ERAMADANI.COM, – Pasca serangan udara yang di luncurkan Amerika Serikat di Baghdad, Iran pada Jumat (03/01/2020) lalu, yang menewaskan Jendral Qasem Soleimani, diindikasikan perang dunia III akan terjadi.
Serangan udara yang kian berbuntut panjang telah menyulut seruan balas dendam dan saling bertukar ancaman dari kedua belah pihak.
Melalui media sosial twitter, presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengemukakan ancamannya. “Tak terlihat adanya jalan damai untuk konflik ini,” tuturnya.
Bagaimana sikap Indonesia?
Dilansir dari Liputan6.com, pemerintah Indonesia melalui wakil menteri luar negeri, menyampaikan keprihatinannya terhadap fenomena yang sedang terjadi.
Pertama, Indonesia melihat perkembangan yang demikian dengan prihatin karena kondisi yang ada di Timur Tengah seperti diketahui meningkat dari segi ketegangan maupun pertikaian yang ada di sana.
Selain itu ia juga berharap kekerasan dapat dihindari agar tak menambah runcing masalah atau kian membesar
“Sehingga langkah-langkah kekerasan seperti itu, kami mengharapkan untuk bisa dihindari, dicegah sehingga semakin tidak meruncingkan persoalan dan ketegangan yang ada di sana, justru tidak memberikan suasana yang kondusif bagi terciptanya kondisi yang lebih aman dan stabil,” ungkap Mahendra Siregar selaku Wakil Menteri Luar Negeri RI yang ditemui awak media dalam acara nonton bareng web series Kemlu di Jakarta, Sabtu (4/1/2020).
Beberapa pakar konflik mengungkapkan, bahwa konflik terkait Iran dan AS tidak mudah menyebar ke Negara lain. Dampak konflik kemungkinan besar hanya dirasakan oleh kedua negara.
Sumbu Perang Dunia III
Analis dari Eurasia Group memprediksi bahwa akan ada pembalasan dalam waktyu sebulan ini, namun efeknya hanya terjadi di Irak.
“Para pasukan militer yang didukung Iran akan menyerang basis-basis AS dan beberapa tentara AS akan dibunuh; AS akan meretaliasi dengan serangan-serangan di dalam Irak,” ujar analis Henry Rome dan Cliff Kupchan seperti dikutip CNBC.
Taktik Iran adalah mengincar pengiriman minyak di wilayah Timur Tengah. Iran diprediksi tidak akan menyerang hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan minyak Arab Saudi atau negara jazirah lain karena mungkin negara -negara tersebut akan bersatu dan menyulitkan pertahanan Iran.
“Iran sepertinya tidak akan segera menyerang infrastruktur minyak Saudi atau Emirat atau basis-basis AS di Arab Saudi, UEA, Bahrain atau Qatar. Langkah-langkah tersebut akan memberi efek mempersatukan negara teluk melawan Tehran,” lanjut analis Eurasia. (IAA)