ERAMADANI.COM, DENPASAR – Gerakan Sholat Subuh Berjamaah (GSSB) kembali menyapa warga muslim Kota Denpasar. Kegiatan pekanan Gerakan Shubuh Berjamaah kali ini dilaksanakan pada Ahad (21/4/2019) di Masjid Al Muhajirin IKMS, yang berlokasi di Jalan Gunung Lebah No. 25 Banjar Tegal Harum Denpasar Barat kota Denpasar.
Kegiatan ini mengundang ratusan jamaah dari berbagai majelis taklim dan warga muslim di Kota Denpasar. Warga Muslim yang mengikuti Shalat Subuh di Masjid Al Muhajirin IKMS Denpasar sudah mulai berkumpul sejak pukul 04.00 wita.
Gerakan Shalat Shubuh Berjamaah ini digagas oleh beberapa organisasi yang terhimpun diantaranya Yayasan Sahabat Subuh Bali, Muslim Bikers Indonesia Bali, Hidayatullah, Jamaah Anharusy Syariah, Pesantren Digital, Safari Masjid Bali, Majelis Takmil Al Kamil, Lagzis Peduli, Aksi Cepat Tanggap (ACT), dan Dompet Sosial Madani.
Tausyiah Dari Ustadz Agus Salim
Usai Shalat Shubuh Berjamaah , agenda dilanjutkan dengan tausyiah dari Ustadz Agus Salim, S.Pd.i. Bahasan yang diusung dalam tausyiah ini seputar “Keimanan”. Ustadz Agus Salim mengatakan bahwa kualitas iman seseorang bisa dinilai ketika ada panggilan shalat shubuh berjamaah maka seorang muslim bergegas menuju masjid.
“Iman yang kuat tidak hanya diucapkan dimulut saja tapi menancap didadanya. Jika masih dimulut saja ibarat seperti pohon yang tercerabut dari tanah dan mudah lepas. Sholat satu tolak ukur seorang yang beriman ia akan segera menuju Masjid untuk menunaikan panggilan shalat seperti shalat shubuh” imbuhnya.
Banyak fenomena masyarakat kini yang menggadaikan keimanannya demi menikmati dunia yang tidak kekal. Setiap orang dapat memilih beriman atau sebaliknya. Merekalah yang menentukan kualitas imannya masing-masing.
“Jangan tertipu dengan kesenangan dunia, iman harus diperjuangkan. Tantangan kedepan semakin berat. Iman tidak hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk generasi yang akan datang” sambungnya.
Diingatkan pula bahwa kualitas iman di zaman sahabat-sahabat Rasulullah sangat berbeda dengan kualitas iman pada masa kini. Ujian kala itu untuk menegakkan syariat Islam begitu berat. Sementara di masa kini banyak orang yang mengaku Muslim namun sikap, perilaku, dan penampilannya tidak mencerminkan kualitas seorang Muslim.
“Tegakkan lah Iman dalam dada. Ketahuilah bahwa dengan atau tanpa kita, Islam akan tetap jaya, namun pertanyaannya apakah kita menjadi bagian yang menegakkannya atau sebaliknya” tegasnya menutup kajian. (HAD)