ERAMADANI.COM, PONTIANAK – Sebelum adanya teknologi, pada zaman dahulu banyak orang yang mendokumentasikan atau mengabadikan tokoh dalam bentuk patung yang disebut pantak.
Pembuatan patung patak ini terjadi pada masyarakat Dayak di Kalimantan, yang terkenal akan karya seni masyarakatnya.
Mayarakat Dayak terutama rumpun Kenayatn akan membuat sebuah patung untuk menghormati tokoh atau pahlawannya yang telah berjasa.
Selain sebagai figurative dari tokoh, panglima, atau orang sakti, Pantak juga dibuat sebagai batas kampung dan pelindung kampung.
Masyarakat memiliki keyakinan bahwa patung Patak ini dijadikan sebagai penjaga kampung dari musuh atau wabah penyakit yang dapat menyerang.
Seperti, jika ada orang luar kampung yang berniat jahat kepada seseorang dan masuk dalam kampung maka tidak akan selamat.
Mengenal Patung Pantak Keramat Suku Dayak
Patung Patak biasanya terbuat dari kayu ulin, namun ada juga yang dipahat disebuah batu berbentuk manusia lengkap dengan tangan dan kakinya.
Ukuran dari patung juga berbeda mulai dari ukuran yang paling kecil sebesar betis orang dewasa, dan yang paling besar sampai satu setengah meter.
Begitu juga dengan tinggi dari masing masing patung juga beragam sesuai kecil dan besanya patung, kira kira tingginya dengan diamater 20-30 cm.
Patak juga dibedakan menjadi tiga jenis yaitu, pertama Pantak Panyugu yang diperuntukkan bagi pemimpin pertanian yang berada di kampung tersebut.
Kedua adalah Pantak Padagi yang diperuntukkan untuk para tokoh perang dan pengobatan (Pangalangok atau dukun) yang ada dikampung.
Kemudian yang ketiga Pantak Keluarga yang diperuntukkan sebagai contoh bagi keluarga dan dapat mengayomi keluarga yang bersangkutan.
Setiap Pantak akan memiliki namanya masing masing misalnya Pantak Nek Macan, Pantak Sama Dae, Temaruk Naga, Nek Ampago dan lain sebagainya.
Pantak biasanya diberi rumah atau pondok permanen yang disebut dengan Penyugu dan senantiasa dirawat dengan diberi sesaji oleh masyarakat.
Sangking keramatnya setiap orang yang melewati Pantak harus memberi salam atau Tabe sebagai bentuk penghormatan kepada roh leluhur.
Disamping itu, ketika terjadi peperangan biasanya dibuat suatu ritual untuk meminta bantuan kepada arwah leluhur nenek moyang yang ada di Pantak.
Misalnya ketika terjadi konflik etnis di Sambas, Kalimantan Barat pada tahun 1999 silam. Selain itu juga ada sebuah ritual untuk meminta berkah selama proses tanam padi berlangsung. (HAD)