Umar bin Khattab, nama yang tak asing bagi umat Islam. Lebih dari sekadar sahabat Nabi Muhammad SAW, ia merupakan sosok kunci dalam perjalanan sejarah Islam, transformasi yang dramatis dari seorang penentang gigih menjadi salah satu khalifah terhebat yang pernah memimpin umat. Kisah hidupnya, penuh liku dan pembelajaran, menjadi inspirasi abadi bagi generasi-generasi selanjutnya.
Lahir sekitar tahun 13 setelah Tahun Gajah, Umar bin Khattab berasal dari suku Quraisy, suku yang sama dengan Nabi Muhammad SAW. Namun, awal kehidupannya jauh dari gambaran seorang pemimpin yang bijaksana dan adil. Sebaliknya, ia dikenal sebagai sosok yang keras kepala dan bahkan berniat membunuh Nabi Muhammad SAW karena keberatannya terhadap ajaran Islam yang baru muncul. Buku "Fashlu al-Khathab fii Siirat ibnu al-Khathab ‘Umar bin al-Khathab" karya Ali Muhammad Ash-Shalabi, yang diterjemahkan oleh Khoirul Amru Harahap dan Akhmad Faozan, merinci detail perjalanan hidup Umar, menunjukkan transformasi spiritual yang luar biasa yang dialaminya sebelum akhirnya memeluk Islam. Perubahan ini bukan hanya mengubah hidupnya sendiri, tetapi juga membentuk arah sejarah Islam secara signifikan.
Pertemuannya dengan Islam bukanlah sebuah proses yang mudah. Keberatannya yang mendalam terhadap ajaran baru itu menunjukkan kekuatan keyakinan yang dimilikinya, sebelum akhirnya keyakinan itu terarah pada kebenaran Islam. Kisah masuk Islamnya sendiri menjadi legenda, mencerminkan kekuatan dakwah dan daya tarik ajaran Islam yang mampu merubah hati seorang yang begitu keras kepala. Setelah masuk Islam, Umar bin Khattab dengan cepat menunjukkan dedikasinya yang luar biasa. Ia menjadi salah satu pendukung utama Nabi Muhammad SAW, berperan aktif dalam berbagai perjuangan dan pengorbanan demi tegaknya agama Islam.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Umar bin Khattab terpilih sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Masa kekhalifahannya ditandai oleh kepemimpinan yang tegas, adil, dan bijaksana. Buku "Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas VII" karya Fida’ Abdilah dan Yusak Burhanudin, mencatat berbagai prestasi dan kebijakan Umar selama masa kepemimpinannya. Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan Islam, menata sistem pemerintahan, dan membangun infrastruktur penting yang mendukung perkembangan masyarakat Islam. Kepemimpinannya yang efektif dan adil membuatnya dihormati dan disegani, baik oleh kaum Muslimin maupun oleh masyarakat di luar wilayah kekuasaan Islam.
Namun, warisan Umar bin Khattab tidak hanya terbatas pada kepemimpinan politik dan militernya. Ia juga dikenal sebagai sosok yang sangat bijak, seringkali menyampaikan kata-kata mutiara yang sarat makna dan menjadi pedoman hidup bagi banyak orang. Kumpulan kata-kata bijaknya, yang dirangkum dari berbagai sumber seperti "2.000 Kata Mutiara dari 200 Tokoh Dunia" karya Budi Santoso dan "Kumpulan Kata Bijak Khulafaur Rasyidin" susunan Amir Mubarak, menunjukkan kedalaman pemikiran dan pemahamannya tentang kehidupan, agama, dan kepemimpinan.
Berikut beberapa contoh kata-kata bijak Umar bin Khattab yang relevan hingga saat ini:
-
Tentang Ilmu dan Kerendahan Hati: "Ilmu ada tiga tahapan. Jika seseorang memasuki tahapan pertama, dia akan sombong. Jika dia memasuki tahapan kedua, maka dia akan rendah hati. Jika dia memasuki tahapan ketiga, maka dia akan merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya." Ungkapan ini menekankan pentingnya kerendahan hati dalam proses menuntut ilmu. Semakin dalam seseorang memahami ilmu, seharusnya semakin ia menyadari betapa luasnya pengetahuan dan betapa kecilnya dirinya di hadapan kebesaran Allah SWT.
-
Tentang Perhitungan Akhirat: "Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah akan datangnya hari besar ditampakkannya amal." Kalimat ini mengingatkan kita akan pentingnya selalu melakukan introspeksi diri dan mempersiapkan diri menghadapi perhitungan di akhirat.
-
Tentang Iman dan Amal: "Keyakinan (iman) adalah di mana seharusnya tidak ada perbedaan antara perbuatan, perkataan, dan apa yang kamu pikirkan." Ungkapan ini menekankan pentingnya keselarasan antara iman, ucapan, dan perbuatan. Iman yang sejati harus tercermin dalam seluruh aspek kehidupan seseorang.
-
Tentang Ketegasan dan Kelembutan: "Ketahuilah saudara-saudaraku, bahwa sikap keras itu sekarang sudah mencair. Sikap itu (keras) hanya terhadap orang yang berlaku zalim dan memusuhi kaum Muslimin." Umar bin Khattab dikenal dengan ketegasannya, namun ketegasan itu bukan tanpa batas. Ia menunjukkan kelembutan dan keadilan kepada mereka yang pantas menerimanya.
-
Tentang Akhlak dan Kebajikan: "Mahkota seseorang adalah akalnya. Derajat seseorang adalah agamanya. Sedangkan kehormatan seseorang adalah budi pekertinya." Ungkapan ini menunjukkan pentingnya kecerdasan, keimanan, dan akhlak mulia sebagai penentu kualitas hidup seseorang.
-
Tentang Pentingnya Ilmu dan Kesabaran: "Perolehlah ilmu, dan pelajarilah ketenangan dan martabat." dan "Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah keadaan tenang dan sabar." Kedua ungkapan ini menekankan pentingnya kesabaran dan ketenangan dalam menuntut ilmu. Proses belajar membutuhkan kesabaran dan ketekunan.
-
Tentang Perkataan dan Perbuatan: "Aku tidak pernah sekalipun menyesali diamku. Tetapi aku berkali-kali menyesali bicaraku." Ungkapan ini mengingatkan kita akan pentingnya berhati-hati dalam berbicara dan lebih bijak dalam memilih kata-kata.
-
Tentang Salat: "Jagalah salatmu. Karena saat kamu kehilangan salat, maka kamu akan kehilangan segalanya." Salat merupakan tiang agama Islam, dan Umar bin Khattab menekankan pentingnya menjaga konsistensi dalam menunaikan salat.
-
Tentang Kemarahan dan Keadilan: "Barangsiapa takut kepada Allah SWT niscaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut kepada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki." Ketakwaan kepada Allah SWT akan melahirkan sikap tenang dan bijaksana dalam menghadapi berbagai situasi.
-
Tentang Kesabaran dan Keteguhan: "Jikalau kita letih karena kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal. Namun jikalau kita bersenang-senang dengan dosa, maka sesungguhnya kesenangan itu akan hilang dan dosa itu akan kekal." Ungkapan ini mengingatkan kita akan konsekuensi dari perbuatan baik dan buruk.
-
Tentang Kejujuran: "Seandainya kejujuran merendahkanku dan sedikit yang bisa dilakukan, maka hal tersebut lebih aku cintai dari kebohongan yang dapat menaikkan posisiku, meski sedikit yang bisa dilakukan." Kejujuran merupakan prinsip utama dalam kehidupan, bahkan jika hal itu berarti harus merendahkan diri.
-
Tentang Pergaulan: "Duduklah dengan orang-orang yang bertaubat, sesungguhnya mereka menjadikan segala sesuatu lebih berfaedah." dan "Duduklah bersama orang-orang yang mencintai Allah. Itu karena bergaul bersama orang seperti mereka akan mencerahkan pikiran." Pergaulan yang baik akan memberikan pengaruh positif dalam kehidupan.
-
Tentang Kesederhanaan: "Biasakan diri dengan hidup susah, karena kesenangan tidak akan kekal selamanya." Kesederhanaan dan kesiapan menghadapi kesulitan akan mempersiapkan kita menghadapi berbagai tantangan hidup.
-
Tentang Pengendalian Diri: "Jika pasanganmu sedang marah, maka kamu harus tenang. Karena ketika satu di antaranya adalah api, maka satu yang lainnya harus bisa menjadi air yang bisa meredam amarah tersebut." Pengendalian diri dan kesabaran sangat penting dalam menghadapi konflik.
-
Tentang Perbaikan Diri: "Bila engkau menemukan celah pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu, karena celahmu lebih banyak darinya." Sebelum mengkritik orang lain, lebih baik kita introspeksi diri dan memperbaiki kekurangan diri sendiri.
Kata-kata bijak Umar bin Khattab tersebut bukan hanya sekadar ungkapan, tetapi merupakan refleksi dari perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan dan pembelajaran. Ia mengajarkan kita tentang pentingnya keimanan, ketegasan, keadilan, kesabaran, dan kerendahan hati. Warisannya yang abadi tidak hanya berupa kepemimpinan yang cemerlang, tetapi juga berupa hikmah-hikmah yang terus relevan dan menginspirasi hingga saat ini, menjadi pedoman bagi siapapun yang ingin menjalani hidup yang bermakna dan berakhlak mulia. Kisah dan kata-kata bijaknya terus menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam di seluruh dunia, mengingatkan kita akan pentingnya mencari ridho Allah SWT dan menjalani hidup dengan penuh keimanan dan kebajikan.