Jakarta, 15 Februari 2025 – Gelombang optimisme menyapu peringatan dua dekade Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) di Jakarta. Bukan semata-mata perayaan usia, melainkan momentum untuk mengapresiasi tren positif yang tengah berkembang di kalangan generasi muda Indonesia: semakin meningkatnya minat dan semangat untuk mempelajari, menghafal, dan terutama, memahami Al-Qur’an. Hal ini diungkapkan oleh KH. Ulil Abshar Abdalla, anggota dewan pakar PSQ yang lebih dikenal dengan Gus Ulil, dalam konferensi pers yang digelar seusai acara bertajuk "Membumikan Al-Qur’an".
Acara yang dihadiri oleh tokoh-tokoh agama, intelektual, dan publik figur ternama ini menjadi panggung bagi Gus Ulil untuk menyampaikan apresiasinya terhadap geliat positif tersebut. "Semangat kalangan muda dalam mengenal Al-Qur’an sangat luar biasa," tegasnya. Pernyataan ini bukan sekadar pujian basa-basi, melainkan refleksi atas pengamatannya terhadap perkembangan terkini dalam pemahaman dan pengamalan ajaran Islam di Indonesia. Kehadiran banyak pemuda dalam kegiatan peringatan 20 tahun PSQ menjadi bukti nyata dari fenomena ini.
Namun, di balik apresiasi tersebut, Gus Ulil juga menekankan pentingnya sebuah keseimbangan. Ia mengingatkan bahwa menghafal Al-Qur’an, meskipun merupakan amalan yang mulia dan patut diapresiasi, bukanlah tujuan akhir. "Semangat menghafal Al-Qur’an sangat luar biasa, tetapi yang juga harus dikembangkan di kalangan anak muda muslim adalah semangat memahami Al-Qur’an," lanjutnya. Pernyataan ini mengandung pesan yang mendalam: hafalan tanpa pemahaman akan menjadi pengetahuan yang steril, tanpa daya guna untuk membentuk karakter dan perilaku yang Islami.
Gus Ulil, yang juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), mengajak semua pihak untuk mendorong pemahaman yang komprehensif terhadap kitab suci umat Islam ini. Menurutnya, generasi muda tidak hanya perlu mampu membaca dan menghafal Al-Qur’an, tetapi juga mampu menafsirkan, mengaplikasikan, dan menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan kunci untuk mencegah terjadinya pemahaman yang sempit, bahkan ekstrim, yang seringkali menjadi akar dari berbagai permasalahan sosial keagamaan.
Lebih jauh, Gus Ulil menekankan peran strategis PSQ dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Ia melihat PSQ sebagai lembaga yang memiliki peran krusial dalam pengembangan pemahaman Al-Qur’an yang komprehensif dan kontekstual. "Ini PSQ tugasnya mengembangkan pemahaman Al-Qur’an. Belum banyak lembaga yang mengembangkan aspek ini. Kita cukup bangga dengan adanya lembaga ini, karena kita mendorong budaya fathul quran," jelasnya. Fathul quran, atau pemahaman mendalam terhadap Al-Qur’an, menjadi kunci untuk membangun generasi muda muslim yang cerdas, berakhlak mulia, dan mampu berkontribusi positif bagi bangsa dan negara.
Peringatan 20 tahun PSQ sendiri menjadi bukti nyata dari komitmen lembaga ini dalam mewujudkan visi tersebut. Acara yang berlangsung meriah ini tidak hanya dihadiri oleh Gus Ulil, tetapi juga oleh sejumlah tokoh berpengaruh di Indonesia, baik dari kalangan agamawan, akademisi, maupun publik figur. Kehadiran Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, pendiri PSQ, menjadi simbol dari perjalanan panjang dan kontribusi lembaga ini dalam memajukan pemahaman Al-Qur’an di Indonesia. Kehadiran Najwa Shihab, Menteri Agama yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA., Habib Jindan bin Novel, Dr. TGB Muhammad Zainul Majdi, Habib Husein Ja’far Al Hadar, dan komika Boby Al-Mahbub, menunjukkan luasnya jangkauan dan pengaruh PSQ dalam menyebarkan nilai-nilai positif Al-Qur’an kepada masyarakat luas.
Kehadiran tokoh-tokoh lintas generasi dan latar belakang ini juga menjadi simbol dari pentingnya kolaborasi dalam upaya memajukan pemahaman Al-Qur’an. Tidak hanya kalangan agamawan, tetapi juga para intelektual, seniman, dan aktivis sosial memiliki peran penting dalam menjembatani kesenjangan pemahaman dan menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an kepada masyarakat luas dengan cara yang lebih mudah dipahami dan diterima. Ini menunjukkan bahwa pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an bukanlah monopoli kelompok tertentu, melainkan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.
Peringatan 20 tahun PSQ juga menjadi momentum untuk merefleksikan perjalanan panjang lembaga ini dalam menghadapi berbagai tantangan. Di tengah arus informasi yang deras dan beragam, PSQ dituntut untuk terus berinovasi dalam menyampaikan pemahaman Al-Qur’an yang benar, akurat, dan relevan dengan konteks zaman. Tantangan ini semakin kompleks dengan adanya penyebaran informasi yang tidak akurat, bahkan menyesatkan, yang dapat membingungkan generasi muda.
Oleh karena itu, PSQ perlu terus meningkatkan kualitas program dan kegiatannya, mengadopsi teknologi terkini untuk menjangkau audiens yang lebih luas, dan menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga dan organisasi terkait. Penting juga untuk mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif dan menarik, agar generasi muda tidak merasa jenuh dan bosan dalam mempelajari Al-Qur’an. Penggunaan media sosial, platform digital, dan metode pembelajaran yang interaktif dapat menjadi solusi untuk mengatasi tantangan ini.
Lebih dari sekadar menghafal, memahami Al-Qur’an berarti menghayati nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, seperti keadilan, kasih sayang, toleransi, dan persaudaraan. Nilai-nilai ini sangat relevan untuk membangun karakter generasi muda yang berintegritas, bertanggung jawab, dan mampu menjadi agen perubahan di masyarakat. Dengan memahami Al-Qur’an secara komprehensif, generasi muda dapat menjadi pilar utama dalam membangun Indonesia yang lebih baik, adil, dan bermartabat.
Dalam konteks Indonesia yang majemuk, pemahaman Al-Qur’an yang benar juga menjadi kunci untuk membangun kerukunan antar umat beragama. Al-Qur’an mengajarkan nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan hidup berdampingan secara damai. Dengan memahami ajaran Al-Qur’an secara benar, generasi muda dapat menjadi jembatan penghubung antar umat beragama, sehingga tercipta suasana yang harmonis dan kondusif bagi pembangunan bangsa.
Kesimpulannya, apresiasi Gus Ulil terhadap semangat generasi muda dalam mempelajari Al-Qur’an merupakan sebuah momentum penting untuk mendorong upaya-upaya yang lebih terarah dan terintegrasi dalam memajukan pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an di Indonesia. Peringatan 20 tahun PSQ menjadi bukti nyata dari komitmen untuk mewujudkan hal tersebut. Namun, tantangan ke depan masih sangat besar. Perlu kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak untuk memastikan bahwa semangat menghafal Al-Qur’an diiringi dengan pemahaman yang komprehensif dan aplikatif, sehingga generasi muda dapat menjadi generasi emas yang membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah. Semoga semangat ini terus berkobar dan menjadi cahaya penerang bagi bangsa Indonesia.