ERAMADANI.COM, XINJIANG – Menjalankan ibadah puasa dan lebaran menjadi hal semarak di Indonesia. Menjalankan ibadah sebagai muslim adalah hal yang mudah dilakukan di Indonesia. Namun tidak dengan masyarakat Muslim Uighur di China.
Di lansir dari CNN Indonesia, masyarakat Uighur menjalankan ibadah solat idul Fitri di bawah pengawasan yang ketat. Hal ini merupakan dampak dari kebijakan pemerintah untuk menyamarkan simbol-simbol keagamaan.
Kekuasaan partai komunis yang besar menyebabkan kebijakan untuk meningkatkan sekuleritas masyarakat China. James Leibold, pakar hubungan etnis dan kebijakan China di La Trobe University menilai Partai Komunis sebagai penguasa negara tersebut memandang agama sebagai ancaman yang nyata.
“Dalam jangka panjang, Pemerintah China ingin mencapai masyarakat yang sekuler,” kata Leibold.
Mereka merobohkan masjid-masjid untuk menghilangkan simbol keagamaan. Ada 36 masjid dan bangunan keagamaan lainnya yang diruntuhkan atau dihapus oleh pemerintah setempat sejak 2017.
Beberapa Lokasi Bagi Muslim Uighur
Di kota kuno Kashgar yang dulu terkenal sebagai bagian dari Jalur Sutra, tak ada lagi panggilan azan Subuh. Padahal, azan yang bergema di seluruh penjuru kota pernah menjadi kebanggaan dan dipamerkan kepada wisatawan
Juga di kota Hotan, Xinjiang, China, kini berisi tumpukan puing-puing bangunan, dulu adalah lokasi Masjid Heyitkah.
Masjid ini biasa digunakan Muslim Uighur yang kemudian dirobohkan dan jadi puing di tempatnya pernah berdiri.
Salah satu mesjid yang masih berdiri yaitu masjid di pasang kamera pengawas di tiap puncak menara untuk mengawasi tiap orang yang datang. Masjid itu berada di Hotan yaitu mesjid idkah yang sekarang sedang berusaha di lindungi agar tak di robohkan.
“Pemerintah China hanya ingin menghilangkan semuanya. Ini berbeda dengan China Han, segalanya milik budaya Uighur atau budaya Islam di kawasan ini,” kata Omer Kanat, direktur Uighur Human Rights Project.
Juma Maimaiti, imam Masjid Idkah, mengatakan kepada AFP dalam sebuah wawancara yang diatur Departemen Propaganda Pusat CPC bahwa penghancuran masjid “tidak pernah terjadi sebelumnya di sini”.
“Namun pemerintah kami telah mulai melindungi beberapa masjid utama,” tambahnya dan mengatakan bahwa kota Kashgar memiliki lebih dari 150 masjid. (IAA)