Opini berjudul “Beda Perspektif”
Oleh: M Afnan Hadikusumo
(Senator DPD RI 2019-2024, Ketua Umum PP Tapak Suci)
ERAMADANI.COM, YOGYAKARTA – Setiap ada kejadian acap kali terdapat perbedaan pandangan, dan itu merupakan hal yang wajar, apalagi di era demokrasi saat ini.
Perbedaan ini muncul tegantung dari sudut pandang orang itu dalam melihat suatu persoalan. Itulah yang disebut dengan istilah perspektif.
Sebagai misal, kejadian masuknya nelayan China di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), para pakar berbeda-beda sudut pandangnya.
Pakar Hukum Internasional dari UI menyebut, nelayan China berani melanggar ZEEI, karena program penenggelaman kapal oleh bu Susi Pudjiastuti dihentikan.
Menteri Luar Negeri Indonesia menyatakan, klaim China atas ZEEI dengan alasan para nelayan China sejak nenek moyangnya telah beraktivitas di perairan itu.
Merupakan klaim universal yang tidak memiliki dasar hukum dan tidak pernah diakui oleh UNCLOS 1982.
Beda Perspektif Para Pakar
Pakar kebijakan luar negeri CSIS, menilai langkah pemerintah yang selama ini sebatas melayangkan nota protes dianggap sebagai kelemahan.
Pemerintah harus tegas dan perlu meninjau ulang kerja sama dengan China, juga bisa memanggil pulang duta besar dari Beijing hingga China menarik seluruh kapal patrolinya dari perairan Natuna utara.
Staf Ahli Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, menyatakan kehadiran kapal-kapal nelayan China di ZEEI di perairan Natuna, bukan semata persoalan penangkapan ikan secara ilegal.
China berupaya melakukan ekspansi ke wilayah berdaulat Indonesia. Jika dibiarkan status quo, dan Indonesia diam, China akan mengokupasi (menguasai) perairan Natuna.
Pakar politik luar negeri China dari UGM, menyebut insiden yang dibuat China di Laut Natuna Utara merupakan usaha Partai Komunis China (PKC)
Untuk mengendorkan tekanan internasional pada dua isu domestik mereka, yakni kasus muslim Uighur dan demo besar di Hong Kong.
Bisa juga muncul pendapat Ahli Paleontologi yang menyatakan, nelayan China itu sedang memburu nenek moyang manusia melalui jalan evolusi yakni ikan Tiktaalik roseae, yang kebetulan masuk di wilayah Natuna Utara.
Tanggapan Pakar Olahraga
Atau bahkan pakar Olahraga dapat juga mengatakan, bahwa kapal-kapal China itu sedang mengamati cara berenang ikan.
Supaya bisa ditiru oleh para atlit renang China yang akan mengikuti kejuaraan Olimpiade di Tokyo, Jepang, tanggal 24 Juli-9 Agustus 2020 nanti.
Sekali lagi itulah perspektif atau sudut pandang yang mempengaruhi penilaian seseorang terhadap suatu persoalan dalam proses kehidupan ini.
Sehingga jangan kagetan atau gumunan jika menemui pendapat satu ahli dengan pakar yang lainnya.
Atau malah mungkin diri kita dengan orang lain dalam kasus apapun tidak bisa sama. (HAD)