Narasi akhir zaman dalam Islam kerap diwarnai dengan prediksi peperangan besar yang akan dihadapi umat Muslim. Berbagai hadits Nabi Muhammad SAW meramalkan kemenangan gemilang bagi kaum Muslimin, ditandai dengan penaklukan sejumlah wilayah penting sebelum kedatangan Dajjal, sosok anti-Kristus dalam kepercayaan Islam. Pertanyaan kunci yang muncul kemudian adalah: wilayah-wilayah mana yang akan ditaklukkan umat Islam dalam periode krusial ini? Dan siapakah yang akan memimpin penaklukan tersebut?
Hadits-hadits sahih, seperti yang diriwayatkan oleh Nafi’ bin Utbah RA, menunjukkan gambaran jelas mengenai wilayah-wilayah yang akan berada di bawah kekuasaan umat Islam. Nabi SAW bersabda, "—(dengan redaksi yang bervariasi antar riwayat, namun intinya sama)— Kalian akan memerangi Jazirah Arab dan menaklukkannya dengan izin Allah SWT. Kemudian Persia kalian taklukkan dengan izin Allah SWT. Kemudian kalian memerangi bangsa Romawi (Barat) dan kalian menaklukkannya pula dengan izin Allah SWT. Lalu kalian memerangi Dajjal dan menaklukkannya dengan izin Allah SWT." (HR. Muslim). Riwayat lain bahkan menegaskan urutan penaklukan ini, dengan menekankan bahwa Dajjal tidak akan muncul sebelum Romawi ditaklukkan. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Ibnu Majah).
Ketiga wilayah—Jazirah Arab, Persia (Iran modern), dan Romawi (yang merujuk pada Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium, yang pusatnya di Konstantinopel/Istanbul)—merupakan wilayah-wilayah yang memiliki signifikansi historis dan geopolitik yang sangat penting. Penaklukan ini bukan sekadar pencapaian militer semata, melainkan simbol kemenangan spiritual dan penegakan kebenaran ilahi di muka bumi. Hadits tersebut secara tegas menghubungkan penaklukan ini dengan izin Allah SWT, menekankan bahwa kemenangan tersebut merupakan rahmat dan pertolongan Allah bagi umat yang beriman dan berjuang di jalan-Nya.
Perlu dicatat bahwa perbedaan redaksi hadits di berbagai kitab hadits tidak mengurangi substansi inti dari ramalan tersebut. Variasi redaksi ini merupakan hal yang wajar mengingat proses pewarisan hadits yang dilakukan secara lisan sebelum akhirnya dihimpun dalam bentuk tulisan. Yang terpenting adalah pemahaman mendalam terhadap konteks dan pesan utama dari hadits tersebut, yaitu janji Allah SWT atas kemenangan bagi umat Islam yang berjuang di jalan-Nya.
Peran Imam Mahdi dalam Penaklukan:
Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu pasti terjadinya penaklukan ini. Namun, konsensus yang cukup luas menempatkan peristiwa ini pada masa pemerintahan Imam Mahdi, pemimpin adil yang akan muncul di akhir zaman. Buku-buku rujukan seperti "Kiamat: Tanda-tandanya Menurut Islam, Kristen, dan Yahudi" karya Manshur Abdul Hakim dan "Tanda-Tanda Kiamat: Melihat Masa Depan Dunia Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah" karya Mahmud Rajab Hamady, menyatakan bahwa Imam Mahdi akan memimpin pasukan besar yang terorganisir dengan baik—kekuatan militer yang belum pernah dimiliki umat Islam sebelumnya—untuk menaklukkan wilayah-wilayah tersebut.
Pendapat ini diperkuat oleh hadits lain yang menyebutkan: "—(dengan redaksi yang bervariasi antar riwayat, namun intinya sama)—Seorang pemimpin dari keturunanku, namanya seperti namaku, menahan bangsa Romawi (Barat). Mereka saling berhadapan di daerah yang bernama "’Umaq" dan peperangan terjadi. Sepertiga kaum muslim mendapatkan mati syahid. Besoknya terjadi lagi pertempuran dan gugur dari pihak muslim sepertiga lagi. Di hari ketiga pertempuran, kaum muslim berhasil meraih kemenangan dan mereka terus bergerak maju hingga menaklukkan kota Konstantin. Tatkala mereka membagi rampasan perang, datang seseorang berteriak: ‘Dajjal telah muncul di negeri kalian’." (Kanzul ‘Ummal, Syeikh Al-Muttaqi).
Hadits ini menggambarkan pertempuran sengit melawan Romawi, dengan kerugian besar di pihak umat Islam pada awalnya, namun akhirnya berujung pada kemenangan besar dan penaklukan Konstantin. Perdebatan muncul mengenai kota Konstantin yang dimaksud. Sebagian ulama berpendapat bahwa itu adalah Konstantinopel (Istanbul), namun mengingat penaklukan Istanbul oleh Muhammad Al-Fatih pada masa Kekaisaran Utsmaniyah, pendapat ini dianggap lemah oleh sebagian besar ulama. Kemungkinan lain adalah Konstantinopel akan ditaklukkan untuk kedua kalinya di akhir zaman. Pendapat yang lebih kuat berpendapat bahwa Konstantin yang dimaksud adalah Roma, mengingat kedua kota tersebut pernah memiliki nama yang sama pada masa lalu.
Interpretasi dan Perdebatan:
Penting untuk memahami bahwa interpretasi hadits mengenai akhir zaman seringkali bersifat multi-interpretatif. Tidak ada satu pun tafsir yang dapat dianggap sebagai kebenaran mutlak. Perbedaan pendapat di kalangan ulama merupakan hal yang lumrah dan bahkan diperbolehkan, asalkan tetap berpegang teguh pada metodologi keilmuan yang benar.
Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam memahami hadits-hadits ini antara lain:
- Konteks Historis: Hadits-hadits tersebut perlu dipahami dalam konteks historisnya. Romawi yang dimaksud adalah Kekaisaran Romawi Timur, bukan Romawi Barat yang telah runtuh jauh sebelum masa Nabi SAW.
- Makna Simbolik: Beberapa bagian dari hadits mungkin memiliki makna simbolik, bukan makna harfiah. Misalnya, "penaklukan" bisa diartikan sebagai kemenangan ideologis dan spiritual, bukan hanya penaklukan militer semata.
- Keterbatasan Pengetahuan Manusia: Manusia hanya memiliki pengetahuan terbatas mengenai masa depan. Ramalan-ramalan akhir zaman hanyalah prediksi, bukan kepastian. Yang terpenting adalah mempersiapkan diri menghadapi hari akhir dengan beriman dan beramal saleh.
Kesimpulannya, ramalan mengenai penaklukan wilayah-wilayah strategis oleh umat Islam sebelum kedatangan Dajjal merupakan bagian penting dari narasi akhir zaman dalam Islam. Hadits-hadits yang membahas hal ini memberikan gambaran umum mengenai peristiwa tersebut, namun detailnya masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Perbedaan interpretasi ini tidak mengurangi keabsahan hadits tersebut, melainkan menunjukkan kekayaan dan kedalaman pemahaman keagamaan. Yang terpenting adalah mengambil hikmah dari hadits-hadits tersebut, yaitu pentingnya mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang penuh tantangan dengan memperkuat iman, meningkatkan amal saleh, dan senantiasa berdoa memohon pertolongan Allah SWT. Wallahu a’lam bishawab.