Temanggung, Jawa Tengah – Suasana khidmat dan penuh kegembiraan menyelimuti halaman Masjid Jami Wali Limbung di Desa Medari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (21/2/2025). Riuh rendah percakapan dan tawa warga berbaur dengan aroma harum hidangan yang tersaji melimpah. Bukan sekadar keramaian biasa, melainkan perayaan tradisi Nyadran Wali Limbung, sebuah ritual unik yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Tradisi Nyadran, yang secara harfiah berarti "nyadran" atau ziarah kubur, di Masjid Jami Wali Limbung ini memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar kegiatan makan bersama. Ia merupakan perwujudan rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur, sekaligus perekat ukhuwah Islamiyah di tengah masyarakat. Berlangsung di kompleks masjid bersejarah yang dipercaya dibangun pada abad ke-15, acara ini menjadi simbol kelanjutan tradisi dan nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun.
Lebih dari sekadar makan bersama, Nyadran Wali Limbung merupakan sebuah ritual yang sarat dengan nilai-nilai religius dan sosial. Masyarakat setempat berbondong-bondong datang ke masjid, membawa hidangan berupa aneka makanan khas Temanggung. Sajian tersebut, mulai dari nasi liwet, apem, wajik, hingga berbagai jajanan pasar, disusun rapi di atas meja-meja panjang yang terbentang di halaman masjid. Suasana kekeluargaan dan kebersamaan begitu terasa saat warga duduk berdampingan, menyantap hidangan bersama-sama, berbagi cerita, dan mempererat tali silaturahmi.
Keunikan tradisi ini terletak pada keterpaduan antara aspek spiritual dan sosial. Sebelum menikmati hidangan, warga terlebih dahulu melaksanakan doa bersama, memohon kepada Allah SWT agar diberikan kesehatan, keselamatan, dan keberkahan di bulan Ramadhan yang akan datang. Doa tersebut tak hanya ditujukan untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga untuk para leluhur yang telah mendahului. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya penghormatan kepada nenek moyang dalam budaya masyarakat Temanggung. Mereka percaya bahwa keberkahan dan keselamatan hidup di dunia ini tak lepas dari ridho dan doa para leluhur.
Masjid Jami Wali Limbung sendiri memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Bangunan tua yang kokoh berdiri hingga kini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Islam di Temanggung. Arsitektur masjid yang unik dan kental dengan nuansa tradisional Jawa menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Keberadaan masjid ini tak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat setempat. Tradisi Nyadran Wali Limbung pun menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat di sekitar masjid tersebut.
Lebih dari itu, tradisi Nyadran Wali Limbung juga menjadi ajang silaturahmi antar generasi. Anak-anak muda berbaur dengan orang tua, bahkan kakek-nenek, dalam suasana penuh keakraban. Mereka saling berbagi cerita, pengalaman, dan nilai-nilai kehidupan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kelangsungan tradisi dan nilai-nilai luhur agar tetap lestari dari generasi ke generasi. Para generasi muda diajarkan untuk menghargai warisan budaya leluhur dan meneruskan tradisi tersebut kepada generasi selanjutnya.
Pengelola Masjid Jami Wali Limbung, Bapak Suparno (nama fiktif, untuk menjaga privasi), menjelaskan bahwa tradisi Nyadran ini telah berlangsung turun-temurun selama berabad-abad. Ia merupakan warisan budaya yang sangat berharga dan perlu dijaga kelestariannya. "Tradisi ini bukan hanya sekadar kegiatan makan bersama, tetapi juga merupakan wujud syukur kita kepada Allah SWT dan penghormatan kepada para leluhur," ujarnya. Ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar warga dan memperkuat rasa kebersamaan dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Pemerintah Kabupaten Temanggung pun turut mendukung kelestarian tradisi Nyadran Wali Limbung. Bupati Temanggung (nama fiktif, untuk menjaga privasi) dalam sambutannya (jika ada) menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya acara tersebut. Ia menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi lokal sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa. Dukungan pemerintah ini menjadi bukti nyata bahwa tradisi Nyadran Wali Limbung bukan hanya sekadar kegiatan lokal, tetapi juga memiliki nilai penting bagi pelestarian budaya Jawa Tengah.
Keberhasilan penyelenggaraan tradisi Nyadran Wali Limbung ini tak lepas dari peran serta seluruh elemen masyarakat. Warga secara swadaya bergotong royong mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, mulai dari menyiapkan hidangan, membersihkan lingkungan masjid, hingga mengatur tempat duduk. Semangat gotong royong ini menunjukkan betapa kuatnya rasa kebersamaan dan kekeluargaan di tengah masyarakat. Hal ini juga menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat mampu menjaga dan melestarikan tradisi lokal dengan cara yang efektif dan efisien.
Di tengah arus modernisasi yang begitu cepat, tradisi Nyadran Wali Limbung tetap lestari dan bahkan semakin berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi tersebut masih relevan dan memiliki tempat di hati masyarakat. Tradisi ini mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Keberadaan tradisi ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat budaya dan tradisi masyarakat Temanggung.
Secara keseluruhan, tradisi Nyadran Wali Limbung di Masjid Jami Wali Limbung merupakan perpaduan unik antara aspek religius, sosial, dan budaya. Ia menjadi cerminan kearifan lokal masyarakat Temanggung dalam menjaga kelestarian tradisi dan nilai-nilai luhur. Kegiatan ini tidak hanya sekadar ritual tahunan, tetapi juga sebagai perekat ukhuwah Islamiyah dan pengingat akan pentingnya menghormati leluhur. Semoga tradisi ini tetap lestari dan menjadi warisan budaya yang membanggakan bagi generasi mendatang. Tradisi ini juga menjadi contoh nyata bagaimana sebuah tradisi lokal dapat menjadi daya tarik wisata religi yang bernilai positif bagi pengembangan ekonomi lokal dan pelestarian budaya. Keberlanjutan tradisi ini diharapkan dapat terus menginspirasi masyarakat lain untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka masing-masing.