ERAMADANI.COM, SURABAYA – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia menyapa anak anak di Pondok Sosial Kampung Anak Negeri (KANRI) Kota Surabaya.
Bintang Puspayoga sebagai menteri PPA melakukan kunjungan dan menyapa anak anak tersebut pada hari libur, tepatnya Ahad (08/12/2019) lalu.
Saat memulai ramah tamah, ia menanyakan “Anak-anak senang tidak disini? Biasanya kalian lebih banyak belajar atau bermain? Nah.. harus seimbang ya antara belajar dan bermainnya, harus rajin belajar supaya bisa menggapai cita-citanya kalau sudah besar,” ujarnya.
Anak-Anak KANRI Surabaya
KANRI merupakan Pondok Sosial bagian dari Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) Dinas Sosial Kota Surabaya. Hadirnya KANRI sebagai bentuk nyata komitmen Pemerintah daerah.
Dalam membina anak-anak jalanan, anak putus sekolah, hingga anak-anak dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Pembinaan yang dilakukan tidak terbatas pendidikan secara formal, namun juga pengembangan minat dan bakat hingga anak-anak itu mampu untuk mandiri.
Naniek Winarsih selaku Kepala UPTD KANRI Kota Surabaya, menuturkan saat ini terdapat 35 anak yang tinggal di KANRI, rata-rata usia mereka 7 hingga 18 tahun.
Pembinaan yang Diterapkan
“Dalam KANRI, pembinaan yang diterapkan ada dua jenis yakni, pendidikan formal dan non formal. Sementara, bagi anak yang mengalami putus sekolah atau di keluarkan dari sekolah akan menempuh pendidikan kejar paket”, tutur Naniek.
Menteri Bintang juga menambahkan pemenuhan hak anak dan perlindungan anak tidak terbatas pada siapa dan darimana anak itu berasal.
Baik anak-anak jalanan, anak putus sekolah, hingga anak-anak bermasalah juga mempunyai hak yang sama.
“Kami sangat mengapresiasi setinggi-tingginya keberadaan KANRI. Ini merupakan suatu pola yang terkonsep dengan baik dari hulu ke hilir dalam hal membina anak bermasalah. Pola yang dipakai tetap mengacu pada pendidikan, pendampingan, pengembangan minat dan bakat, serta kewirausahaan” tuturnya.
“Saat di KANRI anak-anak juga diajak belajar berwirausaha, dengan kegiatan seperti cuci motor, pembuatan ayam geprek, servis handphone, dan minuman tradisional kunir asam yang mana beberapa produk mereka kemudian dipasarkan ke hotel dan kantoran. Kami ingin agar ke depannya anak-anak bisa hidup mandiri dan mereka bisa mendapatkan tambahan uang saku dari hasil wirausaha tersebut,” ujar Naniek.
Menteri Bintang juga menyampaikan satu hal yang patut ditiru dari KANRI, adalah anak-anak binaan baru akan keluar dari asrama saat mereka sudah siap dan mendapatkan pembekalan yang cukup.
Baik itu dalam pendidikan maupun kewirausahaan. Sehingga saat mereka sudah tidak lagi tinggal di KANRI mereka mampu bertahan hidup dengan keahlian dan kemandirian yang telah diberikan dan tidak kembali menjadi anak-anak bermasalah.
Komitmen Menteri PPPA
Kementerian PPPA akan terus menjalankan tugas dan fungsinya dalam hal pemenuhan hak anak dan perlindungan anak.
Dukungan dari Pemkot Surabaya merupakan potensi yang luar biasa yang bisa kita lakukan dan kembangkan. Ke depannya.
Besar harapannya agar hal seperti ini menjadi contoh bagi setiap daerah tentunya dengan perlakuan yang berbeda sesuai situasi dan kondisi daerah tersebut
Naniek juga menyampaikan berbagai upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya, semata-mata tidak lepas dari keseriusan pemerintah untuk memperhatikan masa depan anak bangsa.
Mereka yang biasa dipandang sebelah mata oleh masyarakat jika kita dampingi, diberikan perhatikan, dan dibimbing dengan benar mereka juga mampu menorehkan prestasi.
“Semakin saya lama di Surabaya semakin banyak saya melihat bahwa tidak ada ruang-ruang kosong yang ditinggal oleh Bu Risma”, tutur Mentri Bintang.
Pemanfaatan ruang dan kesempatan pada semua lini diberdayakan oleh Pemkot Surabaya mulai dari anak, perempuan, sampai lansia.
“Tentunya kami berharap agar apa yang telah dilakukan di Pemkot Surabaya akan menjadi contoh bagi kota lain di Indonesia, sebab hal ini juga menjadi upaya mendukung kebijakan yang ada di pemerintah pusat, terutama terkait perempuan dan anak,” ungkapnya. (HAD)