leluhur biasa dipanggil dengan tujuan tertentu, misalnya untuk melakukan penyembuhan, pengusiran roh jahat dan lain sebagainya. Setelah kegiatan yang dilakukan selesai, roh akan meninggalkan tubuh orang yang dirasuki tersebut.
Dalam pertunjukkan ini, para tatung tidak lagi sadarkan diri. Mereka telah dirasuki roh halus kemudian mempertontonkan kesaktian mereka berupa kekebalan terhadap benda tajam.
Mengenakan pakaian khas Tionghoa, badan hingga pipi para tatung ditusuki benda-benda tajam kemudian mengitari jalan-jalan yang ada di sana. Saat para tatung diarak keliling , mereka biasanya dalam keadaan tidak sadar dan melakukan berbagai atraksi di luar nalar. (HAD)